23. Seseorang Yang Bisa Memberikan Rasa Nyaman
Duduk di ruang kelas, aku merasa seperti telah bergabung menjadi salah satu murid di sekolah ini. Setidaknya, selama yukata yang ku gunakan bukan hanya aku yang memakainya, ini akan jauh lebih baik, karena yukata benar-benar sangat berbeda dengan seragam DK penyihir jujutsu lainnya, meski aku meminta yang polos dan berwarna gelap, itu tidak akan mengubah terlalu banyak.
A~ah .... Perbedaan membuatku merasa sangat tersisih dari semua yang ada disini.
"Kelas selesai. Sebelum itu, Satoru, kamu memiliki misi di kota Miyawaka, Prefektur Fukuoka, sedangkan Suguru, kamu di Osorezan, Prefektur Aomori. Supervisor tambahan akan mengantarkan kalian seperti biasa. Ingat untuk tidak pergi sendiri menggunakan teknik terkutuk, dan jangan lupakan tirai sebelum menyucikan kutukan itu. Kalian mendengarkan !?"
"Hai~ hai~ hai~" (Gojo)
"Tenang saja sensei." (Geto)
"Un. Kalian benar-benar harus mengingat ini, aku sudah sangat lelah mengingatkan hal yang sama terus menerus. Terutama kamu !" Menunjuk kucing yang berpura-pura terkejut, Yaga meneruskan "Gojo Satoru ! Jangan gunakan teknik kutukan mu tanpa tirai yang terpasang, mengerti !?"
Dengan jawaban "Haaaai~" sambil memasang ekspresi ceroboh, itu benar-benar sangat tidak meyakinkan. Melirik Yaga, dari ekspresi wajahnya, aku yakin dia juga memiliki pendapat yang sama.
Akhirnya, setelah beberapa menit ceramah tambahan dari Yaga-sensei, aku dan Gojo berhasil keluar dari ruang kelas setelah kucing putih tertentu melarikan diri dari ocehan yang hampir tiada henti.
Untuk yang satu ini aku harus berterimakasih padanya, karena jika kita tidak segera pergi secepatnya, aku sangat yakin telingaku akan menumbuhkan jamur saking lama dan membosankan setiap kalimat yang Yaga katakan. Meski alasan ceramah Yaga terjadi akibat ulah Gojo Satoru di depanku ini, tapi .... Ah .... Sudahlah ....
Mau bagaimanapun di yang mendanai tempat tinggal dan makananku, jadi terima saja.
Lalu, tidak selang lama, kami akhirnya melihat mobil terparkir di kejauhan, dan setelah Gojo membuka pintu mobil dan masuk, aku menyusul melalui pintu yang berlawanan.
Selama beberapa saat, hanya suara mesin mobil yang dapat ku dengar.
Merasa bahwa suasana terlalu tenang, aku yang duduk di kursi penumpang bersama tuan muda pemilik enam mata, sempat curiga. Lagipula di sisiku adalah Gojo Satoru, jika dia diam, pasti dia sedang merencanakan sesuatu.
Dan seperti yang telah ku duga, setelah beberapa saat, Gojo Satoru yang sebelumnya bersandar malas di kursi dan mengabaikan ku, tiba-tiba mengulurkan cakar iblis nya.
Dia mengambil tangan kiriku, dan mulai melihat-lihat tato diatasnya.
Benar, melihat-lihat, itu berarti dia menggulung lengan yukata ku, dan memperlihatkan tangan dari seorang gadis konservatif yang baru dikenalnya tanpa sedikitpun rasa bersalah.
Dari bandit, menjadi gangster, orang ini sangat tidak memperdulikan jarak aman yang sudah ditetapkan oleh masyarakat umum bagi setiap pria dan wanita. Apalagi bagi mereka yang belum lama saling mengenal, jarak saat ini sebaiknya diatur sedikit lebih jauh dari yang seharusnya. Tapi, saat ini, orang di dekatku ini, benar-benar tidak memperdulikan apapun selain dirinya sendiri.
Melihat ekspresi terkejut supervisor di kursi kemudi, aku yakin dia memiliki imajinasi yang kaya di kepalanya.
Mungkin akan ada drama aneh setelah misi ini selesai.
