26. Kerabat ?
Karin kecil duduk dengan kepala tertunduk di sisi ibunya yang tergeletak dengan lemah di atas futon.
Dia terus memperhatikan dada ibunya yang naik turun dengan sangat lemah hingga hampir tidak terlihat berubah, semakin dia melihat semakin dia menjadi penuh kebencian.
Melihat bekas gigitan yang begitu banyak ditubuh ibunya saat dia membantu mengelap tubuhnya, Karin benar-benar membenci desa ini mau apapun yang ibunya katakan padanya.
'Kita saja tidak pernah diperlakukan selayaknya manusia, jadi apa yang bisa disyukuri ?!'
Saat tangan kecilnya terkepal erat, kuku yang menembus daging membuat luka dan mengeluarkan darah, lalu suara ketukan pintu membuat matanya yang sedih berubah menjadi penuh kebencian.
'Apa lagi yang mereka mau ?!'
Namun setelah dia menjadi lebih tenang, dia akhirnya baru bisa merasakan jenis chakra lembut yang terasa akrab dan menenangkan.
Sangat lembut, sangat hangat ....
'Siapa..... Siapa yang ada diluar pintu ?'
Langkah kaki yang sebelumnya lambat dan berat, kini menjadi semakin cepat dengan antisipasi yang meluap.
Hingga pintu terbuka dan kebahagiaan akhirnya berada tepat didepan matanya.
Karin melihat sosok wanita yang terlihat asing namun juga akrab, dari warna rambut merahnya yang mirip dengan dia dan ibunya, sampai chakra yang terasa saling terkoneksi dengan miliknya.
Rasanya sangat mirip seperti–
"Apakah kamu adalah salahsatu kerabatku ?"
Mata yang berwarna ice blue, meski terlihat dingin dia bisa merasakan kelembutan dan kehangatan dari chakra nya yang membuktikan bahwa dia tidak sedingin yang terlihat di permukaan.
"Mungkin. Perkenalkan, namaku Uzumaki Jiyuu."
"Jiyuu ?"
"自由 (kebebasan)"
Karin terus mengucapkan nama itu berulang-ulang seperti ingin menanamkan arti dari nama itu kedalam dirinya.
Seperti nama wanita dihadapannya, dia ingin bebas.
"Aku datang untukmu dan juga ibumu."
"Kenapa ?"
"Aku ingin membawa kalian kembali ketempat yang seharusnya."
"Dan tempat itu adalah ?"
"Uzushiogakure."
Dia tidak tahu banyak mengenai warisan clan nya. Namun dia setidaknya masih tahu bahwa Uzushiogakure tempat tinggal clan Uzumaki mereka telah dihancurkan.
"Bisakah aku masuk ?"
"Ah ? Tentu..... Ayo masuk. Maaf karena tidak segera mengundangmu masuk ke dalam."
"Tidak masalah."
Setelah duduk, dia langsung bertanya kembali.
"Um....... Uzushiogakure, tempat itu setahuku telah dihancurkan, jadi bagaimana bisa kita tinggal disana ?"
"Aku sudah membuat tempat yang aman untuk ditinggali ditempat itu."
"Benarkah ?!"
"Um....."
Mendengarnya, dia tidak menyangka kehangatan yang dia rasakan dari Jiyuu-san telah menjadi sangat nyata hingga bahkan wajahnya terasa sama hangatnya dengan chakra milik wanita dihadapannya.
Tapi sebelum dia bisa memproses apa yang sebenarnya terjadi, Jiyuu-san mendekatinya dan mulai mengusap wajahnya dengan saputangan.
"Apa yang ?"
"Aku lega kamu senang."
Dia menangis.
Karin tidak pernah tahu bahwa menangis juga bisa terjadi karena kebahagiaan. Dia selalu berpikir bahwa air mata hanya bisa muncul karena kesedihan.
"Um....."
