21. Apakah Akhirnya Kita Bekerja Sama ?
Di malam hari didalam kamar, Fugaku sedang menceritakan semua hal yang telah terjadi kepada istrinya. Semua dimulai dari bagaimana istrinya, Mikoto menyadari kelainannya yang menjadi lebih sering kehilangan fokus sepanjang hari itu.
Sebenarnya dia ingin merahasiakannya, setidaknya sampai dia akan mengadakan rapat clan. Tapi, melihat istrinya yang khawatir dengan kondisinya, mana bisa dia merahasiakannya lagi.
"Apakah kamu sudah bertemu dan berbicara langsung dengan Hasina-san ?"
"Itu......."
"Begitu. Seharusnya belum."
Meski dia yakin Itachi dan Shisui tidak akan berbohong dan membiarkan orang lain merugikan clan mereka, dia seharusnya memang bertemu dan berbicara dengan wanita itu lebih dulu.
Karena dia sangat pusing dengan clan, desa dan semuanya, berakhir membuatnya melupakan hal terpenting yang seharusnya dia lakukan secepat yang dia bisa.
Melihat suaminya yang tengelam dalam pikirannya, Mikoto menyadari bahwa Fugaku benar-benar sudah kesulitan untuk mengatasi semua beban itu, dan mulai kehilangan pikiran jernih yang selalu dia miliki.
"Besok. Bagaimana jika kita besok menemuinya bersama-sama ?"
Mikoto yang hebat dalam politik dan biasa membantu suaminya, memberikan saran untuk fokus ke satu masalah terlebih dahulu, sebelum mencoba menyelesaikan yang lainnya.
Bahkan, sebenarnya jika memang apa yang ditawarkan oleh wanita itu memang benar adanya, ini sesungguhnya lebih merupakan jalan keluar ketimbang masalah seperti yang lainnya.
"Anbu mengawasinya. Akan sangat mencurigakan jika kita tiba-tiba pergi menemuinya, disaat kita bahkan tidak mengenalnya."
"Lalu. Bagaimana jika kita meminta Itachi untuk menyampaikan pesan kita pada Hasina-san untuk bertemu ? Mengingat bahwa Hasina-san berhasil berbicara dengan dua anak itu tanpa ada pihak lain yang mengetahuinya, dia pasti memiliki caranya sendiri."
Fugaku merenungkan pro dan kontra dari saran dari istrinya, dan setelah dia merasakan bahwa cara itu memang layak, dia setuju dan langsung memanggil putranya saat itu juga.
***
Setelah Gaara dan Yashamaru pulang kembali ke rumah mereka, Roro bertukar kesadaran dengan tubuhnya yang lain di desa Konoha. Tentu saja bersama kucing hitam yang terus mengikutinya.
"Kamu bisa teleportasi ?"
"Terkejut ?"
"Tidak juga. Mengingat apa yang telah terjadi pada kita yang seperti cerita fantasi, aku merasa kemampuanmu seharusnya cukup normal."
"Heh."
"Yang lebih penting dari itu. Ajakanmu sebelumnya, apakah masih dihitung ?"
Hasina yang sebelumnya ingin mengabaikan Tia, langsung mengubah keputusannya dan ingin mencoba untuk berkerja sama dengannya.
Karena tidak hanya Naruto, Hasina sudah berjanji pada Gaara juga. Kini, dia memiliki lebih banyak janji yang harus dia penuhi.
"....... Sejujurnya. Aku cukup terkejut."
Tia dalam bentuk kucingnya, melompat keatas meja dan mulai menjilati cakar depannya sambil menatap remeh dirinya.
"Kenapa kamu memakai kemampuan milikmu dengan sangat tidak efisien ?"
"Apa maksudnya ?"
"Awalnya aku mengira kamu membuat kesadaran mandiri untuk mengubahnya menjadi bawahan terpercaya. Namun, dari apa yang aku lihat, kamu bahkan tidak memprogramnya dengan benar dan berakhir membuatnya tidak lebih dari benda rongsokan."
"Kesadaran mandiri ?"
Tia mendengus dingin, dan tatapan matanya semakin meremehkan Hasina.
"Dia yang mengaku sebagai kloningan mu. Menyedihkan, bahkan tidak memiliki nama."
Kesabaran Hasina langsung terkuras setelah mendengar ucapan Tia yang tidak mengerti namun banyak bicara.
"Sejak awal, aku harus belajar semuanya tanpa petunjuk apapun, dan sekarang kamu bahkan meremehkan orang yang belajar mandiri ?!"
Beruntung, bahwa teriakan penuh emosi Hasina teredam di kamar itu.