Aku hanya berharap, semoga itu tidak akan terlalu berlebihan, karena aku tahu perubahan informasi yang dibawa oleh desas-desus itu terlalu diluar nalar.
"Gojo–"
"Tato ini." Dia menyela ku, dan akhirnya melepaskan penyamaran 'aku adalah yang paling tahu', dan memutuskan untuk bertanya padaku. "Apa kamu membuatnya sendiri ?"
Hm .... ?
"Ya. Tentu saja."
"Apa kamu mempelajarinya seorang diri, atau seseorang mengajarimu ini ?"
Melihat ketertarikan Gojo yang semakin meningkat, aku semakin yakin bahwa dia telah mengetahui kegunaannya, dan mulai mengumpulkan informasi seperti kucing intelijen kecil yang rajin.
Tidak mendapatkan tanggapan, dia mengambil tangan kanan ku juga, dan membandingkan setiap tato dengan sorot mata yang sangat fokus, namun seakan belum puas, matanya mulai naik ke bagian dadaku yang juga memiliki tato tercetak diatasnya dengan simbol yang paling mencolok lebih dari tempat lainnya.
"Dimana kamu melihat !?"
"Bukankah sulit membuat tato di area itu ?"
"Selama kamu sudah terbiasa, itu tidak sesulit yang terlihat."
"...... Bohong......"
Ya ....
Aku memang bohong, lalu apa ?
Kamu bisa menghancurkan gunung dan menghanguskan hutan, tapi kamu tidak bisa memaksa berbicara seseorang yang memiliki mulut sekeras berlian.
Lagipula, selama aku tidak ingin mengatakan, bahkan penyiksaan tidak akan berguna, karena semakin sakit rasanya, level toleransi ku akan semakin meningkat.
"Cih." Gojo yang sepertinya tahu apa yang sedang ku pikirkan pun langsung kehilangan rasa keingintahuannya, dan membuang tanganku yang sedang dipegang olehnya, sambil berkata "Orang yang membosankan" lalu mengeluh karena tidak bermain sesuai aturan.
"Maaf karena membosankan."
Setelah suasana kembali tenang seperti sebelumnya, mobil pun berhenti di depan terowongan besar yang kumuh setelah beberapa saat.
"Ini...... ?" Tanya ku ragu, pada supervisor.
Sekilas, terowongan ini sangat cocok untuk menjadi tempat destinasi horor, tapi aku tidak tahu apapun mengenainya, mau dari legenda urban, atau bahkan sejarah hingga alasan mengapa terowongan ini ditutup.
"Terowongan Inunaki, tempat yang dikaitkan dengan berbagai legenda dan rumor urban yang diyakini berhantu atau dikutuk, tempat orang-orang dibunuh atau dibakar sampai mati, dan banyak pembunuhan terjadi di sini." Ucap Gojo yang entah kenapa secara aktif menjelaskan padaku meski dia baru saja mengabaikan ku sebelumnya.
"Mereka masih percaya pada hal semacam ini ?"
"Itu karena sempat terjadi kasus pembunuhan disini beberapa waktu yang lalu, dan setelah YouTubers memviralkan, hingga akhirnya sekelompok remaja datang untuk melakukan uji nyali setelahnya. Lalu, beberapa remaja itu bertemu dengan roh terkutuk dan mati, apalagi dikarenakan saksi, rekaman dan bahkan bukti nyata pun ada, orang-orang menjadi sangat percaya. Alhasil, kutukan kelas dua pun tumbuh menjadi kelas khusus hanya dalam waktu yang singkat."
"Apa ? Semudah itu ?"
Meskipun supervisor menjelaskan sebab dan akibat, aku masih tidak mengerti kenapa hal sepele semacam itu bisa melahirkan kutukan kelas khusus.
Wahai dunia jujutsu, kau sepertinya sangat tidak menghargai kerja kerasku !
"Hei ! Kenapa kamu terus diam disana !? Cepat datang !" (Gojo)
"Lagipula kamu bisa melakukannya sendiri." Keluhku.
"..... Cepat !"
"Hai....."
Berjalan dibelakang DK putih, meski aku tahu aku bersama anak dewa yang terkuat, tetapi aku tetap memasang kewaspadaan penuh. Bagaimanapun juga, aku bukan siapa-siapa baginya, meski dia mungkin tidak akan membiarkanku mati, tapi dia bisa saja diam saat aku hanya terluka.