Merasakan pelukan dari kerabat yang belum pernah dia temui sebelumnya, Karin entah bagaimana merasa sangat aman dan ingin mempercayai orang ini sepenuhnya, terlepas dari waktu pertemuan yang masihlah singkat dia tidak peduli.
"Bawa kami pergi."
Itu adalah permohonan yang tidak pernah berani dia ucapkan pada siapapun.
***
Di desa Suna, tepatnya di rumah yang berada di kedalaman hutan. Kloning versi yang telah diperbarui, kini telah memiliki kesadaran Adelia di dalamnya dan tidak harus terus-menerus meminta bantuan dari kesadaran utama, memulai misi pertamanya. Yaitu, berakting sesuai desain karakter Roro yang sudah ada.
"Roro-sama, Kazekage-sama memanggil anda."
'Sejak kapan honorific yang mereka gunakan padaku berubah ? Atau hanya orang ini saja ?'
Meski bingung, Roro masih mempertahankan senyum dan ekspresi wajah yang sama tanpa celah.
"Ya. Terimakasih sudah menyampaikan pesan, Kurihara-san."
"Anda..... Anda mengetahui namaku ?"
"Tentu saja. Aku selalu menantikan untuk berbicara dengan semua orang, karena itu aku menghafal setiap nama kalian semua."
Melihat pria yang mengantarkannya menatap dirinya dengan ekspresi kekaguman, dan berubah menjadi kesombongan seperti merak yang memamerkan ekornya pada setiap orang yang dia temui, Roro sejujurnya merasa cukup malu.
Dia tidak tahu mengapa orang ini sangat bangga bisa mengantarkannya pergi ke kantor Kazekage dan bahkan merasa terhormat hanya karena dia mengetahui namanya.
Melihat mata cemburu yang tertuju pada pria disampingnya dari orang-orang yang dia lewati, Roro semakin merasa ada yang salah dengan kepala mereka.
'Apakah panasnya desa Suna akhirnya telah membakar otak mereka ?'
Tapi apapun itu, Roro hanya bisa melihat keuntungannya jadi dia tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut.
"Sudah sampai. Saya akan kembali dulu Roro-sama."
"Ya. Terimakasih karena sudah repot-repot mengantarkan ku."
"Tidak.... Tidak..... Itu adalah kehormatan bagiku !"
Melihat sosok pria dewasa yang berlari dengan kedua tangannya yang terentang lebar seperti baru saja melewati garis finis setelah lomba lari yang panjang, Roro semakin yakin ada yang salah dengan orang-orang ini.
"Kazekage-san. Ini saya Roro, bolehkah saya masuk ?"
"Masuklah."
Mendapatkan izin, Roro membuka pintu dan masuk
"Permisi."
***
Melihat rambut merah cerah yang begitu mencolok, ibu Karin yang baru saja membuka matanya langsung berusaha duduk dan segera dihentikan oleh wanita asing itu beserta putrinya.
"Siapa ?"
"Kaa-san dia adalah Uzumaki Jiyuu-san."
Melihat putrinya yang begitu menyambut wanita asing itu, dia tidak tahu harus bagaimana menggambarkan perasaannya saat ini.
Sejujurnya dia takut bahwa Zōsui menyadari kehadiran wanita dihadapannya, dan bahkan mungkin akan menangkapnya beserta putrinya dengan tuduhan berkhianat karena membiarkan orang asing menyelinap masuk ke dalam desa.
Namun–
"Uzumaki......"
Dia bisa merasakan chakra yang entah bagaimana terkoneksi dengan dirinya, hampir terasa seperti meneriakkan ikatan keluarga. Tapi entah bagaimana, dia merasa sesuatu terasa salah.
'Wanita itu cukup peka. Dia sepertinya merasa ada yang salah dengan chakra milikmu.'
Tia, yang mengendalikan tubuh pet phoenix milik Adelia memperingatkan setelah melihat keanehan dari Uzumaki yang lebih tua.
