24. Hanya Hari-hari Biasa 2
Di ruang penuh lembaran kertas dan beragam buku serta berbagai ukuran kuas, berdirilah seorang wanita berambut ungu, dengan kedua tangannya yang sibuk memindahkan setumpuk kertas mantra dengan aroma tinta yang tersebar di seluruh ruangan.
Tangan dan kakinya terus bergerak tanpa henti, dan mata yang menyipit terlihat seperti dia marah dan akan meledak kapanpun.
"Gojo !" Bentak ku karena marah setelah kesabaran semakin berkurang dari waktu ke waktu.
"Ada apa ?"
"Hentikan narasi narasi aneh itu !" Menghela nafas berat, aku berusaha menjelaskan dengan sangat baik : "tolong mengertilah, aku butuh ketenangan saat sedang bekerja."
Tapi sayangnya putra dewa yang bangga ini tidak peduli pada masalah remeh manusia biasa sepertiku.
"Kamu bisa menganggapnya sebagai latihan mempertahankan fokus dan kesabaran."
"...... Haruskah aku berterimakasih ?"
"Sama-sama. Aku tidak keberatan."
Aku keberatan !
"Tidak bisakah kamu bermain sendiri ?"
"Suguru masih menjalankan misi di luar negri~"
"Lalu bagaimana dengan Shoko ?"
"Um..... Benar juga !"
Lega rasanya bahwa dewa wabah ini telah mendapatkan target lainnya.
Meski merasa bersalah, tapi apa boleh buat, aku perlu benar-benar fokus saat menulis segel dan rune agar tidak sampai salah dalam mentransfer energi kutukan dengan kapasitas yang tepat.
Demi pengorbananmu, aku akan mentraktir mu makan besar nanti malam, sahabatku.
"Kamu masih memanggilku Gojo !"
"Hah ?"
Inikah intinya !?
"Padahal kamu memanggil Suguru, dan Shoko dengan nama depan mereka, tapi kenapa kamu masih memanggilku Gojo !?"
"Lah ?"
Tidak sadar diri dia ....
Tidak tahukah kamu, aku melakukannya dengan sengaja karena kamu selalu menggangguku !?
"Ada ratusan Gojo di klan ku, siapa yang kamu panggil jika ada sebanyak itu !?"
"Tapi kan disini, yang bermarga Gojo hanya kamu."
"Tetap saja ini tidak baik. Ada banyak Gojo, tapi hanya ada satu Gojo Satoru, jadi kamu harus memanggilku Satoru !"
"Kamu.... Jika dipikir-pikir, yang memiliki nama Satoru kan juga tidak hanya–"
"Aku tidak mau tahu !" Selanya dengan tangan terlipat di dada dan kaki di atas meja.
Melihat betapa nyamannya dia saat ini, aku tidak bisa tidak mengumpat di dalam hati.
Kesopanan benar-benar telah dimakan anjing.
Sudahlah ....
"Ini."
Memberikan kotak kayu berisi kertas mantra padanya, aku segera mendapatkan notifikasi dari uang yang di transfer kan ke rekening bank ku.
"Sudah ! Sekarang pergi dan jangan ganggu aku. Aku ingin tidur !"
Berhasil mendorong enam mata itu pergi, dengan sedikit peregangan saat berjalan, aku menatap ulang kembali kamarku yang berantakan sambil mengenang ingatan beberapa bulan yang lalu.
Dari transaksi jual beli kertas mantra yang ku lakukan dengan Gojo Satoru, sampai ....
Melihat kesamping, aku mengambil sensu dari atas meja, dan memegang kipas lipat berwarna hitam itu yang memiliki motif bunga hydrangea ungu sambil memikirkan si pemberi barang.
"Lama sekali..... Kapan kamu kembali ?"
Memikirkan amigurumi rubah yang sudah selesai ku rajut, aku menantikan kepulangannya.
Kepulangan dari Geto Suguru ....
Lagipula, dia lah yang paling perhatian dan baik padaku. Terlepas dari kesopanan dan rasa tanggung jawabnya, aku tanpa sadar berakhir merasa sedikit bergantung padanya tanpa ku sadari.
