01. Katekyo Hitman Reborn




Ophelia, yang telah diketahui kelemahannya oleh semua orang, kini sedang menjelaskan semua yang dia ketahui. Dia bahkan hampir bertindak seperti narator untuk buku the call of cthulhu, karya H.P. Lovecraft yang tidak ada di semua lini dunia itu.

Gin yang terus memasang senyuman, hampir merasa dia akan mengalami kram wajah di detik kemudian.

Tapi, karena ini adalah informasi yang sangat berharga, dia tetap bertahan.

Ophelia : "Untuk saat ini, satu-satunya yang belum pernah ku lihat, hanyalah Azathoth, atau yang biasa disebut sebagai, great old ones."

Great Old Ones menjadi kata kunci yang membuat orang menjadi waspada.

Gin : "Apa kamu benar-benar belum pernah melihatnya ? Lalu bagaimana kamu tahu tentangnya ?"

Sorot mata Ophelia berubah menjadi tajam, dan kuku-kukunya yang dicat dengan warna yang semerah darah, mengetuk sandaran lengan di kursi yang didudukinya.

Ophelia: "Kebanyakan manusia fana tak sanggup melihat Azathoth. Karena, sekilas, atau sekecil apa pun wujud yang nampak, akan mengakibatkan kehancuran total bagi yang melihatnya."

Rampo : "Tapi kamu bilang 'fana' yang berarti kamu tidak akan termasuk ke dalamnya."

Meski Ophelia hanya fokus pada Gin, namun bukan berarti dia akan mengabaikan orang lain sepenuhnya, dia pun memberikan jawaban yang ingin diketahui oleh bocah detektif tersebut dengan santai.

Ophelia : "Ya. Aku memang tidak termasuk, karena tidak ada deskripsi pasti tentang Azathoth, lagipula, ia selalu berubah-ubah. Aku pun hampir tidak bisa mengenalinya jika bukan karena kemampuannya yang luar biasa, dimana melihat bayangannya saja sudah cukup untuk membuat ku mati ratusan kali dalam sedetik karena kutukannya."

Saat suasana menjadi tegang, layar hitam kembali menunjukkan gambar.

Sepertinya film baru akan dimulai, pikir semua orang selain Ophelia yang baru saja datang.

[ Dilayar, wanita berambut hitam dengan rambut yang diikat ekor kuda, menatap ke arah mereka dengan iris mata ungunya yang tajam

[ Dilayar, wanita berambut hitam dengan rambut yang diikat ekor kuda, menatap ke arah mereka dengan iris mata ungunya yang tajam.

??? : "Apa-apaan ini !? Rusak lagi !?"

Kamera menjauh, dan sudut pandang mereka pun beralih dari depan, eye-level angle, ke arah belakang wanita itu yang sedang memperbaiki mesin misterius berbentuk aneh yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.

Lalu, kamera pun semakin menjauh, menjauh, dan terus .... menjauh. Memperlihatkan pemandangan unik dari dunia cyberpunk yang dipenuhi mesin-mesin berkilauan tembaga dan beroda gigi di setiap sisi di tempat ini.

Namun, meski mesin-mesin itu tersebar luas dimana-mana, pepohonan dan rerumputan yang hijau dan asri masih dipertahankan dengan baik, yang menunjukkan bahwa penghijauan di tempat ini benar-benar diperhatikan dengan cermat. ]

Ya, itu memang luar biasa.

Tapi beberapa orang yang cukup jeli, merasa bahwa sepertinya ada sesuatu yang terlihat janggal ....

Contohnya, seperti tembok tinggi besar yang mengelilingi kota seperti berusaha melindungi isi di dalamnya dari sesuatu.

Apakah sedang terjadi perang ?

Atau ini sengaja dilakukan mengikuti arsitektur benteng-benteng di Eropa yang dibangun pada abad pertengahan ?

Dan jawabannya, segera terjawab disaat berikutnya.

[ —Wheeeeeeoooooawww

Secara tiba-tiba terdengar bunyi suara alarm peringatan yang bergema dengan sangat kencang, membuat wanita cantik yang sedang memperbaiki mesin tadi segera berlari dan terjun bebas dari atas gedung, sebelum akhirnya terbang menggunakan sayap mekanik yang secara seketika terbentuk dibelakang punggungnya. ]

Nobara : "Keren ! Ophelia-san ! Apakah yang tadi itu sihir ?"

Mata bertabur bintang milik Kugisaki Nobara, menatap penuh harap pada wanita penyihir yang ternyata sedang menunjukkan tatapan yang sangat intens pada Masamichi Kisa disebelah gurunya, Gojo Satoru.

Disisi lain, Gojo Satoru pun akhirnya juga menyadari tatapan itu, dan segera menutupi wanita disampingnya dengan tubuh tingginya, berusaha menghalau tatapan yang dia rasa tidak menyenangkan.

Satoru : "Ah~ hei~ nona penyihir. Caramu menatap Kisa-chan sungguh sangat menjengkelkan."

