25. Rencana Besar Akhirnya Mulai Dijalankan
Kakashi tidak pernah mengharapkan ikatan apapun lagi. Setelah melihat ayahnya yang bunuh diri, teman setimnya yang satu-persatu mati, dan guru serta istrinya yang ikut menyusul mereka setelah itu, dia telah sepenuhnya menyerah.
Menyerah pada nasib buruk yang selalu mengutuk siapapun yang berada di dekatnya.
Karenanya, dia memutuskan untuk tidak lagi dekat dengan siapapun, hanya saja takdir selalu memberikan lelucon pada hidupnya. Sejak wanita itu mendobrak masuk kedalam hidupnya tanpa dia bisa mempersiapkan diri atau menghindar, dia benar-benar telah terperangkap.
Hasina-san, dia menggunakan berbagai metode untuk membuatnya tidak bisa melarikan diri, dan dia pun terpaksa menyerah dalam jebakan manis dan menjadi salahsatu anggota keluarganya.
Melihat rumah yang akrab, dia membuka pintu kayu putih, dan disambut hangat oleh keluarga barunya.
"Selamat datang nii-chan !"
"Selamat datang Kakashi-kun."
"Um....."
Hasina terlihat tidak puas dengan jawaban anak itu dan menjentikkan jarinya ke dahi Kakashi, sebelum mengingatkan.
"Dimana jawaban yang tepat ?"
"......... Aku pulang."
Puas, Hasina meminta dua, anak dan remaja itu untuk menunggunya di meja makan dengan meninggalkan pesan yang misterius.
"Hari ini kita akan kedatangan keluarga baru."
"Benarkah ?!"
Naruto langsung bahagia dan menantikan siapa anggota keluarga baru yang akan dia miliki, disisi lain, Kakashi hanya menunjukkan ekspresi tidak tertarik.
Hanya dengan beberapa kali pertemuan dengannya Kakashi sudah bisa menebak rencana Hasina yang ingin mengumpulkan keluarga.
Kakashi pernah menanyakan alasan dari apa yang dia lakukan, dan jawabannya telah berhasil membawanya sepenuhnya dalam keluarga yang Hasina ciptakan.
Dia ingat bagaimana dia terus memandang Hasina dengan pemikiran buruk, dan tidak mau mempercayainya terlepas dari berapa banyak tindakan yang telah wanita itu buktikan padanya.
"Aku sudah mencari tahu informasi mengenai mu. Apa yang sebenarnya kamu inginkan ?"
Bukannya dia tidak mempercayai Inoichi, hanya saja Kakashi terlalu paranoid untuk bisa menerima kepedulian dan kebaikan dari orang lain.
Hidup dalam kegelapan dan menjilat darah dengan ujung pedang telah berhasil mengkonsumsi lebih dari setengah kepercayaannya pada umat manusia.
"Yang ku inginkan ?"
Kakashi melihat tangan putih ramping yang dihiasi oleh urat biru, sedikit terkepal.
Bibir merahnya melengkung. Itu adalah jenis senyuman yang tidak menyenangkan. Jenis senyuman yang sebagian mengejek, sedih, dan pahit. Membuat Kakashi merasa dia telah melakukan hal yang mengerikan karena telah mengajukan pertanyaan tersebut.
"Keluarga."
Ucapan Hasina dengan nada yang lembut dan kesepian entah bagaimana membuat Kakashi sedikit menyesal karena telah bertanya.
"Bahkan, meski mereka hanya dapat menemaniku selama beberapa saat saja. Aku menginginkannya, keluarga....."
Mata jingga yang penuh kerinduan menatap kejauhan, dan Kakashi seperti melihat dirinya sendiri sebagai anak kecil sebelum ayahnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.
Saat itu dia juga sangat kesepian dan mengharapkan keluarga yang lengkap.
Ingatan mengenai dia yang terus berjongkok di depan pintu menunggu ayahnya kembali dari misi tiba-tiba muncul di kepalanya.
"Aku adalah anak tunggal, kamu tahu ?"
Kakashi melihat mata jingga jernih yang memantulkan bayangan dirinya.
"Setelah aku kehilangan orangtuaku, aku selalu menantikan untuk membuat keluargaku sendiri. Tapi apa daya, aku ternyata tidak bisa memberikan anak pada pasanganku seperti wanita normal lainnya."