Tapi, alih-alih terkejut karena amarah Hasina, Tia justru terkejut dengan alasan yang berbeda.
"Belajar mandiri ?! Tapi bagaimana dengan manual sistem? Bukankah seharusnya manual disertakan?"
"Kamu kira sistem ini sejenis barang elektronik yang dijual dipasaran ?!"
Satu manusia dan satu kucing terdiam cukup lama. Yang satu terlalu kesal untuk berbicara, dan yang satunya lagi tidak bisa berkata-kata.
"Begitu...... Pantas saja. Maaf."
Telinga segitiga berwarna hitam di kepala kucing itu terkulai dengan menyedihkan, membuat Hasina yang sebelumnya masih ingin marah lebih lama, berakhir melunakkan hatinya karena wajah imut kucing itu tak tertahankan baginya.
"Sudahlah. Untuk pertanyaanku sebelumnya, bagaimana dengan jawabanmu ?"
"Ya. Itu berlaku sampai kapanpun. Lalu, bisakah aku melihat kemampuanmu ? Tentu saja, itupun jika kamu mau. Aku tidak akan memaksamu."
Hasina mengetahui bahwa dia memiliki banyak pengetahuan teoretis tetapi kurangnya pengalaman praktis. Meski dia tahu bagaimana cara menggunakan sistem yang dia miliki, dia masih tidak mengetahui fungsi setiap fitur yang ada didalamnya dan bagaimana memanfaatkan kemampuan itu dengan cara yang paling efesien, karena teknologi tinggi semacam itu masih belum ditemukan di dunianya.
Singkatnya, Adelia hanya mengerti dasar-dasarnya saja.
Memikirkan berapa banyak waktu yang dia gunakan untuk belajar secara otodidak yang bisa dia gunakan untuk mengumpulkan orang-orang penting ke sisinya. Adelia menjadi cukup tertarik untuk meminta bantuan pada Tia yang sepertinya memiliki pengetahuan lebih banyak mengingat usianya.
"Baiklah. Tapi aku harap kamu akan mengajarkanku bagaimana cara menggunakannya dengan lebih baik."
Sebenarnya, meskipun Adelia sendirilah yang meminta bantuan dari Tia, dia sendiri tidak mau sepenuhnya mempercayainya.
Mengingat masa lalu Tia yang dia ceritakan sebelumnya, Adelia menjadi cukup waspada padanya.
"Tentu saja !"
Tia yang telah mencari informasi terkait Hasina setelah wanita itu muncul dengan cara yang sangat mencolok, sudah memikirkan dan telah menilai kepribadian Hasina secara sekilas dari apa yang wanita itu lakukan.
Sifat keibuan Hasina telah berhasil memenangkan kepercayaan dari Tia, yang telah menetapkannya sebagai orang baik untuk sementara ini.
Namun sayangnya, Adelia yang tidak bisa mendengar isi hati seseorang tidak tahu, bahwa Tia benar-benar serius ingin menjadikannya sebagai rekan, dan Tia tidak tahu bahwa keinginannya untuk mendapatkan simpati justru berubah menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.
"Ini....... Apakah program sistem dunia telah terjadi korslet ?!"
Tia memandang smartphone dan layar hologram dengan ekspresi tak karuan diwajah kucingnya.
"Kenapa ? Ada apa ?"
"Ini...... Terlalu kuat untuk hanya sekedar bantuan darinya."
"Ah..... Sebenarnya aku menipu sistem untuk memberikanku kemampuan seperti yang ada di dalam game sepenuhnya."
"Dan rongsokan itu bahkan tidak mengeceknya lebih dulu ?!"
"Hanya sekilas. Sistem terlalu berpatokan pada nama dari game dan fitur awal di tutorial. Sebenarnya tidak salah juga, mengingat bahwa bahkan di kategori game hanya mencantumkan simulasi dan berdandan didalamnya, karena hal itu lah pemain awam sering tertipu saat pertama kali mendownloadnya."
"Hahahaha.... Pantas saja..... Pantas saja......"
Tia tertawa sejadi-jadinya. Memikirkan pemandangan light of hope yang tidak sebesar yang dia ingat sebelumnya, dia merasa semakin puas dengan rekan ini yang pintar menipu menggunakan wajah dan ekspresi polos tak berdosanya.
"Aku akan belajar untuk mempertanyakan segala hal tentangmu dimasa depan mau seberapapun percayanya aku nanti."
Membayangkan bahwa dia mungkin akan ditipu bahkan tanpa dia tahu dimana letak kesalahan yang telah dia lakukan, Tia menjadi kagum sekaligus waspada pada Adelia.
