02. Katekyo Hitman Reborn
[ Saat gambar menunjukkan wanita yang akhirnya berhasil berdiri dan berjalan dengan goyah, adegan seketika berubah, pemandangan cyberpunk diawal kini telah berganti menjadi arsitektur neoklasik dengan elemen-elemen klasik yang indah.
Namun, kamera tidak berhenti disini, dia terus pergi, mengarahkan sudut pandang penonton menuju tempat yang jauh dari keramaian di perkotaan, hingga akhirnya terhenti tepat di depan seorang remaja berambut pirang runcing, dan bermata oranye tajam, yang sedang berdiri di tepi gang gelap yang begitu mencekam.
Suasananya penuh ketegangan, dan warna merah di punggung remaja yang menempel di bata dingin itu merembes hingga meninggalkan sedikit jejak di permukaannya.
Dan remaja ini ialah– ]
Ugetsu : "Giotto !?"
G : "Bajingan mana !? Aku akan membunuhnya !"
Melihat teman masa kecilnya yang terluka parah, G begitu marah hingga dia meremas sandaran tangan kursi yang dia duduki hingga hancur, tapi belum saja serpihan itu menghilang dan kembali seperti semula, G sudah menghancurkannya kembali dengan lebih buruk dari sebelumnya.
Para guardians yang lain juga sama paranoid nya, mereka terlihat seperti ingin menembus layar dan membunuh siapapun yang menyakiti Giotto dengan cara yang paling kejam.
Melihat ini, orang yang tidak tahu akan mengira Vongola adalah sekelompok orang yang kasar dan brutal.
Sawada Tsunayoshi dan teman-temannya : "........"
Pertama-tama, kejadian itu berada di dunia yang berbeda, dan yang ke dua, kau telah mati, jadi bagaimana caramu membunuhnya ?
[ Giotto : "Terlalu banyak darah......"
Dia harap, orang-orang itu tidak akan menemukannya dengan cepat.
Dan setelah beberapa langkah, pemuda itu tanpa sengaja tergelincir karena darahnya sendiri. Merasa lukanya akan semakin melebar, Giotto pun memutuskan untuk duduk di tanah untuk sementara waktu. Tapi, meski begitu, dia sangat puas.
Bagaimanapun, dia akhirnya berhasil menghindari kekacauan di sekitarnya, dan bahkan berhasil menyelamatkan temannya hanya dengan sedikit luka ini saja.
Dia sudah sangat beruntung.
Tapi, dia tidak bisa begitu saja mengabaikan kondisinya, dia harus secepatnya mengumpulkan energi untuk mencari tempat persembunyian yang lebih aman, lantaran dia harus segera mengobati luka ini. Jika tidak, dia mungkin akan tertangkap dan dihabisi, atau mati karena eksanguinasi, yang hanya akan meninggalkan teman-temannya dengan rasa bersalah setelah dia mati.
Saat dia menarik napas dalam-dalam untuk mengatur nafasnya yang mulai tidak beraturan, dunia di sekitarnya tiba-tiba menjadi kabur dan hitam.
Sial. Apakah dia mengalami syok hipovolemik !?
Namun, tiba-tiba, sebuah flash yang intens menyelimuti tubuh pemuda itu, dan sebelum Giotto bahkan bisa mengambil napas atau protes, dia sudah terlanjur pingsan dalam kegelapan. ]
Melihat hal ini, beberapa orang sudah bisa menebak apa yang akan terjadi.
Jika sebelum orang-orang dari dunia lain lah yang datang ke bumi, maka sepertinya kini giliran orang dari bumi lah yang akan pergi ke dunia lain.
Dazai : "Sepertinya ini akan menjadi adegan penyelamatan yang dilakukan oleh si cantik sebagai awal dari pertemuan mereka berdua."
Gogol : "Agak klise."
Setelah dua kata ini diucapkan, seperti sebuah tombol pemicu telah diaktifkan, hanya dalam sekejap, begitu banyak mata yang menatap tajam kearah Gogol yang justru menjadi semakin bersemangat.
Dazai : "Psikopat~"
Rampo : "Kamu tidak punya hak untuk mengatakan itu pada orang lain."
Dazai : "Bukannya kamu juga ?"
Rampo : "Ya."
Tapi Rampo tidak marah meski diberitahu seperti itu, lagipula, ada banyak sekali orang yang serupa di tempat ini, jadi kenapa dia harus peduli ?
