27. Pesta Penyambutan




Kota bawah tanah di uzu no kuni, tepatnya dibawah reruntuhan desa Uzushiogakure, tempat tersembunyi itu baru saja dibangun. Meski hanya beberapa bulan yang lalu dibuat, desa saat ini telah memiliki banyak orang sebagai penduduk yang tinggal di dalamnya.

Selain Uzumaki yang bisa dihitung dengan jari, penduduk lain adalah orang-orang dari desa miskin yang secara sukarela ikut ataupun orang-orang yang diselamatkan dari bandit dan tidak memiliki tempat untuk kembali.

Jiyuu sebagai pendiri desa baru, sadar bahwa hanya membawa orang-orang dari clan Uzumaki saja tidak akan bisa membuat tempat itu berjalan baik dengan semestinya karena kurangnya tenaga kerja. Mengingat jumlah Uzumaki yang semakin sedikit, kekhawatirannya bukanlah tanpa alasan. Jadi dia tidak terlalu pilih-pilih dalam menarik orang sebagai penduduk desa barunya. Selama tidak memiliki catatan kriminal dan telah berhasil melewati beberapa pertanyaannya yang berada dalam pengaruh hipnotis demi kejujuran mereka akan direkrut.

Meski agak lancang karena dilakukan tanpa meminta izin pada mereka yang bersangkutan, tapi demi keamanan, itu harus dilakukan. Jiyuu tidak ingin desa barunya memiliki orang yang memiliki potensi untuk menusuk dari belakang dan membuat sejara kelam Uzushiogakure terulang kembali.

Dan akhirnya, hanya dalam beberapa bulan, yang awalnya hanyalah desa kecil telah berkembang hingga hampir berubah menjadi kota dengan kecepatan yang mencengangkan.

Ditambah lagi, dengan bantuan Tomo yang berperan sebagai guru karena kepandaiannya dalam fūinjutsu (meski dipelajari dari dunia lain dan agak berbeda, selama berfungsi di sana, maka semua baik-baik saja.) Para Uzumaki yang berhasil di rekrut pun telah berhasil membuat banyak peralatan yang mampu membantu kehidupan sehari-hari mereka.

Tetapi, karena pembuatan segel memerlukan banyak waktu dan tenaga, Adel yang tidak tahan melihat kesulitan penduduk desa pun, mengerahkan beberapa mesin dalam game yang dia miliki untuk membuat penduduk di desanya hidup menjadi lebih nyaman dan aman.

"Selamat pagi nona Hae-In, apakah anda akan pergi ke kelas pagi ? Bolehkah saya ikut ? Saya akan pergi ke perpustakaan di dekat balai kota dekat akademi."

"Tentu. Ayo pergi bersama."

Remaja laki-laki berambut merah yang merupakan simbol Uzumaki itu melihat wajah samping gadis dengan warna rambut yang sama, sambil meremas sudut yukata miliknya dengan gugup.

Merasakan tatapan yang tak kunjung berhenti dari pria di sampingnya, Hae-in memalingkan wajahnya untuk melihat pria itu, dan mata wanita hijau giok yang indah membuat pria itu memerah yang terlihat sangat mencolok di kulit putihnya.

"Kamu baik-baik saja ?"

"Tentu saja. Saya hanya sedikit demam."

'Anak ini tidak ada harapan.'

Hae-In sebenarnya adalah Tia yang berhasil mengkloning tubuhnya setelah dia secara resmi telah menjadi asisten Adel, dan secara ajaib kemampuan yang dimiliki oleh Adel entah bagaimana mampu dia gunakan meski beberapa tingkat lebih rendah dari pemilik aslinya.

Jika Adel dapat membuat total tujuh kloning, maka Tia hanya mampu membuat dua atau tiga tergantung pada kemampuan yang dimiliki oleh fisiknya saat itu.

"Hattori, kamu bisa beristirahat jika masih sakit."

"Ini hanya.... Hanya tinggal tersisa ketidaknyamanan sedikit. Tidak masalah."

"Baiklah, selama kamu merawat baik-baik dirimu."