'Apakah dia sangat curiga atau hanya merasa ada yang salah tanpa tahu apa ?'
'Aku tidak bisa tahu hanya dari gelombang chakra miliknya, karena dia memiliki banyak emosi yang bercampur aduk. Itu membuatku kesulitan menilai apa yang sedang dia pikirkan.'
'Tidak apa, pengingat darimu sudah cukup. Terimakasih.'
Jiyuu sadar bahwa menipu tidak akan selalu semudah itu.
Seseorang yang memiliki insting bagus pasti tidak akan dengan mudah mempercayainya. Terlebih lagi orang yang tiba-tiba muncul entah dari mana dan mengatakan bahwa dia adalah keluarga jauh yang terikat oleh clan, disaat mereka saja bahkan belum pernah bertemu sebelumnya.
Jika wanita itu tidak curiga samasekali sebelumnya maka ini akan mudah, tapi karena dia sudah sempat curiga maka Jiyuu jelas harus ekstra hati-hati.
Kesalahan kecil akan diperbesar jika bibit kecurigaan sudah mulai tumbuh.
Tapi untungnya Adel sudah membuat berbagai macam pencegahan sebelum dia berencana untuk membawa mereka, ibu dan anak pergi bersamanya.
"Seperti yang Karin katakan, namaku adalah Uzumaki Jiyuu. Senang bertemu dengan anda..... Um....."
"Namaku Uzumaki Sera. Senang bertemu dengan anda juga. Ngomong-ngomong, urusan apa yang anda miliki dengan kami, janda dan anak yatim ?"
Sera tidak ingin memainkan permainan kata dan langsung to the point. Dia hanya memiliki satu anak, dan putrinya masih belum mengerti betapa mengerikannya dunia luar yang bahkan lebih dari desa ini.
Meski wanita didepannya jelas adalah Uzumaki dari segi penampilan atau chakra, Sera yang berhasil bertahan hidup hingga sekarang dengan menggunakan instingnya, memilih untuk berhati-hati dan percaya pada apa yang telah melindunginya sedari kecil.
"Aku sedang mengumpulkan orang-orang dari clan Uzumaki untuk membangun kembali Uzushiogakure."
Ini benar.
"Karena hanya dengan desa milik sendiri, clan Uzumaki bisa mengembalikan harga diri mereka lagi, dan tidak harus terus berakhir menjadi kaum yang diperalat atau dikucilkan oleh orang lain seumur hidupnya."
Dari awal hingga akhir Jiyuu tidak berbohong selain nama samaran miliknya, tetapi karena dia membuat identitas baru, seharusnya nama samaran bukanlah suatu kebohongan. Sayangnya, meski Sera percaya, dia terlalu merasa nyaman berada di posisi dia sekarang, dan terlalu takut untuk mengambil resiko yang mungkin akan berakhir dengan kegagalan.
Bagaimanapun juga ada banyak sekali faktor yang membuatnya berpikir demikian.
"..... Itu–"
"Ya ! Aku dan Kaa-san pasti mau ikut denganmu untuk membangun kembali Uzushiogakure bersama-sama, dan memberikan semua orang-orang dari clan Uzumaki tempat dimana mereka bisa tinggal dengan kepala yang terangkat tinggi !"
Sera melihat putrinya dengan sorot mata tidak percaya.
Hanya dalam waktu kurang dari satu hari, Karin sudah sangat terikat pada orang yang baru saja dia temui.
Tapi jujur, meski dia sedikit curiga, apa yang wanita itu, Jiyuu katakan telah menggerakkan hatinya. Bohong jika dia berkata dia sudah puas dengan hidupnya yang sekarang. Melihat putrinya yang selalu menangis dan hampir tidak pernah tertawa lagi seperti dulu, sebagai seorang ibu, Sera sangatlah patah hati menyaksikan perubahan seperti itu.
'Apakah meyakinkan seseorang memang begitu mudah ?'