[ Di kota yang sudah hancur, ketika wanita berambut hitam di adegan awal tengah berjalan menyusuri jalan -jalan yang dipenuhi dengan sisa-sisa bencana, udara tiba-tiba membawakan aroma logam dan amis, yang segera memenuhi indra penciumannya.
Dia sangat akrab dengan bau ini, karena ini adalah bau yang sering dia rasakan saat dia mimisan akibat kelelahan.
Tapi bagaimana bisa ?
Seharusnya sudah tidak ada lagi manusia atau hewan hidup lain yang bisa mengeluarkan darah.
Jadi, dari mana asal bau ini !?
Berlari melewati sisa-sisa Kabane, hantu penghuni kota, yang berbentuk manusia namun tidak bisa lagi dikatakan sebagai manusia, dia mendapati tubuh manusia normal yang hampir terlihat seperti ilusi dimatanya.
Setelah sekian lama, hidup kesepian di dunia yang kejam ini ....
Akhirnya, dia tidak lagi harus sendiri ....
Berlutut di samping pemuda yang tengah tak sadarkan diri, wanita itu langsung membuat cairan dari ketiadaan, dengan tindakan hingga proses yang sama seperti sihir di peristiwa pertarungan sebelumnya, dan dilanjutkan dengan membentuk botol kaca yang melapisi bagian luar cairan itu untuk melindunginya dari terkontaminasi.
Setelah obat yang mirip seperti sesuatu yang hanya akan muncul di game RPG telah selesai dibuat, wanita itu langsung membuka botolnya, dan menuangkannya ke mulut pemuda itu dengan penuh harap, yang bisa dengan sangat jelas terlihat dari sorot mata ungunya yang berkilau bak batu permata amethyst di bawah sinar matahari.
??? : "Eh !?"
Tapi .... Cairan hijau itu tidak dapat tertelan oleh pemuda ini, karena giginya yang tertutup menghambat cairan yang akan masuk kedalam mulut. ]
Sonoko memerah, dan mulai membayangkan hal yang kerap kali muncul dalam drama-drama romantis yang sering kali dia lihat di waktu luangnya.
Sonoko : "Apakah adegan itu benar-benar akan muncul~?"
Ran : "Adegan ?"
Sonoko : "Memberikan obat dari mulut ke mulut....." Jawab Sonoko dengan suara yang sangat lembut.
Tapi, meski sudah berbisik dengan sangat pelan, gadis ini tidak tahu bahwa kebanyakan orang disana memiliki pendengaran yang super bagus untuk bisa mendengar setiap katanya dengan sangat jelas.
Semua orang di Vongola, yang tahu bahwa tokoh yang bersangkutan telah memiliki istri hingga beberapa generasi keturunan, melihat sang primo yang memerah dan terlihat merasa bersalah : "........"
[ Tapi, tidak seperti harapan, wanita yang panik itu justru segera mencuci tangannya dengan cairan biru yang baru saja dia buat, dan langsung memasukkan jari-jarinya kedalam mulut Giotto dan memaksa pemuda itu untuk membuka mulutnya lebar-lebar. ]
Giotto : "......."
Semua orang : "........."
Oh .... Ini cukup anti klimaks.
[ Setelah berbagai pengobatan dilakukan oleh wanita itu demi mempertahankan hidup satu-satunya manusia selain dirinya, dia membawanya pergi menuju kediamannya.
Lalu adegan transisi pun terjadi, dan sebelum Giotto bisa memproses lingkungannya lebih dalam, dia menemukan sosok yang tertidur disamping tempat tidurnya.
Giotto mencoba bergerak, namun wanita itu sepertinya terganggu oleh pergerakannya dan terbangun karenanya.
Dari sudut pandang wanita itu, wajah pucat pemuda didepannya bermandikan cahaya redup matahari yang menembus vitrase, membuatnya hampir halus dan terasa tidak nyata.
Mengulurkan tangannya dengan ragu-ragu, Giotto yang tidak merasakan ancaman apapun membiarkan wanita itu menyentuh wajahnya, dan kehangatan di bawah kulitnya, membuat wanita itu bernafas lega.
Orang ini masih hidup.
Benar-benar bertahan hidup.
Dia tidak akan lagi menjadi satu-satunya yang hidup ....