Apalagi setelah menjadi manusia, tubuh ini menjadi jauh lebih lemah, dan setelah mati, aku tidak yakin apakah aku bisa hidup lagi.
Namun, sayangnya ....
"Aaahhh...... !"
Gojo Satoru menarik ku ke depan untuk menghalangi semprotan dari kutukan yang tiba-tiba muncul entah dari mana, dan menyerang.
Padahal aku sudah berjaga-jaga, tapi siapa sangka, yang harus diwaspadai justru adalah remaja yang ada didekatku, orang yang seharusnya menjadi rekanku.
Melihat papan yang hangus di samping, aku langsung menyadari bahwa cairan itu mungkin bersifat korosif seperti asam sulfat, dan seketika, perasaan merinding merayap ke seluruh tubuhku.
"Apa yang kamu lakukan !?"
Aku tidak berharap kamu akan membantuku, tapi tolong, setidaknya jangan seret aku menuju bahaya seperti itu.
"Karena menjijikan."
Lepas kacamata mu dan lihat !
Aku tidak peduli mau apakah itu menjijikan atau tidak, tapi yang jelas, itu berbahaya !
Bahkan meski itu tidak berbahaya sekalipun, menjijikan tidak bisa dijadikan alasan bagimu untuk mendorong seorang wanita.
"Apa kamu bahkan tidak malu menggunakan wanita sebagai perisai !?"
"Kenapa kamu begitu berisik ? Bukankah pada akhirnya tidak terjadi apapun padamu ?"
Ketidak pedulian di matanya, dan sifat acuh nya terhadapku sangat menyakitkan.
Gojo yang ini, sangat berdarah dingin ....
Aku lupa orang yang berteman denganku sebelumnya bukanlah dia.Tapi tetap saja, meski kamu ingin mengecek seberapa kuatnya aku karena belum sempat memastikannya sendiri, kamu tidak bisa menggunakan cara yang berbahaya seperti itu.
Jika ternyata aku tidak bisa bertahan, bukankah aku sudah mati hanya karena rasa ingin tahu mu.
Dulu masih bisa dimaklumi karena aku kutukan, tapi sekarang aku manusia, setidaknya dari segi ras kita sama. Jadi, tolong perlakukan aku dengan sedikit lebih baik.
"...... Jangan bilang.... Kamu takut serangan barusan akan menembus infinity milikmu ?"
Jika aku tidak bahagia, dia juga harus merasakan hal yang sama.
Untuk orang dengan harga diri super tinggi seperti dirinya, mau itu hanya sekedar candaan atau bukan, kalimat ku barusan jelas sangat tidak bisa dia diterima.
"Hah !" (Gojo)
Entah apakah kutukan yang diklasifikasikan sebagai kelas khusus ini terlalu lemah, atau Gojo yang tidak ingin bermain-main dengannya lagi. Tapi yang pasti, hanya dengan sekali tendangan santai darinya, kutukan itu langsung hancur, dan cairan yang berbeda pun semakin mengotori ku lebih jauh lagi.
Dari tindakan ini, aku merasa seakan-akan dia ingin membalas dendam atas pertanyaan meremehkan ku sebelumnya.
Tapi yang lebih penting ....
Sesuatu yang lebih ku perhatikan, lebih dari cairan kotor di tubuhku ....
Adalah kelas dari kutukan itu ....
Aku yang pernah menjadi kutukan kelas khusus : "......."
Sekarang aku bisa mengerti perasaan tersinggung Sukuna saat dikategorikan pada kelas yang sama dengan makhluk lemah bahkan tak berotak seperti barusan.
Setidaknya Gojo masing menggunakan murasaki saat membunuhku untuk yang pertama kali, tapi yang ini .... ....
"Bahkan jika cairan menjijikan itu mengenai ku, itu bahkan tidak akan bisa–"
"Bisa ?"
Ucapan Gojo yang terhenti membuatku penasaran, sampai aku merasakan dingin yang berbeda dari cairan, aku pun menunduk dan melihat ....
Melihat kulit yang tak tertutup oleh pakaian ....
Yukata ku meleleh dan memperlihatkan dua kelinci putih, tunggu .... Mungkinkah itu melon, atau bahkan gunung .... ?
