04. Katekyo Hitman Reborn




Saat Geto Suguru dan Gojo Satoru sedang bertengkar tak jauh disana, video di layar tetap berjalan.

[ Cloe yang telah selesai menjelaskan mengenai kemampuan aclemist pada Giotto pun memberikan sebuah ramuan kepadanya.

Ramuan didalam botol kaca persegi, memiliki warna hitam dan sesuatu yang berkilauan didalamnya seperti langit malam berbintang.

Itu ramuan yang jelas terlihat tidak untuk ditelan, namun–

Cloe : "Minumlah."

Giotto : "Permisi ?" Giotto menyentuh telinganya dengan tidak yakin.

Apakah dia salah dengar ?

Cloe : "Minum." Ulang Cloe dengan tegas.

Giotto : "Maaf, maksudnya, cairan mencurigakan ini ?" Tanya Giotto sambil menunjuk potion di atas meja.

Dia tidak bisa untuk tidak menunjukkan ekspresi keraguan diwajahnya.

Meski indah secara visual, namun kelihatannya seperti sesuatu yang tidak seharusnya untuk diminum, dan menurut sepengetahuannya, yang cantik, biasanya beracun.

Cloe : "Alchemist, orang biasa umumnya tidak memiliki kemampuan ini, yang disebut-sebut sebagai sesuatu yang hanya diturunkan melalui darah secara turun temurun. Namun setelah wabah terjadi, para penyintas yang selamat pun mengumpulkan orang-orang Swiftstars, yang merupakan guild alchemist terbesar untuk membuat obat yang mampu mengubah orang biasa menjadi alchemist."

Giotto : "Begitu..... dan obat itu adalah cairan hitam pekat yang berkelap-kelip ini ?"

Cloe : "Ya." ]

Di bioskop, Gin yang paling dekat dengan Ophelia, melihat gerakan tidak nyaman wanita di sampingnya dan bertanya tanpa ragu.

Gin : "Ada apa ?"

Dan butuh waktu lama sampai Ophelia menjawabnya.

Ophelia : "...... Itu bukan sihir." Balasnya singkat.

Gin : "Bukan !?"

Tidak hanya Gin, semua orang, bahkan Masamichi Kisa dan Nicoline Celice pun sama terkejutnya.

Sebagai manusia dengan kemampuan sihir terbaik, ucapan Ophelia jelas sangat dipercaya, tapi ....

Dazai : "Bisa aku bertanya pada anda, nyonya penyihir ? Aku ingin memastikan sesuatu."

Ophelia bertanya-tanya, apa yang sekiranya ingin pria itu pastikan, dia mengangkat sebelah alisnya, namun mengangguk sebagai isyarat persetujuan darinya.

Dazai : "Apakah anda tahu mengenai energi terkutuk ?"

Ophelia : "Ya."

Dazai : "Apakah itu sihir."

Ophelia : "Tentu saja."

Setelah keheningan, suasananya mulai menjadi tegang.

Dazai : "Lalu, kemampuan khusus di dunia kami, apakah itu juga sihir ?"

Ophelia : "Kalian menyebut sesuatu di tubuh mu itu sebagai kemampuan khusus ?"

Dazai : "Sesuatu ?"

Mengabaikan tatapan penuh harap banyak sekali orang, Ophelia yang malas, tidak berniat untuk menjelaskan, dan hanya langsung menjawab pertanyaan awalnya saja dengan singkat tanpa penjelasan lebih lanjut.

Ophelia : "Sejauh ini, semua jenis kemampuan yang ada di bioskop ini, adalah cabang dari sihir itu sendiri."

Setelah kalimat itu diucapkan, semua orang menjadi semakin fokus pada adegan di layar, tepatnya, pada kemampuan luar biasa yang tidak diklasifikasikan sebagai sihir oleh Ophelia, dan mungkin saja akan menjadi satu-satunya kemampuan yang bisa melawan makhluk alien yang telah memberi mereka kekuatan, keraguan, dan ketakutan.

[ Akhirnya, karena kepercayaannya pada wanita itu, Giotto dengan berani meminum sesuatu yang terlihat sangat mencurigakan, bahkan tanpa ragu-ragu.

Dan setelah beberapa saat, tubuhnya berubah menjadi semerah kepiting rebus.

Kulitnya terasa panas, dan pandangannya menggelap, hingga dia berakhir dengan kehilangan kesadaran disaat berikutnya. ]

G : "Itu..... Tidak akan meninggalkan efek samping pada Giotto kan !?"

Meski G marah pada temannya di dunia lain karena meminum sesuatu yang tak pasti dengan begitu sembarang, namun dia tetap mengkhawatirkannya.

Tapi–

Giotto : "Seharusnya tidak. Lagipula Cloe-san tidak akan memberikannya kepada orang lain jika memang memiliki efek samping."

Di sisi lain, jawaban Giotto justru menyulut emosi Demon Spade hingga dia bahkan sangat ingin memukul kepala temannya, untuk melihat apakah otak itu masih ada di tempatnya.

Maksudnya ....

Ayolah !

Pria itu adalah pemimpin mafia, bagaimana dia masih senaif ini bahkan setelah kematiannya !?