Hae-In sebenarnya tidak nyaman dengan remaja yang menunjukkan ketertarikan pada dirinya. Mengingat masa lalunya yang hampir seperti film bertemakan horor, Tia tidak lagi pernah memikirkan kehidupan romantis sedikitpun, bahkan terbesit saja tidak, jadi dia hanya memilih untuk menutup mata pada pengejaran remaja itu padanya.

Melihat gadis yang menjadi acuh tak acuh lagi padanya, Hattori hanya bisa menyesal atas ketidak mampuannya dalam mendekati wanita pujaannya.

"Benar juga. Aku dengar Jiyuu-sama akan membawa pendatang baru, kali ini Uzumaki. Jadi tolong siapkan tempat untuk tinggal mereka."

Sebagai salah satu penanggung jawab, Hattori langsung masuk ke dalam mode kerjanya.

"Mereka. Jadi ada berapa banyak totalnya ?"

"Dari yang dikatakan oleh Jiyuu-sama, total mereka ada dua orang. Ibu dan anak."

"Baiklah. Jadi rumah dengan dua kamar seharusnya sudah cukup. Saya pamit dulu untuk mempersiapkan acara penyambutan dan tempat tinggal untuk mereka."

"Tentu."

Tahu bahwa pergi ke perpustakaan hanyalah alasan bagi remaja itu untuk mendekatinya, Hae-In dengan cepat menyetujuinya tanpa mengingatkannya pada tujuan awalnya.

***

Kembali ke ibu serta anak Uzumaki yang sedang mengepak barang bawaannya, Jiyuu yang dibicarakan juga ikut membantu meski dengan cara yang berbeda.

Dia memasang beberapa segel yang dibuat oleh Tia dengan susah payah untuk menghalau para shinobi sensor yang mungkin saja mengawasi ibu dan anak itu.

Jiyuu murni hanya mengkhawatirkan ibu dan anak itu karena dia sendiri memiliki benda yang membuatnya tidak dapat dideteksi, namun ibu dan anak itu tidak memilikinya dan harus ekstra hati-hati untuk lebih amannya.

Lagipula Jiyuu masih belum mau mencolok dengan identitasnya sebagai Uzumaki untuk saat ini.

"Karena sudah selesai, ayo segera pergi ?"

Berjalan keluar rumah, Karin yang memegang scroll penyimpanan menatap rumah yang telah menjadi tempatnya hidup bersama ibunya. Rumah yang disebut-sebut sebagai tempat berlindung, sejujurnya tidak lebih dari sangkar yang mengurung mereka.

Dan pemilik sarang itu telah mengeksploitasi semua nilai guna ibunya dan bahkan mungkin juga dirinya di masa depan.

Memalingkan wajahnya dari rumah yang hanya menyimpan kenangan buruk, Karin melihat ibu dan bibinya yang menunggu dirinya.

Dengan setiap langkah yang dia ambil, setiap kenangan buruk itu tersapu seperti gelombang pasang, saat senyum ibunya dan uluran tangan bibinya menjadi semakin dekat dengan dirinya.

"Apakah ada yang tertinggal ?" Tanya Jiyuu yang tidak tahu apa yang dipikirkan oleh gadis kecil itu sebelumnya.

"Tidak apa-apa, sisanya lebih baik tetap tertinggal di rumah itu."

Mendengarnya, Sera dan Jiyuu langsung mengerti apa yang ingin dikatakan oleh gadis kecil mereka.

"Ya..... Lebih baik ditinggalkan saja."

Sera menanggapi ucapan Jiyuu dengan anggukan.

***

Pindah ke desa Suna dengan Roro dan Rasa di ruang Kazekage, dengan mereka berdua yang saling berhadap-hadapan di sofa, bersama Chiyo yang ikut serta di samping mereka berdua.

"Akhirnya keputusan telah diambil, semua orang setuju untuk tidak mempermasalahkan anda yang dekat dengan Gaara."

"Baguslah–"

"Tapi."

Rasa yang tiba-tiba menyelanya dengan kata "tapi" telah berhasil membuat Roro memiliki firasat buruk yang sangat tidak menyenangkan.

"Anda harus menjadi warga desa Suna."

"...... Kamu bercanda ?"