Ngomong-ngomong, berapa ukuranku ?
Bagaimana orang-orang dari klan Gojo itu tahu ?
Tidak !!!
Yang lebih penting sekarang adalah
"Yukata ku !" Menutupi dada yang terlalu lama terekspos, aku meneriaki Gojo untuk "tutup matamu !"
Tapi ternyata dia sudah berlari pergi, hingga aku bahkan hanya bisa melihat bayangannya tadi.
Beberapa menit kemudian, disaat aku telah sangat kebingungan, supervisor yang juga adalah wanita, membawakan ku syal dan mengikatkannya di dadaku untuk setidaknya menutupi daerah paling pribadi di bagian atas para kaum hawa.
"Terimakasih."
"Sama-sama. Ngomong-ngomong, Satoru-san mengatakan dia akan pergi sendiri, jadi hanya ada saya dan anda, anda tidak perlu khawatir."
"Begitu..... Syukurlah."
Ayah mu !
Mana mungkin aku tidak khawatir !
Meski ini adalah ide yang bagus dan paling menghormati lawan jenis, tapi kalau dia pergi sendiri, bagaimana jika para jeruk busuk mengalihkan perhatiannya padaku saat dia pergi !?
Dan kamu !
Aku bahkan tidak tahu apakah kamu bisa dipercaya atau tidak !
"Apakah Gojo, dia..... Langsung kembali ke jujutsu tech ?"
"Mungkin.... Tidak, biasanya beliau akan bermain-main sebelum kembali."
Masih ada harapan !
"Kalau begitu, apakah kamu memiliki nomor teleponnya ?"
"........ Ya...... Tunggu sebentar."
Melihat ekspresi wajahnya, aku benar-benar yakin dia sudah mengarang banyak sekali episode drama aneh di kepalanya.
"....... Akari-san, nomor Satoru-san..... Itu..... Tidak bisa dihubungi."
Bocah ini ....
"Kalau begitu, bagaimana jika saya membelikan anda pakai dahulu ? Itu pasti sangat tidak nyaman."
"Tapi......"
"Satoru-san yang memintaku untuk membelikan anda pakaian. Uang juga sudah ditransfer, jadi meski pun anda menolak, aku tetap harus membeli baju untuk anda gunakan."
Setelah Yuki, sang supervisor membelikan ku pakaian dengan gaya apapun itu dengan uang pemberian Gojo, aku duduk di dalam mobil dengan perasaan was-was.
Seharusnya .... Baik-baik saja, kan ?
Ku harap Yuki ini bisa dipercaya.
Lalu, Yuki pun membuktikan dengan tindakannya bahwa dia benar-benar melakukan pekerjaannya sebagai supervisor tanpa niat buruk apapun.
Semua lancar, tanpa aku tiba-tiba diculik menuju tempat pembuangan buah jeruk, atau klan penyihir manapun.
Aku lega bahwa semua firasat buruk hanya karena aku–
Eh .... ?
Hotel .... ....
"Yuki-san ?"
Ini tidak ada dalam agenda.
"........"
Tiba-tiba mobil berbelok ke arah hotel, dan seketika jantungku sakit serasa dicubit.
Ah~ sakitnya ....
Kepercayaan memang lebih rapuh dari kaca.
Mengaktifkan segel ruang, aku langsung menuju ke toko makanan penutup yang sebelumnya disinggahi oleh kami karena paksaan Gojo, saat di Tokyo sewaktu kita masih dalam perjalanan.
Mengambil kertas mantra dari celah pintu toilet, aku berjalan keluar dengan rasa syukur atas kehati-hatian dan keberuntungan ku atas ketepatan waktu, dimana tidak ada yang berada didalam toilet, atau aku mungkin akan membuat legenda urban baru.
Nah .... Sekarang .... Bagaimana caraku kembali ?
Omong kosong, tentu saja berjalan kaki, memangnya ada pilihan apa lagi ?
Berjalan di antara keramaian, aku yang memiliki wajah .... Um .... Cantik.
Bukannya aku narsis, tapi aku memang cukup, um .... Sangat cantik pun menjadi pusat perhatian, dan begitu banyak mata memandangku disaat yang bersamaan, dan jujur itu cukup mengganggu hingga aku merasa sangat tidak nyaman.
