05. Detektif Conan




Chuuya : "....... Monster itu..... Jangan bilang, hal itu sedang melakukan percobaan manusia pada gadis disana !?"

Sebagai makhluk yang diciptakan oleh manusia di laboratorium, Nakahara Chuuya sangat membenci tindakan yang menggunakan manusia sebagai tikus percobaan.

Tidak peduli apakah itu adalah manusia atau monster, hanya memikirkan bahwa masih ada yang memperlakukan manusia seperti sesuatu yang bisa digunakan seenaknya, membuatnya sangat ingin membunuh sesuatu.

Dazai : "Bukankah itu sudah sangat jelas ? Kurcaci benar-benar layak sebagai siput, bahkan otak pun selambat siput."

Chuuya : "Dasar ikan tenggiri ! Tidak bisakah kau diam disaat seperti ini !?"

Dazai : "Lagipula kamu tidak bisa melakukan apapun, marah pun tidak ada gunanya. Bodoh sekali~"

Siput ini sangat bodoh sampai-sampai dia tidak menyadari bahwa monster itu sangat berbahaya, sampai-sampai sekedar hanya melihatnya saja sudah mengurangi sedikit kewarasan.

Tapi dia benar-benar berpikir untuk membunuhnya ?

Hah !

Lelucon yang tidak lucu samasekali !

Chuuya : "Aku hanya ingin marah, itu urusanku, jadi apa peduli mu !?"

Dazai : "Menyedihkan......"

Sangat bodoh sampai tidak ada harapan.

Chuuya : "Dasar tenggiri menyebalkan ! Aku pasti akan membunuhmu setelah lepas dari kursi sialan ini !"

Dazai : "Ya~ ya~"

Satoru : "Aku ingin tahu, apakah aku bisa membunuh hal itu~"

Kisa : "Lebih baik jika tidak pernah bertemu."

Satoru : "Ei~ apakah Kisa-chan takut ?"

Kisa : "Ya."

Banyak orang terkejut mendengar jawabannya.

Bagaimanapun juga, ini adalah Masamichi Kisa, wanita pintar yang mampu mengubah dunia sihir, sahabat dari Dewa jahat Yamata no orochi, dan Dewi itu sendiri. Jadi, mendengar bahwa dia takut itu hampir tak terbayangkan oleh mereka.

Kisa : "Satoru-san, tidak peduli seberapa kuatnya kamu, kamu tidak dapat lepas dari identitas mu sebagai manusia."

Satoru : "Lalu, bagaimana denganmu ? Kamu seorang Dewi, apakah kamu bisa mengalahkannya ?"

Kisa : "Dewi pun memiliki keterbatasannya sendiri. Aku masih terikat oleh aturan dunia, dimana jika aku berada di dunia lain, aku tidak bisa lagi memegang otoritas ku sebagai Dewi, dan kekuatanku pun akan banyak ditekan. Tapi, makhluk itu tidak terikat oleh aturan apapun......"

Lagipula itu adalah monster yang diberikan peran sebagai musuh utama oleh sistem AI, jadi jelas tidak mungkin dia bisa dengan mudah untuk dikalahkan.

Yaga : "Apakah kamu tahu makhluk apa itu, Kisa ?"

Kisa : "...... Mi-Go adalah spesies alien, dan merupakan ras yang maju secara ilmiah serta teknologi. Mereka memiliki pemahaman yang sangat canggih tentang teknik bedah dan ilmu saraf."

Yaga : "Apa kamu pernah bertemu ?"

Kisa : "Tidak. Ini adalah pengetahuan yang secara otomatis kudapatkan saat aku secara sah masuk ke jajaran Dewa dan Dewi di tempat ku."

Setelahnya, atmosfer langsung terasa berat.

Meski belum tentu Mi-Go akan pergi ke planet atau dimensi mereka, tapi orang-orang yang tahu betapa berbahayanya makhluk itu, tentu dibuat was-was karenanya.

Mengutip kalimat orang bijak yang tidak diketahui namanya, hal-hal yang tak diketahui dan sangat kuat, adalah hal yang paling ditakuti.

[ Seperti yang sudah bisa ditebak, sekarang Ophelia Delarosa menjadi makhluk imortal yang tidak mampu lagi merasakan pelepasan manis dari finalitas.

Dan harus merasa ketakutan akan hal yang tidak diketahui menghantuinya saat ia menghadapi masa kini yang kekal, berputar-putar melalui kenangan yang berharga sekaligus menyakitkan.

Ophelia : "Hah...... Setidaknya..... Saat ini aku masih memiliki keluarga."

Tapi–

Hanya setelah dia kembali, dia baru menyadari, bahwa dia telah mengalami pasang surut selama bertahun-tahun yang tak terhitung jumlahnya.

Dan mendapati dirinya berjalan melalui sisa-sisa kota yang dulunya semarak. Istana di dalam kastil hancur berkeping-keping, fasad kacanya pecah karena beban waktu.