"Ngomong-ngomong, Tia."
"Um.... ? Ada apa ?"
"Apakah kamu..... Bisa berpura-pura menjadi shinobi ? Maksudku, meniru chakra ?"
"Oh.... Itu mudah. Cukup ubah saja mana dari dalam. Bahkan kamu saja bisa jika mau belajar."
"Benarkah ?!"
"Mana ada dimana-mana di seluruh alam semesta, bahkan di dunia ini. Mana adalah kekuatan alam, dan chakra hanyalah versi lebih sederhananya."
"Maksudnya ?"
"Chakra dalam tubuh manusia di dunia ini merupakan energi kehidupan, dan saat manusia mati, chakra di dalam tubuh mereka akan berubah menjadi mana alam.
Tia terus menjelaskan tanpa melepaskan pandangannya dari layar hologram yang terlihat sangat berteknologi tinggi.
"Saat bayi masih dikandungan, mereka akan menyerap energi chakra dari sang ibu untuk merangsang perubahan pada tubuh mereka agar mampu menyerap energi alam setelah kelahirannya. Lalu, saat mereka sudah terlahir ke dunia, tubuh yang telah bermutasi itu akan mampu menyerap mana alam secara perlahan, tanpa mereka sadari untuk mengembalikan energi yang terpakai oleh mereka."
Cakar kecil menggesek layar terus menerus tanpa henti, dan pupil mata vertikal menatap setiap detail dan mempelajarinya dengan waktu yang sangat singkat.
"Biasanya mana alam akan paling mudah terserap saat tubuh dalam kondisi tenang dan jiwa yang damai, seperti tidur contohnya. Tapi meskipun begitu, aku masih merasa makan akan menjadi cara paling mudah dan efektif untuk mengisi kembali energi. Walaupun perut memiliki batasnya sendiri yang menjadi kelemahan untuk cara tersebut."
"Itu...... Apakah kamu bisa mengerti semua yang kamu lihat, saat kamu sedang menjelaskan mengenai chakra dan mana padaku ? Kamu bahkan membalik layar dengan begitu cepat."
"Apa ? Tentu saja. Aku terbiasa melakukan banyak hal dalam satu waktu, karena aku harus melakukan segalanya seorang diri dari dulu."
Berbeda dengan sebelumnya, Hasina tidak merasa bahwa Tia mengatakannya dengan sengaja untuk tujuan tertentu. Dia mengatakannya seperti itu adalah hal yang sangat wajar dan normal baginya.
"Apakah aku bisa berpura-pura menjadi shinobi seperti orang-orang di dunia ini ?"
"Kamu masih ingin memiliki identitas lain lagi ?!"
"Ya !"
Akhirnya, cakar kecil Tia berhenti dan dia mulai mengalihkan pandangannya dari layar hologram, dan melihat langsung kearah Hasina dengan sedikit ketidakpuasan.
"Terlalu banyak indentitas akan mempersulit dirimu sendiri."
"Aku tahu. Tapi aku memerlukan itu."
Tia merenung sejenak, dan akhirnya membuka mulutnya untuk kembali bicara.
"Berapa banyak indentitas yang ingin kamu memiliki ?"
"Setidaknya satu di setiap negara."
"Kamu gila ?!"
"Setiap negara memiliki masalahnya sendiri."
"Dan kamu ingin menjadi juru selamat yang menyelamatkan dunia ?"
Nada Tia sangat mengejek. Mengingat apa yang telah dia alami, Tia sangat menghina kebaikan yang samar.
Baginya, tindakan tanpa kepentingan tidak akan bertahan lama, karena manusia terlahir dengan mencari keuntungan.
"Tidak. Aku bukan orang baik, manusia suci, ataupun juru selamat."
"Apa yang mau kamu katakan ?"
"Aku membantu mereka untuk memperbesar kemungkinan mengalahkan alien yang akan datang. Mengingat aku akan mengubah banyak hal, aku takut efek kupu-kupu akan berdampak buruk sebagai gantinya."
"Ini....... Sejak kapan dunia ninja petualangan fantasi berubah menjadi sci-fi invasi alien ?!"
"Bukan..... Itu..... Meski disebut alien, mereka tidak mirip dengan alien di film genre sci-fi."
"Ah......."
Tia hampir mengira bahwa kedatangannya telah mengacaukan universe. Dia hampir dengan panik melarikan diri agar tidak tertangkap oleh sistem dunia, yang pasti akan segera ditangani dengan lebih tuntas olehnya kali ini.
╔═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╗
✧*。 see you later 。*✧
╚═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╝
Comments
Post a Comment