Kakashi memalingkan wajahnya untuk menghindari mata Hasina yang mungkin melihatnya menunjukkan ekspresi simpati.
"Pria itu bahkan tidak menunggu berpisah dariku sebelum mencari wanita lain. Saat itu aku berpikir untuk menyerah dengan keluarga yang selalu ku impikan–"
"Sampai kamu bertemu dengan Naruto, kan ?"
Kakashi menebak apa yang ingin dikatakan oleh Hasina. Dia mengira Hasina hanya sedang berusaha untuk membujuknya, namun–
"Salah."
Hasina tersenyum dengan cara yang menyakitkan, hingga hati seseorang bisa sakit hanya dengan melihatnya.
"Saat itu aku sempat berpikir untuk mengadopsi seorang anak, sayangnya karena depresi setelah mengetahui aku tidak mampu memiliki anak sendiri, dan disusul oleh penghianatan dari pasanganku disaat berikutnya, pada akhirnya aku pun memilih untuk mengubur dalam-dalam keinginan tersebut."
Kakashi masih terus mendengarkan dan bertindak tepat sebagai pendengar yang setia disamping Hasina.
Diam dan tenang, membuat siapapun merasa senang diperhatikan dan berakhir mengucapkan lebih banyak tanpa sadar.
"Hingga akhirnya aku memiliki kemampuan yang membuatku mampu menghilangkan depresi. Menyegel perasaan itu dengan berbagai cara, dan sebagai ganti cinta secara romantis yang terkunci, cinta kekeluargaan telah menjadi satu-satunya obsesi ku yang tersisa sekarang."
Tangan Hasina menyentuh tato di bawah tulang selangka nya.
Itu adalah tato yang Hasina gunakan untuk menyegel perasaan yang memberikannya trauma dan stres berat dalam sepanjang hidupnya.
Setelah Hasina bertekad untuk tinggal di dunia ini demi Naruto, Hasina sudah bertekad untuk menghapus semua masalalu yang dia rasa tidak perlu untuk dipertahankan.
"Kakashi. Aku tahu bahwa kamu tidak mempercayai ku, dan sejujurnya aku juga tidak meminta kepercayaan darimu. Bukan berarti aku tidak menginginkan itu atau tidak menganggapnya sebagai sesuatu yang berharga, hanya saja, ini adalah yang terbaik untukmu dan aku."
Kakashi yang sebelumnya menghindari bertatapan langsung dengan Hasina, mengangkat kepalanya, mengedipkan mata dan menghadap Hasina dengan ekspresi wajahnya yang masih tidak percaya, membuat Hasina ingin menariknya ke dalam pelukannya dan menggosoknya beberapa kali.
"Didunia yang kacau seperti ini, saat kamu mempercayai seseorang, kamu setara dengan memberikan setengah nyawamu padanya. Itu berarti kamu harus siap untuk ditikam kapanpun dan terpaksa sadar akan hal itu pada akhirnya."
Ini masih terlalu singkat bagi Kakashi untuk bisa melepaskan kewaspadaannya.
Dan dia bersyukur bahwa anak itu tahu bagaimana menjaga dirinya, namun dia juga sedih karena mendapatkan pengetahuan ini hanya membuktikan bahwa anak itu sudah pernah melihat atau bahkan mengalaminya sendiri.
"Tapi......."
Kakashi tertegun dengan senyuman yang pernah sangat dia rindukan. Senyum keibuan saat seorang ibu menatap anak tercintanya yang hanya bisa dia lihat pada para ibu dari anak-anak lainnya.
"Meski aku mengetahui hal tersebut, aku tetap berharap agar kamu mau menjadi bagian dari keluargaku. Karena itulah aku begitu berusaha mendekatimu dan bahkan menceritakan masalahku dengan begitu mudah. Aku..... Benar-benar sangat egois bukan ? Menggunakan cara tercela untuk menyeret mu masuk dengan mengatakan hal ini."
Tangannya menepuk kepalanya sama seperti dia menepuk kepala putra angkatnya dan dengan kelembutan yang sama.
"Walaupun begitu, Kakashi....."
Lari !