Bahkan, dia bisa menyadari kebiasaan ku dalam memegang kipas lipat di genggamanku hanya dengan melihat gestur tangan, dia bisa langsung mengetahui kekurangan ini dari sedikitnya informasi yang ada.
Serius ....
Sebenarnya aku bisa membeli kipas lipat itu sendiri jika aku mau, lagipula aku sudah memiliki penghasilanku sendiri. Tetapi masalalu dari ingatan Akari telah berhasil menghentikan ku.
Karena aku tidak tahan dengan betapa menyedihkannya dia dalam meniru manusia, hingga bahkan kipas lipat sebagai kebiasaan pun dipengaruhi oleh mereka.
Jadi, aku yang sedih akhirnya memutuskan untuk tidak membelinya.
Tapi ....
"Sensu ?"
"Ya..... Aku merasa itu akan sangat cocok untukmu. Ku harap kamu akan menyukainya."
Suguru, dia .... Membelikannya untukku.
Bagiku, membelinya sendiri hanya membuatku merasa menyedihkan, apalagi mengingat ejekan Sukuna yang cukup menghina. Namun, jika itu adalah pemberian ....
"Apakah sensu benar-benar cocok untukku ?"
Aku selalu merasa seperti sedang berpura-pura menjadi wanita kelas atas atau bangsawan dengan cara yang konyol.
"Itu cocok untuk temperamen elegan dan bermartabat mu."
"Apa kamu sedang bercanda ?"
"Tapi kamu benar-benar terlihat seperti wanita bangsawan di mataku."
Melihat ketulusan dimatanya .... Aku rasa mungkin ini baik-baik saja.
Apa lagi setelah mendapatkan persetujuan darinya, aku merasa kipas lipat ini terasa sangat cocok untuk ku, dan aku tidak merasa perlu untuk menahan kebiasaan ini lagi.
"Terimakasih......"
Karena sudah cukup peduli.
Aku sangat menyukainya, mau itu kipas lipatnya, atau pujian mu. Aku menyukai semuanya.
Jadi ....
"Cepatlah kembali....."
⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘
Lalu .... Waktu pun berlalu dengan cepat, dan akhirnya dua hari kemudian Suguru telah kembali dari misinya di luar negeri.
Aku terkejut dan sangat senang.
Walaupun Gojo dan Shoko sudah mulai mempercayai ku, namun mereka tidak sepenuhnya menerimaku karena asal-usul ku yang terlalu mencurigakan, dan aku sendiri pun sangat kesulitan untuk menjelaskan.
Namun, berbeda dengan Gojo yang hanya hobi menggangguku, dan Shoko yang mungkin masih bisa dikatakan sebagai teman, Suguru adalah yang paling istimewa karena sangat perhatian, dan benar-benar tak tergantikan.
"Selamat datang kembali~"
Melambaikan tanganku saat sosok yang akrab itu muncul, dia membalas dengan lambaian tangan yang serupa, dan berjalan ke arahku sambil memasang ekspresi wajah bahagia.
"Aku kembali." Menghela nafas, garis senyumannya sedikit turun, dan dia bahkan mulai mengeluh yang agak keluar dari karakternya : "Membosankan sekali disana sendiri...."
Tapi ini bagus ....
Setidaknya dia terlihat lebih seperti manusia normal saat melakukan hal tersebut.
"Disini juga sangat sepi tanpamu." Kataku, yang bercampur antara keseriusan dan candaan.
Mendengar ucapanku, Suguru mengangkat sebelah alisnya. "Bukannya masih ada Satoru ?"
Lalu dia memegangi dagunya, terlihat seperti sedang berpikir dengan serius, namun siapapun yang mengenalnya akan segera tahu bahwa dia hanya sedang berakting saja.
"Aku ragu dia bisa menjadi anak baik dan tenang tanpa melakukan apapun untuk bersenang-senang."
"Itu benar, tapi yang bisa dia lakukan hanyalah menggangguku !"
Aku benar-benar sudah menjadi mainan eksklusifnya.