Tapi, meski sudah sangat begitu kesal, Demon tidak pernah berpikir untuk bertengkar dengan temannya didepan banyak orang, karena itu hanya akan merusak nama baik Vongola, dan berakhir mempermalukan diri mereka sendiri.

[Di layar, Giotto baru saja merangkak keluar dari seprai tempat Cloe menidurkannya, pikirannya masih berkabut dengan sisa-sisa mimpi demam.

Dia berkedip saat melihat pemandangan asing melalui jendelanya, bertanya-tanya apakah matahari terlalu cerah atau apakah otaknya masih mendidih dari demam malam itu.

Dia benar-benar hampir melupakan kenangan apa yang terjadi beberapa waktu sebelumnya.

Tepat ketika Giotto mencoba merumuskan pemikiran yang koheren, suara yang keras bergema dari lantai bawah, membuatnya melompat.

Dengan rasa firasat dicampur dengan rasa ingin tahu, Giotto tersandung keluar dari kamarnya, kakinya nyaris tidak mengikuti desakan otaknya bahwa ada sesuatu yang sangat salah.

Kebisingan semakin keras menjadi hiruk -pikuk yang terdengar terlalu banyak seperti ... kekacauan?

Dia berjalan menyusuri lorong, kepalanya berputar-putar seperti komidi putar, dan langkah-langkahnya tidak stabil saat dia melacak asal asap yang mulai terlihat di tengah jalan.

Dan ketika dia akhirnya sampai di ruangan yang ternyata adalah dapur, adegan di depannya seperti sesuatu dari komedi slapstick.

Cloe, seorang wanita yang menurut ingatannya selalu memancarkan aura ketidakpedulian yang tersamarkan, kini sedang mengepak seperti ayam yang kaget, celemek yang dikenakannya sekarang berceceran dengan pelangi bahan-bahan. Di tangannya, dia mencengkeram ember berisi air, berusaha memadamkan api yang menari dengan liar di atas kompor, seolah-olah akan mulai membakar seluruh gedung ini.

Tunggu .... Kenapa dia tidak menggunakan kemampuan Alchemist nya ?

Giotto : “Cloe, apa yang terjadi ?” Tanyanya, namun nyaris tidak bisa menekan keinginannya untuk tertawa, meskipun potensi bencana terjadi di depan matanya.

Jelas dia lah yang demam, tapi kenapa wanita itulah yang sepertinya dibuat bodoh setelah dia bangun dari pingsan setelah demam nya ?

Cloe : “A– Apa kau buta !? Aku, sedang mencoba membuat sarapan !”

Wanita berambut hitam itu berteriak ke belakang, memukul satu lengan dengan frustrasi sementara yang lain menepuk api.

Cloe : "Tapi entah mengapa, telur ini terus memberontak !"

Giotto menggelengkan kepalanya, melangkahkan kaki ke dalam dapur.

Dengan kombinasi kejelasan dan naluri saat sakit akibat demam, ia mendorong Cloe ke samping, dan mulai mengambil alih.

Giotto : "Serahkan ini padaku." Dia mengambil ember di tangan wanita itu, dan dalam satu desir yang menentukan, dia menuangkannya ke api, dan seketika langsung memadamkannya dengan cepat tanpa adanya drama lagi.

Cloe : "Aku..... Bisa melakukannya sendiri !"

Giotto : "Ya. Aku tahu."

Cloe : "Kamu pasien sekarang. Jika kamu tidak istirahat dan menjadi semakin parah, kamu hanya akan menjadi beban, jadi..... Kamu.... Istirahatlah saja....."

Semakin lama, nada suara arogan wanita itu semakin mengecil, dan mulai terdengar seperti dia telah menyesal telah mengatakan kata 'beban', yang tidak pantas untuk diucapkan.

Sebenarnya, Cloe benar-benar khawatir pada pemuda itu, dan dia tidak serius dengan ungkapan sebagai beban yang dia ucapkan barusan, tapi, gadis itu sudah lama tidak bersosialisasi, dan dia terlalu bingung bagaimana caranya untuk menjelaskan perasaan dan kepeduliannya pada orang lain.

Alhasil, dia hanya diam, dan menjadi semakin merasa bersalah karena tidak mampu merangkai kata apapun untuk menjelaskan dirinya.

Dan saat pemuda itu tersenyum dengan sorot mata penuh toleransi terhadapnya, dia memutuskan untuk menjauhkan diri, seperti landak yang ingin menyembunyikan daging lembut dibalik duri.

Disisi lain, Giotto sebenarnya sudah tahu bahwa essensi wanita itu adalah seseorang yang kesulitan dalam mengungkapkan perasaannya, dan sebenarnya, dia samasekali tidak mempersalahkannya.

Tapi, Cloe sepertinya terlalu banyak berpikir, pikir Giotto yang sudah mulai mengocok telur untuk omelette nya.

Ayo ajak dia bicara nanti, karena jika tidak, dengan betapa kesulitannya wanita itu menggunakan bahasa manusia dengan benar, dia khawatir bahwa mereka mungkin hanya akan berakhir menjadi orang asing dimasa depan. ]

]

Bab sebelumnya

Daftar bab

Bab berikutnya

Comments

Popular posts from this blog

24. Hanya Hari-hari Biasa 2

23. Seseorang Yang Bisa Memberikan Rasa Nyaman

01. Detektif Conan