Kakashi bisa menebak apa yang ingin dikatakan oleh Hasina, dan instingnya meminta dia untuk melarikan diri sebelum Hasina bisa menyelesaikan ucapannya. Namun sebanyak apapun dia mencoba, kakinya terpaku erat tanpa bisa dikendalikan.
"Bisakah kamu memberikanku dan Naruto kesempatan untuk memberimu rumah ? Rumah dimana kita akan saling menyambut saat kembali dan akan membantu serta menemani."
Kenangan tentang dirinya saat masih kecil yang kesepian menunggu ayahnya kembali ke rumah, tiba-tiba retak seperti cermin yang rusak, pecah dan berserakan disaat berikutnya.
'Mungkin kali ini, dia tidak akan menjadi satu-satunya yang menunggu di rumah yang sepi seperti saat itu lagi.'
Sejak hari itu, Kakashi mulai tidak lagi berusaha menghindar atau mendorong pendekatan yang dilakukan oleh Hasina dan Naruto.
Jadi, apakah mereka telah menjadi keluarga ?
Siapa yang tahu. Mereka yang bersangkutan bahkan tidak bisa menjawabnya.
Tapi setidaknya Kakashi memiliki waktu yang panjang untuk membuktikan keaslian dari kata-kata Hasina.
"Wah~ benar-benar cantik dattebayo !" Seru Naruto mengejutkan lamunan Kakashi.
"Un~ cantik dan imut kan~?" Hasina sangat puas dengan reaksi putranya.
Mengabaikan dua ibu dan anak yang masih terus memujinya, Tomo mengingat bahwa desain karakternya adalah miko yang melayani Hasina dan penuh kesopanan pada setiap orang, jadi dia membungkuk dengan etiket yang pernah dia pelajari dari zaman periode sengoku versi yang lebih fantasi, dimana ada sihir dan begitu banyak ras yang bervariasi.
"Namaku Tomo. Senang berkenalan dengan kalian."
Melihat betapa sopan nya Tomo, Kakashi yang lebih dewasa berusaha memberikan contoh pada Naruto untuk membalas salam dari gadis itu dengan etiket yang sama.
"Senang berkenalan dengan anda Tomo-san. Namaku Hatake Kakashi, dan yang ini–"
Tangan kiri Kakashi menekan kepala Naruto yang sama sekali tidak belajar darinya.
"Gguhk !"
"Dia adalah Uzumaki Naruto. Maaf atas ketidak sopan nan anak ini."
"Tidak masalah. Ada baiknya menjadi begitu bersemangat saat masih anak-anak."
"Anda sangat perhatian."
"Tidak.... Tidak...."
Melihat interaksi kaku antara Kakashi dan Tomo, Hasina sedikit sedih. Bagaimanapun juga dia sebenarnya sangat ingin mereka menjadi akrab, tetapi mengingat bahwa ini barulah hari pertama dari pertemuan mereka, Hasina mengerti dan memberikan lebih banyak waktu bagi mereka untuk saling mengenal lebih dulu.
Gurgle gurgle ....
Suara usus yang cukup keras membuat Hasina tertawa kecil, dan saat dia melihat sesosok anak kecil tertentu memerah karena malu, dia akhirnya mengajak mereka semua untuk memulai makan malam yang tertunda.
Saat mereka memakan makan malam dengan suasana yang menyenangkan, Hasina sangat gemas dengan putarannya yang begitu imut saat mencuri-curi pandang pada telinga kucing Tomo yang terus berkedut karena terlalu banyak mendapatkan perhatian dari putranya.
"Bukankah itu sangat menarik ? Telinga Tomo nee-chan juga mirip dengan Kaachan kan ?"
"Um..... Tapi lebih kecil."
"Ya. Itu karena nee-chan adalah kucing, dan kaachan adalah rubah."
"Um......."
Melihat keragu-raguan putranya dalam berbicara, Hasina langsung bertanya. "Ada apa ?" Sambil menepuk kepala pirang anak itu.
"Jika..... Jika aku juga seperti kaachan. Kira-kira, akan menjadi jenis apa aku menurutmu ?"
"Jenis rubah sepertiku tentu saja. Kamu adalah putraku, jelas kita pasti serupa."
Mendengar jawaban ibunya, Naruto tiba-tiba saja menginginkan ekor dan telinga rubah yang serupa dengan ibunya.