Saat air mata hampir mengalir dari sudut matanya, wanita itu segera tersadar dengan kelakuannya sendiri, yang membuatnya mengerucutkan bibirnya dengan kesal, dan menarik tangannya kembali.
Apa-apaan ini, apa yang kau lakukan !?
Benar-benar bodoh sekali !
Sangat memalukan !
??? : "....... Bagaimana perasaanmu ?"
Giotto : "Jauh lebih baik. Terimakasih sudah menyelamatkan ku."
??? : "...... Ini– Ini tidak seperti aku hanya khusus ingin menyelamatkan mu saja ! Aku– aku cuma ingin mengembalikan manusia..... Mungkin...... kembali ke kejayaan lamanya....."
Tanpa dia sadari, wanita ini bahkan mulai meragukan dirinya sendiri.
Melihat betapa canggungnya wanita yang tampak sedang berusaha terlihat serius itu, Giotto hampir tidak bisa menahan tawanya.
Betapa imutnya ....
Tapi, sepertinya ada yang salah.
Giotto : "Mengembalikan manusia kembali ke kejayaan lamanya ? Memangnya, apa yang terjadi sampai kamu mengatakan hal semacam ini ?"
??? : “Apa ... apa yang terjadi?”
Wanita itu mulai bergumam tidak yakin.
??? : “Benar juga… aku yakin aku adalah satu-satunya yang masih bertahan, dan ini bukan pertama kalinya aku datang ke kota itu......”
Tiba-tiba, cara wanita itu melihatnya, membuat Giotto merasa tidak nyaman.
??? : "Kamu bukan dari sini. Tidak, tepatnya, kamu bukan dari dunia ini." Ini bukan pertanyaan, ini afirmasi.
Giotto : "Ya." jawab Giotto, tidak yakin bagaimana harus menghiburnya dalam hal ini.
Lagipula cerita latar belakang wanita ini tidak terdengar baik.
Giotto : "Namaku Giotto."
??? : "Aku.... Namaku Cloe Gotti," jawabnya, suaranya goyah ketika dia mendorong dirinya ke posisi duduk.
Giotto : "Kebetulan sekali, nama keluargamu terdengar seperti berasal dari tempat tinggal ku."
Cloe : "......... Begitukah ? Lalu, apa nama negara tempat tinggalmu ?"
Giotto : "Napoli. Bagaimana denganmu ? Apa nama tempat ini ?"
Cloe : "..... Briufelane." Jawab Cloe dengan nada yang asing, rasanya, seperti telah lama sekali nama itu tidak pernah diucapkan olehnya.
Giotto : “Ngomong-ngomong, bisakah kamu ceritakan apa yang terjadi di sini?”
Mata Cloe menjadi gelap ketika dia menceritakan tragedi itu, tragedi serangan mematikan yang dilakukan oleh mayat hidup mengerikan yang telah terinfeksi sesuatu yang tak diketahui, mengubah dunia menjadi medan perang yang tiada henti.
Dan akhirnya, sisa-sisa populasi terakhir telah membarikade diri mereka sendiri, tetapi itu ternyata sia-sia. Dia telah kehilangan semua orang, teman, dan bahkan keluarga terakhirnya.
Hingga, pada akhirnya, hanya dia lah satu-satunya yang tersisa.
Di bawah cahaya, Giotto merasakan hatinya sakit karena betapa menyakitkan masalalu yang dialami oleh wanita ini.
Dia tidak mengerti bagaimana atau mengapa dia didorong ke dunia ini, tapi tidak masalah, dia ingin membantunya.
Atau .... Mungkin membawanya kembali ke Napoli bersamanya.
Setidaknya, dengan begitu, wanita ini tidak akan lagi tersiksa oleh pertarungan tiada henti dan rasa kesepian di malam hari. ]
Author note : sebenarnya tidak ada informasi pasti di tahun berapa era Giotto dan teman-temannya, jadi aku hanya mengira-ngira saja.
Dimana diperkirakan, Giotto hidup sekitar 300-400 tahun sebelum peristiwa utama dalam cerita, yang merupakan tahun 1700-an disaat Italia sebagai negara-bangsa yang bersatu belum ada, dan masih merupakan kumpulan berbagai negara bagian atau teritorial. Jadi, aku pun memutuskan untuk memilih Napoli yang memiliki aktivitas mirip mafia yaitu Sisilia sebagai tempat kelahirannya Giotto dan G sebagai teman masa kecilnya.
Comments
Post a Comment