Alam telah mulai merebut kembali wilayahnya, tanaman merambat, merambat di atas logam yang bengkok, dan bunga-bunga mekar menantang di celah-celah beton.

Bagi orang lain, itu adalah tempat keindahan yang hilang ; bagi Ophelia, itu adalah pengingat yang tajam tentang apa yang dia miliki kini selamanya telah berada diluar jangkauannya.

Ophelia : "Berapa lama...... Berapa lama aku terjebak disana !?"

Dia lupa akan kutukan keabadiannya, dimana dia tak lagi dapat menua.

Dan tujuan awalnya untuk kembali telah kehilangan artinya, ia kini terbebani oleh jalinan emosi yang dijalin dengan kehilangan, keterasingan, dan keputusasaan. ]

Vermouth : "....... Mengingat bahwa masih banyak orang yang menginginkan keabadian ini, rasanya miris sekali."

Yusaku : "Apa yang tidak bisa kau dapatkan adalah yang terbaik. Kebanyakan manusia memiliki mentalitas semacam ini."

Ran : "...... Itu benar-benar kutukan."

Bahkan mata nona penyihir, yang dulu berseri-seri karena optimisme, yang seakan-akan tidak akan pernah padam mau apapun yang terjadi, kini mencerminkan kesedihan yang mendalam.

Mereka bahkan menyaksikan dunia berubah, peradaban bangkit dan jatuh, namun penyihir itu menjadi satu-satunya yang tetap di sini, sebagai jangkar di lautan kehidupan yang tidak memiliki akhir.

Tawanya yang dulu bergema di telinga mereka telah memudar, digantikan oleh keheningan hampa kesunyian.

Bahkan Gojo Satoru yang paling bebas pun mulai bertanya-tanya, apakah dia bisa tetap menjadi dirinya, jika berada di posisi yang sama ?

Untuk yang kedua kalinya, orang-orang mengetahui betapa mengerikannya apa yang disebut keabadian ini.

[ Taluna : "Kamu sendiri."

Ophelia : "Aku sendiri."

Berjalan ke arah sang penyihir yang wajahnya masih tetap sama meski sudah ratusan tahun berlalu, elf yang kini telah dewasa, duduk disampingnya menggantikan sang ayah yang telah tiada.

Taluna : "Tidak ingin mencoba berteman ?"

Ophelia : "Tidak ada gunanya, karena saat aku mulai meluangkan waktu untuk mengenal mereka, orang-orang itu sudah berada di ranjang kematiannya."

Taluna : "Lalu, bagaimana denganku ?"

Telinga panjang dan runcing dari ras elf bergerak-gerak naik turun dengan antusias.

Taluna : "Ras kami memiliki masa hidup yang bisa lebih dari tujuh ratus tahun ! Meskipun ayah sudah tiada di usia lima ratus, tapi itu adalah kasus langka karena sakit."

Ophelia : "....... Itu....."

Taluna : "Jadi bagaimana ? Mau berteman ?"

Mungkin karena sudah lama, Ophelia kebingungan untuk menunjukkan perasaannya.

Bahkan dia hampir lupa bagaimana cara tersenyum dengan benar, dan senyumannya saat ini justru terlihat lebih menyedihkan daripada meratap dan membuat suara tangisan.

Taluna : ".... Hahahaha..... Apa apaan ekspresi itu ?"

Membuka tangannya lebar-lebar, gadis elf yang baik, sedang berusaha mencoba untuk mengarahkan penyihir yang terlalu lama terpisah dari peradaban.

Taluna : "Peluk lah saja jika kamu memang tidak tahu bagaimana cara menunjukkan perasaanmu."

Dan seperti yang dikatakan oleh Taluna, Ophelia langsung memberikan pelukan yang erat padanya.

Pelukan yang dimana membuat gadis elf itu kesulitan bernafas, karena kepalanya tenggelam dalam kelembutan aset dari seorang wanita dewasa yang penuh berkah.

Taluna : "Mmmmmm...... Hentikan bodoh ! Hentikan ini....."

Ophelia : "Kamu yang mengatakan bahwa  ini caranya menunjukkan perasaan."

Taluna : "Itu benar ! Tapi tetap saja, berhenti menyodorkan gumpalan lemak itu ke wajahku !"

Ophelia : "Ini perasaanku."

Taluna : "Memangnya perasaan itu berada di dada sapi mu !?"

Ophelia : "Ya. Perasaanku sebesar dadaku."

Ophelia mengatakannya dengan tulus, tanpa adanya maksud lain, tapi–

Taluna : "Sialan ! Apa maksudmu dadaku kecil karena perasaanku tidak cukup besar !?"

Elf berdada datar merasa tersinggung karenanya. ]

]


Bab sebelumnya

Daftar bab

Bab berikutnya

Comments

Popular posts from this blog

24. Hanya Hari-hari Biasa 2

23. Seseorang Yang Bisa Memberikan Rasa Nyaman

01. Detektif Conan