Jika sebelumnya sorot mata akan terbagi antara aku dan Gojo, kini aku menjadi satu-satunya alien diantara mereka, sampai–
Tangan menepuk pundakku, dan suara yang akrab terdengar setelahnya. "Akari-san ?"
"Geto ?"
"Kenapa kamu disini ? Dimana Satoru ?"
"Dia meninggalkan ku."
"Sendiri ?"
"Dan setelahnya supervisor berniat menculik ku."
"........."
Setelah mendapatkan teguran dari beberapa orang karena menghalangi jalan, aku dan Geto kembali melangkahkan kaki menuju Jujutsu tech.
"Akari-san, apakah kamu sudah makan malam ?"
"...... Um..... Belum....."
"Bagaimana jika makan malam bersama ? Aku yang traktir."
".......... Baiklah......"
"Apakah kamu memiliki makanan favorit ?"
"Tidak juga, selama bukan jenis makanan yang sulit untuk dikunyah, aku tidak terlalu peduli. Tapi jika memungkinkan, sesuatu yang bisa langsung ditelan pasti sangat enak."
Lagipula laba-laba tidak mengunyah makanan. Meski aku telah menjadi manusia, aku masih terbawa oleh insting yang sudah terukir dalam DNA.
"Lalu, mana yang paling kamu suka, makanan yang terasa manis atau gurih ?"
"Keduanya baik-baik saja. Tapi jika terlalu manis, aku tidak suka."
"Un, aku tahu harus membawamu kemana."
Dan tempat itu adalah kafe, tapi bukan jenis kafe feminim meski menjual banyak menu manisan, melainkan kafe dengan interior yang ramah pada setiap gender. Setidaknya siapapun bisa masuk tanpa rasa tidak nyaman atau tidak pada tempatnya.
"Apakah kamu ingin mengobrol sebelum pesanan disajikan ?"
"..... Tentu..... Tapi aku tidak tahu harus membicarakan apa, lagipula kita belum begitu akrab."
"Bagaimana jika saling bertanya ?" Berpikir sambil memegang dagunya, Geto pun lanjut berkata : "Sebagai contoh. Apa hobimu ?"
Itu adalah jenis pertanyaan yang terdengar seperti basa-basi.
Tapi menurutku ini baik-baik saja ....
Aku lebih nyaman seperti ini.
"Menenun, merajut, menyulam, menjahit, atau memintal benang juga mungkin hobiku. Lagipula aku menyukai semua kegiatan itu."
"Merajut, menyulam dan menjahit itu normal, tapi apakah menenun dan memintal benang itu menyenangkan ?"
"Ya.... Aku merasa sangat damai saat melakukannya. Lalu bagaimana denganmu ? Apa hobimu ?"
"Mengekstraksi kutukan, atau melakukan misi dengan Satoru."
"Melakukan misi, untukku itu terdengar seperti kerja keras dan sangat melelahkan. Lagipula aku orang yang pemalas."
Laba-laba mana yang tidak pemalas ?
Kerja keras sebelumnya karena aku harus merawat semua anak-anak itu. Meski melelahkan, insting keibuan laba-laba yang kuat tidak memungkinkan ku untuk mengabaikan mereka semua.
Jika bisa, aku hanya ingin tetap tinggal di sarang ku, menunggu mangsang datang sendiri tanpa aku harus melakukan apapun atau mengeluarkan usaha sedikitpun.
"Hahaha..... Begitukah ? Wajahmu tidak mencerminkan kepribadian yang seperti itu."
Menutup bibirku, aku memberikan senyuman provokatif yang bisa terlihat dari sela-sela jariku. "Ara~ terimakasih ku rasa."
Sebelum percakapan berlanjut, hidangan pun tiba dan menghentikan percakapan kami sejenak, sebelum akhirnya kami mengobrol atau harus kukatakan melakukan sesi tanya jawab lagi hingga selesai.
Meski awalnya buruk, hari ini berakhir dengan sangat baik.
Aku merasa sangat senang.
⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘
Jangan lupa berikan komentarmu, dan sampai jumpa di chapter berikutnya.
⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘
█║▌│█│║▌║││█║▌║▌║
Comments
Post a Comment