Kisa : "Senpai ?"

Gojo Satoru menekan bibir si cantik dengan jari telunjuknya, berusaha menghentikannya berbicara untuk sementara.

Kisa yang tidak mendapatkan kesempatan untuk membuatkan alasan bagi sang rekan : "........."

Dan, Ophelia yang sangat ingin mendapatkan informasi dari rekan kesadaran alternatif sang tubuh utama juga terdiam.

Gojo Satoru benar-benar seenaknya dan terlalu suka ikut campur urusan orang, pikir keduanya.

Ophelia : "Kau, seharusnya Dewi, kan ?"

Mendengar pertanyaan yang tiba-tiba ini, Kisa yang memiliki esensi yang sama pun langsung mengerti, dan ikut masuk kedalam drama dengan sangat cepat.

Kisa : "Dewi dari dunia kecil. Tapi seharusnya dunia tempat ku tidak ada apa-apanya bagimu, bukan ?"

Karena aku tidak tahu apa-apa, jadi jelaskan apa yang sebenarnya sedang terjadi padaku !

Ophelia yang akhirnya tahu bahwa pihak lain juga tidak tahu : "......"

Sisa-sisa !

Ophelia : "Benarkah ? Sayang sekali. Ku pikir gelar mu sebagai Dewi akan memberikan lebih banyak informasi daripada aku yang hanya seorang penyihir."

Kau benar-benar berani menyebut dirimu sebagai 'hanya' seorang penyihir !?

Kisa : "Kurasa kita harus menunggu orang berikutnya untuk bertanya."

Masamichi Kisa akhirnya sadar, bahwa tidak ada satupun diantara mereka yang tahu apa sebenarnya yang sedang terjadi dengan semua hal yang ada di bioskop ini.

Mata beberapa orang berkilat tajam saat kata 'kita' diucapkan oleh Kisa tanpa sengaja.

[ Lalu, adegan di layar pun menjadi semakin keterlaluan, dimana wanita itu terus menerus membuat sesuatu yang menyerupai senjata api, yang fungsinya seperti senapan runduk, shotgun, revolver, hingga bahkan minigun dan laser yang mengambang disekitar wanita itu, dan terus menembakan amunisi tanpa jeda seakan-akan tidak diperlukannya pengisian ulang.

??? : "Create."

Lagi dan lagi, wanita itu terus menerus menembaki sesuatu dari kejauhan tanpa henti, dan akan membuang senjata lama yang telah usang dan menggantikannya dengan senjata baru yang dibuatnya dari ketiadaan.

Setelah cahaya jingga dari matahari terbenam menghilang, barulah wanita itu berhenti dengan keringat yang bercucuran di sekujur tubuhnya.

Dan saat wanita itu jatuh dengan terengah-engah, layar akhirnya menunjukkan musuh sebenarnya yang baru saja dilawan olehnya.

Yaitu ....

Manusia. Setidaknya, bentuk tubuh mereka memanglah manusia, namun, kulit mereka berwarna abu-abu, pembuluh darah mereka tampak berkilau kuning, dan mata mereka berwarna hitam dengan pupil merah yang memancarkan cahaya mengancam.

Mereka terlihat seperti zombie.

Bahkan beberapa diantara mereka yang telah kehilangan anggota badannya, masih terus berusaha mendekati kota yang jelas-jelas dikelilingi oleh dinding tinggi sebagai pembatas.

Makhluk ini, benar-benar bukan lagi manusia.

Mereka tidak bisa lagi dikatakan sebagai manusia. ]

Di bioskop, Osamu Dazai berpura-pura sepenuhnya fokus pada film, tapi sebenarnya, perhatiannya jelas tidak berpusat pada hal tersebut.

Pria ini, tahu bahwa dia tidak bisa secara terang-terangan mengamati Ophelia dan Kisa karena itu akan membuat mereka waspada, namun dia tetap terus berusaha memperhatikan mereka. Bersikeras mencari sedikit saja informasi yang tidak sengaja mereka ungkapkan dengan ekspresi mikronya.

Dan keputusannya untuk mengawasi mereka ternyata terbukti benar, setelah dia mendapatkan tatapan kosong sesaat Kisa, serta kedipan cepat mata Ophelia yang tidak wajar.

Kedua wanita ini .... Mereka jelas menyembunyikan sesuatu.

Sedangkan Edogawa Rampo, meski dia kekurangan informasi dan tidak sepandai dalam membaca seseorang seperti Osamu Dazai, detektif nomor satu di dunia itu juga jelas merasakan ada sesuatu yang salah.

Tapi karena mereka bersikeras untuk menyembunyikannya, dia tahu bahwa bertanya tidak akan ada gunanya.

Lebih baik melihat film hingga selesai. Itu lebih terjamin.

Itu lebih terjamin

Bab sebelumnya

Daftar bab

Bab berikutnya

Comments

Popular posts from this blog

24. Hanya Hari-hari Biasa 2

23. Seseorang Yang Bisa Memberikan Rasa Nyaman

01. Detektif Conan