Bahkan Yaga pernah berterima kasih padaku secara tidak langsung, karena setelah aku datang, Gojo menjadi lebih jarang menghancurkan gedung di sekolah ini lagi karena dia mengalihkan semua energinya untuk mengganggu ku.
"Lalu, bagaimana dengan Shoko ?"
"Mengingat karakternya, tanpa kalian yang menjadi pemicu, hal menarik apa yang mungkin terjadi ? Ditambah lagi, Shoko sibuk belakangan ini."
Dia bahkan tidak punya waktu untuk menonton drama yang sebelumnya telah kita sepakati bersama.
"Kenapa kamu tidak bermain di luar ?"
Bibirku menjadi sedikit cemberut dan memasang ekspresi wajah tidak puas.
Menutupi bagian bawah wajahku dengan kipas, aku pun menjawabnya dengan nada yang agak kesal bercampur sedih : "Kamu tidak benar-benar berpikir aku bisa memiliki kesempatan keluar tanpa Gojo atau kamu bersama ku, kan ?"
"Maaf, aku lupa."
"Tidak masalah. Lagipula identitas ku yang mencurigakan, dan kertas mantraku memang terlalu menarik keserakahan banyak orang. Aku tahu kalian hanya berhati-hati dan peduli padaku."
Meski aku mengatakannya dengan perhatian, tapi jujur ini masih membuatku sedih ....
Sebelumya, meski aku terbilang cukup diawasi, namun tidak seketat saat ini.
Tapi jika bukan karena kertas mantra ini, aku tidak akan bisa mendapatkan penghasilan ku sendiri. Mengingat aku tidak memiliki kartu indentitas, dan bukan merupakan warga negara mana pun, mencari pekerjaan normal dengan gaji yang mencukupi hanyalah mimpi.
Bukannya aku tidak pernah berpikir untuk memalsukan dokumen, hanya saja .... Aku tidak tahu bagaimana cara melakukannya dengan baik, dan tidak memiliki koneksi untuk membayar seseorang yang ahli.
Lagipula, siapa sangka, kertas mantra yang begitu umum digunakan di era Akari saat itu adalah hal yang sangat berharga di zaman ini !
Dan yang paling menyebalkan, aku benar-benar dipergoki oleh Gojo saat sedang membuat kertas mantra di kamar, dan bahkan dipaksa menjual semua yang ku punya, dari yang ku buat saat itu sampai apa yang akan ku buat di masa depan padanya.
Meski harganya cukup tinggi, tapi tetap saja .... Aku sekarang telah dicap sebagai milik klan Gojo, atau lebih tepatnya calon pemimpin klan Gojo, Gojo Satoru oleh dunia sihir.
Jika aku berani-beraninya mencoba keluar dari dunia jujutsu tanpa persetujuan Gojo Satoru, dengan suara bulat, semua orang pasti akan menganggap ku penghianat saat itu.
Dan aku ragu Gojo Satoru akan mengizinkan sapi perah berkualitas tinggi sepertiku pergi begitu saja ....
Ah .... Menyebalkan sekali !
"Bagaimana jika besok kita pergi ke bioskop ? Aku mendengar ada film baru yang sangat bagus."
"Kita ? Besok ?"
"Ya."
Mataku tidak bisa tidak melihatnya dengan curiga.
"Maksudmu dengan, kita.... itu..... Kamu dan aku saja ?"
"Ya, apakah kamu tidak mau ?"
Aku langsung teringat Suguru dan Gojo yang begitu asik berdua tanpa aku bisa masuk diantara mereka.
Lalu memikirkan Shoko yang juga pernah berada di posisi yang sama ....
Dan akhirnya aku memutuskan untuk mengubur niatku untuk mengajak Shoko bersama juga.
Karena meski aku sebenarnya ingin pergi bersamanya, tapi mengingat angka ganjil itu sangat sulit, dimana salah satu yang tersisa mungkin akan terabaikan, lebih baik hanya berdua saja.
Meski ini terasa seperti .... Kencan ?
"Aku–"
"Keberatan !"
Sebelum aku selesai mengatakan persetujuan, suara keras yang tiba-tiba muncul langsung menyela ku begitu saja.