Itu adalah hal yang paling dia takuti akan diminta oleh Rasa darinya.

"Sebagai penduduk desa Suna, kamu hanya akan melakukan semua hal yang terbaik untuk desa ini, dan dengan begitu kami akan mempercayai mu sepenuhnya."

Meski kedengaran masuk akal, bukan berarti dia akan menerimanya. Berusaha bertahan demi anak-anak tercintanya, dan berjanji pada orang-orang demi kepentingan adalah dua hal yang berbeda.

Roro tidak bisa menerimanya.

"Ada kemungkinan aku akan kembali ke dunia ku sendiri."

"Benar. Tapi setidaknya dengan menjadi warga desa Suna dan berjanji tidak akan pergi ke desa lain, itu akan membuat semua orang bisa lebih nyaman."

"...... Jadi, apa maksudnya menjadi warga desa itu ? Aku percaya kalian tidak akan percaya pada janji lisan ataupun tertulis yang bisa diingkari dengan mudah."

"Yashamaru belum memiliki pasangan, dan dalam segi usia dia sepertinya sama dengan anda."

Perkataan Chiyo sudah menyiratkan sesuatu hal yang membuatnya sangat marah.

Bagi Adelia, pernikahan adalah hal yang sangat sakral, jadi pernikahan atas dasar alasan yang diluar cinta tidak bisa dia terima.

"Aku tidak mau."

Chiyo dan Rasa terkejut dan bertanya "Kenapa ?!" Secara bersamaan.

"Aku tidak bisa menerima pernikahan politik. Jika kalian memang tidak bisa menerimaku, maka aku akan kembali ke tempatku sebelumnya hingga aku bisa kembali ke dunia asalku."

"Itu–"

Rasa ragu untuk meneruskan ucapannya.

Rasa yang bingung memilih untuk mencari bantuan dari Chiyo yang ternyata sama bingungnya dengan dirinya, dan hanya berakhir dengan adu tatapan yang tidak jelas diantara mereka.

Merasa cukup tertekan. Rasa yang khawatir akan ancaman Roro yang jelas sangat merugikan desanya, menjadi semakin frustasi.

Kehadiran Roro di desa Suna yang gersang, jelas sangat menguntungkan dan bahkan telah berhasil mengatasi masalah paling berat bagi mereka semua, yaitu kurangnya sumber alam.

Tapi mempercayainya terlepas dari keuntungan yang dapat diberikan, jelas sangatlah sulit.

Shinobi tidak bisa memberikan kepercayaannya dengan mudah, karena mau sewaras apapun mereka dinilai, mereka tidak bisa lepas dari kata paranoid yang tumbuh secara berangsur-angsur oleh perang dan pertarungan yang telah mereka alami.

Terlepas dari pertikaian batin Rasa, disisi lain Roro tidak memiliki sedikitpun kekhawatiran karena dia memiliki banyak cara untuk terus berada di dekat Gaara.

'Jika cara yang saling menguntungkan dan bersahabat tidak dapat mereka terima. Maka aku akan mengunakan metode sembunyi-sembunyi yang sedikit lebih rumit.'

Dan sekali lagi, Roro akhirnya diminta untuk undur diri karena mereka akan melakukan sesi rapat ulang yang entah mau berlangsung sampai kapan.

***

"Hattori-sama. Daging serta sayuran telah dipersiapkan, kira-kira kapan mereka akan tiba ?"

"Nona Hae-In memberi tahu bahwa mereka akan segera tiba, kira-kira malam ini. Jadi kalian bisa mulai memasak hidangannya sekarang."

"Baik."

Mengawasi setiap detail dan menjawab berbagai pertanyaan yang terus berdatangan sepanjang waktu, Hattori yang memiliki kelelahan diwajahnya segera sirna saat membayangkan wanita yang telah memberikan mereka semua tempat yang bisa disebut sebagai rumah, akan kembali.

Tidak ada yang tidak menghormati beliau dan muridnya yang telah menjadi guru dari banyak orang, yaitu Hae-In, wanita yang dia cintai.

Jarum jam terus bergerak dan matahari mulai terbenam, menunjukkan bahwa acara akan segera dimulai.