Tomo menyaksikan chakra Sera yang mulai menjadi lebih tenang, dan emosi kesedihan serta harapan juga dapat dia rasakan, membuatnya merasa bingung dengan perubahan emosi yang begitu cepat, dari panik dan tidak percaya sampai menjadi yang seperti sekarang dia lihat.
'Tentu saja sulit. Mana mungkin meyakinkan orang bisa sangat mudah ?'
Mendengar tawa di akhir kalimat Adel yang terdengar seperti mengejeknya, Tomo benar-benar ingin mencakar wajah wanita yang begitu sombong padanya.
'Tapi Tomo-chan, kamu mungkin tidak tahu bahwa emosi seseorang dapat dimanipulasi. Selama kamu mengetahui ilmu psikologi, beberapa masalah akan menjadi lebih mudah untuk diatasi.'
'Kamu......'
Tomo merinding dan mulai merasa sedikit khawatir.
'Adel, apakah kamu psikopat ?'
'Kamu ingin mengajakku bertengkar ?!'
Mendengar suara Adel yang berat dan begitu dalam, Tia yang merasakan bahaya dengan buru-buru menjelaskan.
'Psikopat tidak harus menjadi pembunuh. Mereka biasanya cerdas dan pandai menyelesaikan masalah. Tapi psikopat identik dengan tidak memiliki empati dan simpati, namun kamu mempunyai nya. Meski harus ku katakan, aku tidak yakin dengan hal itu. Alih-alih empati dan simpati, rasanya lebih seperti logika dan obsesi untuk menggambarkannya.'
'Bagaimana menurutmu ? Apakah aku terlihat seperti psikopat ?'
Tia dan Adelia menjadi sangat hening untuk sesaat.
'Adel. Apakah pekerjaanmu adalah psikolog ?'
'Hm.... ? Bukan.'
Meski awalnya terkejut dengan pertanyaan Tia yang tiba-tiba dan tidak cocok dengan pembicaraan barusan, Adel akhirnya mengikuti keinginan Tia untuk bermain tebak-tebakan, karena dia sebenarnya cukup tertarik untuk melihat orang seperti apa dia dimata gadis itu dari tebakannya.
'Artis ?'
'Salah.'
'Sutradara ?'
'Masih salah. Pekerjaanku tidak berada di circle itu.'
'Jangan bilang. Penipu ulung ?!'
'Apa kamu bilang bocah sialan ?!'
Kesal. Adel tidak lagi merasa bersenang-senang dengan membiarkan Tia menebak-nebak, karena tebakannya yang terakhir membuatnya merasa sangat direndahkan, dia memutuskan untuk menjelaskannya saja tanpa membiarkan kesempatan bagi gadis itu untuk menebak secara sembarangan lagi dan berakhir dengan menyinggungnya.
'Dengar ! Meski aku belum mengetes diriku sendiri, dan sadar bahwa aku sebenarnya cukup berbeda dari orang normal pada umunya, sebenarnya aku hanyalah orang yang memiliki hobi yang sedikit tidak wajar. Akibat satu dan lain hal, aku suka terlihat sempurna dimata semua orang, aku rela berakting dan kehilangan diriku sendiri hanya demi mewujudkannya, bahkan aku sampai mempelajari ilmu psikologi demi mendukung hobi aneh ini. Tapi meski begitu, profesi ku yang dari tadi salah kamu tebak sebenarnya hanyalah seorang guru.'
Mendengar jenis pekerjaan yang dimiliki Adelia, Tia hanya ingin mengumpat.
'Jika gurunya seperti ini, bagaimana dengan muridnya ?!'
'Aku mendengar mu !' Adelia hampir tidak berhasil menahan ekspresi wajah saking kesalnya didepan Karin dan ibunya.
'Ah.... Maaf, aku lupa mematikan koneksi.'
'.........'
╔═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╗
✧*。 see you later 。*✧
╚═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╝
Comments
Post a Comment