Disisi lain, Kakashi melihat bolak-balik antara Hasina dan Naruto dengan pandangan yang tidak jelas. Dia tidak tahu apakah ini kebetulan bahwa jinchūriki Kyuubi dirawat oleh rubah berekor sembilan lainnya dari dunia yang berbeda. Atau sesuatu yang disengaja.
Kakashi tidak percaya pada kata kebetulan.
Tapi bagaimana jika itu adalah takdir ?
Lalu bagaimana dengan sosok pemilik kekkei genkai yang tiba-tiba muncul di desa Suna setelah Hasina ?
Menurut informasi, sosok itu dapat menumbuhkan pepohonan seperti milik shodai hokage yang telah berhasil menggemparkan desa Konoha.
Jika semua memang takdir. Kakashi terlalu takut membayangkan apa yang mungkin akan terjadi disebabkan oleh kekuatan diluar nalar makhluk itu.
Bagaimana jika akan datang lebih banyak lagi yang lainnya ?
Era shinobi no kami dan satu-satunya rival yang bisa menandinginya, Uchiha Madara, telah berlalu dan kini hanya berakhir menjadi legenda.
Setelah makan malam telah selesai, Kakashi memutuskan untuk pergi tidur di kamar miliknya di rumah itu dan mengabaikan misi yang diperintahkan oleh hokage padanya.
Kakashi tahu, bahwa bertanya langsung pada Hasina mungkin akan memberikannya jawaban dari apa yang dia inginkan, tapi ....
Meski dia adalah alat milik desa, kini dia sudah memiliki keluarga. Walaupun dia tidak tahu akan bertahan sampai berapa lama, setidaknya dia ingin menjaga apa yang sudah ada keluarga yang akhirnya dia punya.
***
Uzushiogakure no Sato, Secara harfiah berarti "Desa Tersembunyi oleh Pusaran Pasang Laut", dan dulunya merupakan desa di Uzu no Kuni.
Berdiri di antara puing-puing bangunan yang hancur, sosok berambut merah cerah dengan iris mata berwarna ice blue terlihat mengamati tempat hancur tersebut dengan sorot mata yang tajam.
"Aku tidak menyangka kamu akan langsung menggunakan metode yang ku ajarkan meski baru beberapa kali kamu coba."
Burung phoenix merah yang berapi-api muncul dari bayangan wanita tersebut, terbang menuju lengan wanita yang terulur untuk memberikan burung itu tempat untuk bertengger.
"Semakin banyak identitas, semakin mudah aku bergerak dengan bebas."
"Kamu tidak takut akan ketahuan ?"
Bibir berbentuk busur wanita itu menekuk dan membuat senyuman yang menyebabkan pengamat merasa punggung mereka terasa dingin.
"Aku justru lebih takut tidak bisa menjalankan rencanaku dengan benar. Terimakasih pada mu, berkat metode ini sekarang aku sudah bisa mengkloning dengan lebih mudah tanpa hambatan."
"Tsk."
"Apa ?"
"Aku tahu kamu tidak bermaksud begitu, tapi wajahmu terlihat tidak menyenangkan. Sulit untuk bertahan di dekatmu."
Melihat wajah yang tegas dengan mata monolid khas Asia, dan tahi lalat bulat kecil di bawah mata kiri, ditambah bulu mata yang lentik dan tebal, jelas merupakan wajah yang sangat cantik. Namun sayangnya segala daya tarik itu telah tertutupi oleh ekspresi datar dan aura dingin yang wanita itu pancarkan.
Seperti puncak gunung es terdingin yang tidak bisa didekati, namun kebanyakan orang akan memilih untuk mengagumi keindahan yang tak tersentuh dari kejauhan.
"Aku tahu. Tapi apa boleh buat, tahan saja."
Dengan langkah stabil, wanita berambut merah itu berjalan menuju ke tempat paling dalam dari reruntuhan, dan mulai mengeluarkan gulungan berukuran besar dari udara, terlihat seperti siap untuk melakukan hal yang luar biasa.
"Sekarang, ayo kita mulai rencananya."
Di saat yang bersamaan di beberapa tempat yang berbeda-beda, wanita dengan wajah dan pakaian yang beragam ikut tersenyum bersamaan dengannya.
╔═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╗
✧*。 see you later 。*✧
╚═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╝
Comments
Post a Comment