Semua sudah siap dan hanya tinggal menunggu orang yang dinantikan untuk tiba.

Melihat ekspresi antisipasi semua orang, Hattori tahu bahwa mereka tidak hanya ingin menyambut pendatang baru, tapi juga ingin bertemu dengan pendiri desa yang paling dihormati.

Karena jarang kembali, alhasil semua orang pun selalu menantikan kedatangannya.

Akhirnya saat jarum jam tepat berada di angka sembilan, orang yang ditunggu-tunggu telah muncul, dan sorakan serta sambutan yang sangat meriah menyambut ketiga orang yang baru saja masuk.

"Mereka semua..... Menyambut kita ?"

Karin yang masih berpegangan tangan dengan ibunya tiba-tiba merasakan tangan besar ibunya yang sedikit mengerat saat menggenggam tangan kecilnya.

Mendongakkan kepalanya, Karin melihat mata merah ibunya yang menahan air mata, dan entah bagaimana dia juga ikut terbawa suasana dan ingin menangis juga.

"Selamat datang di desa kita, Uzushiogakure."

"Kita ?"

Karin mengira dia telah salah mendengar, tapi jawaban Jiyuu telah menegaskan kebenaran dari apa yang telah dia dengar.

"Ya. Kita."

Mata ice blue yang seharusnya dingin, entah bagaimana terlihat seperti warna langit di mata Karin, dan bayangan dirinya tercermin di dalam sana yang membuatnya seakan-akan telah terbang melintas menembus awan dan melihat langit biru luas yang tak terbatas.

Penuh kebebasan, dan dia pun tanpa sadar benar-benar ingin merasakannya, terbang yang sesungguhnya di langit seperti burung yang bebas.

"Bagaimana jika kita mulai menikmati pesta penyambutan ini, sekarang ?"

"Un...."

Mengabaikan suara tercekat gadis kecil itu demi harga dirinya, Jiyuu menuntun ibu dan anak untuk berbaur dengan semua orang.

Akhirnya, berjam-jam pun telah berlalu, namun semangat pesta belum juga surut.

Sera yang lelah bahkan memutuskan untuk duduk, dan menikmati acara dengan cara yang santai, mengagumi keindahan pemandangan yang tidak pernah dia bisa bayangkan sebelumnya.

Meja prasmanan, lampu berkelap-kelip yang menerangi semua tempat meski berada di dalam tanah, dan keramahan semua orang yang berbicara padanya serta putrinya, Sera sangat bersyukur atas pilihannya untuk menerima ajakan Jiyuu meski baru saja bertemu.

Melihat putrinya tertawa dan menari di bawah alunan musik yang indah, dia harap semua kebahagiaan ini tidak akan pernah berlalu.

Dia rela memberikan segalanya demi kebahagiaan putrinya, bahkan meski jiwanya adalah bayaran untuk semua itu.

"Kaa-san~"

Melihat putrinya yang melambai padanya, dia membalas lambaian dengan senyum lembut, dan mata penuh kebahagiaan dapat dilihat oleh setiap orang yang melihat.

Disekitar, beberapa Uzumaki berbagi senyuman dan ikut merasa bahagia saat melihatnya.

Semua Uzumaki mengetahui betapa sulitnya berjuang untuk hidup sambil menyembunyikan asal mereka, meski mencari perlindungan di berbagai negara terbukti efektif, namun bayaran yang harus mereka berikan terbilang sangatlah mahal. Jadi, mereka adalah yang paling bisa berempati terhadap satu sama lain, dan juga yang paling menghormati Jiyuu dan Hae-In lebih dari orang-orang lainnya.

Sayangnya, kesetiaan mereka terhadap Jiyuu bahkan ada yang mencapai tahap pemujaan yang sebenarnya terasa agak sedikit menakutkan bagi orang normal.

╔═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╗
✧*。 see you later 。*✧
╚═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╝

╔═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╗✧*。 see you later 。*✧╚═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╝


Bab sebelumnya 

Daftar bab 

Bab berikutnya 

Comments

Popular posts from this blog

24. Hanya Hari-hari Biasa 2

23. Seseorang Yang Bisa Memberikan Rasa Nyaman

01. Detektif Conan