Menoleh kebelakang, aku bisa melihat bibir merah muda yang cemberut, dan dagu yang terangkat tinggi dari putra dewa pemilik enam mata, membuatku sangat ingin menampar wajahnya. Tidak peduli seberapa tampannya dia, ekspresi menyebalkan itu sangat tak tertahankan.
"Satoru. Jangan menyela seperti itu."
"Ini tidak adil !" Menunjuk ku dengan dagu, dia terlihat semakin kesal. "Kenapa kamu hanya mengajaknya saja !? Bagaimana denganku !?"
Melihat Suguru yang kebingungan, aku yang akhirnya merasa kasihan pun memberikan saran untuk mengeluarkannya dari posisi canggung ini.
"Bagaimana jika kita berempat pergi bersama ?"
"Kita berempat ?" Ulang mereka berdua.
Mendecakkan lidah, aku memutar mata, melupakan kesopanan dan citra seorang wanita anggun ku yang biasa.
Mereka sering kali melupakan Shoko, dan hanya mengganggap serius satu sama lain seperti orang selain mereka berdua itu tidak penting.
"Ya. Aku, kalian" menunjuk dua DK hitam putih, dan menambahkan "Shoko."
"Kedengarannya cukup bagus." Meski masih memasang wajah bau, aura Gojo sudah mulai melembut, dan dia tidak berusaha mempersulit Suguru maupun aku.
"Ok..... Aku akan bertanya pada Shoko." Adalah kalimat terakhir Suguru sebelum dia meninggalkanku dan Gojo Satoru saja ditempat ini, hanya berdua dengan kecepatan yang hampir tidak terlihat oleh mata.
Saling memandang satu sama lain, tiba-tiba suasananya berubah menjadi sangat canggung.
Aku benar-benar ingin memarahi Suguru yang melarikan diri tanpa mempertimbangkan perasaanku disini !
Menarik nafas dalam-dalam, aku memutuskan untuk pergi juga, dengan mengatakan : "Aku akan kembali ke kamarku dulu, sampai jumpa lagi" dan langsung mengangkat kaki untuk meninggalkan Gojo Satoru sendiri.
Tapi ....
Dihentikan oleh tangannya yang menggenggam lenganku.
Ini tidak baik ....
"Kamu sangat tidak menyukaiku."
Berpura-pura tuli dan bisu, aku berdiri bak patung bersejarah sebagai pelarian terakhir.
Namun hal tersebut justru membuat Gojo menjadi kesal, dan langsung menarik tanganku kearahnya. Dengan tarikan yang tiba-tiba, aku hampir jatuh kerena inersia, tapi untungnya dia masih memiliki hati nurani yang tersisa, dengan memegangi ku agar aku tidak melakukan kontak langsung dengan tanah dan mempermalukan diriku sendiri didepannya.
Dengan punggung yang membentur otot dadanya, aku bisa merasakan laju nafas dan suhu tubuhnya yang hanya dibatasi oleh kain tipis baju kami berdua.
Dan–
Tunggu ....
Sesuatu terasa salah ....
Dimana infinity nya ?
"Apa aku benar-benar menyebalkan ?"
"....... Gojo....."
"Apa ?"
"Apa kamu kerasukan ? Ini tidak cocok dengan karaktermu."
Lalu hati nuraninya yang tersisa pun dihabiskan oleh pertanyaan ku.
Dia mendorong ku menjauh darinya, dan sebelum aku akan jatuh, aku langsung melakukan backflip dengan putaran 180 derajat, dan mendarat dengan mulus.
Aku merasa hal tadi sangat memuaskan, namun setelah melihat bahwa Gojo telah menghilang, aku langsung merasa kesal kembali.
Jika ini adalah otome game, angka -30 kesukaan pasti telah terlihat jelas diatas kepalaku.
"Dasar kucing b******k !"
⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘
Jangan lupa berikan komentarmu, dan sampai jumpa di chapter berikutnya.
⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘
█║▌│█│║▌║││█║▌║▌║
Bab berikutnya
Comments
Post a Comment