22. Bertambah Satu Aktor Diatas Panggung




Itachi mendapatkan perintah dari ayahnya yang merupakan pemimpin clan, untuk menyampaikan pesan pertemuan secara rahasia kepada Hasina.

Tapi yang tidak pernah dia sangka adalah-

"Apakah aku boleh menemui ayahmu, Itachi ?"

Hasina secara pribadi meminta pertemuan dengan ayahnya, bahkan sebelum dia menyampaikan pesannya.

"...... Itu....."

"Aku ingin membicarakan banyak hal dengannya. Setidaknya alasan mengapa aku sangat ingin membantu clan mu."

Yang barusan adalah kalimat langsung tanpa penyembunyian apapun. Dia bisa merasakan bahwa Hasina dengan tulus berusaha untuk menyampaikan sesuatu yang sangat penting.

Sangat penting, sampai-sampai dia memiliki firasat bahwa ini akan mengubah banyak hal, mungkin bahkan seluruh dunia.

Itu hanyalah firasat yang tak berdasar, tapi dia sangat yakin akan hal itu entah bagaimana.

"Tentu saja. Tou-san dan Kaa-san juga ingin bertemu denganmu."

"Bahkan ibumu ? Itu bagus. Tapi apakah tidak masalah jika aku membawa seorang teman ?"

"Teman ?"

Sejauh ini, setahu Itachi, Hasina tidak dekat atau bahkan berteman dengan siapapun selain dirinya dan Kakashi. Bahkan Sasuke mungkin hanya bisa dikatakan sebagai teman anaknya.

Lalu, siapa teman yang dia maksud ini ?

"Itu...... Bisa aku tahu siapa itu ?"

Setelah mengatakannya, dia melihat Hasina melambaikan tangan dengan lembut, dan seekor kucing hitam kecil muncul dari bayangan Hasina yang berada di atas tanah. Kemunculan kucing itu yang disaksikan langsung dengan kedua matanya, cukup mengejutkan.

Meski terlihat seperti jutsu pemanggil, namun ada perbedaan besar diantara keduanya.

Sesaat kemudian, setelah kucing itu tampil dengan sepenuhnya dihadapannya, secara bertahap tubuh kecil kucing itu bersinar dengan cahaya aneh, dan berubah menjadi gadis cantik bertelinga dan ekor kucing persis seperti milik anak kucing sebelumnya.

"Dia..... ?"

Menyaksikan kejadian yang terlalu diluar akal sehat, Itachi sampai kehilangan kata-kata.

"Halo. Namaku, Tomo."

Gadis itu membungkuk lembut padanya, yang membuat rambut hitam panjang tergerai yang selembut satin, meluncur dengan lembut dari balik pundaknya.

Pupil mata merah yang mirip dengan sharingan tanpa tomoe, menatap kearah matanya seperti menembus langsung kedalam jiwa.

Itu adalah sejenis tatapan yang terasa seperti bisa melihat segalanya melalui dirimu.

Saat mata mereka terjalin semakin lama, Itachi mundur tanpa sadar, dan segera menyadari ketidak sopan nanya. Membungkuk, dia langsung memperkenalkan diri sambil meminta maaf atas kekasaran yang baru saja dia lakukan.

"Senang bertemu denganmu Tomo-san. Namaku Uchiha Itachi. Maaf atas perilaku burukku yang barusan. "

"Tidak masalah. Kebanyakan orang akan merasa tidak nyaman pada mata merah milikku. Mereka terlihat seperti warna darah bukan ?"

"Tidak..... Itu...... Warna yang cantik."

Meski Itachi memuji mata berwarna merah itu dengan kata cantik, Hasina dan Tomo bisa merasakan kesedihan dalam nadanya.

Tomo yang tidak tahu cerita dalam hanya mengira bahwa Itachi memiliki kenangan buruk pada warna merah, mengingat dunia ini dipenuhi dengan perang dan pembunuhan, itu bukannya tidak mungkin.

Namun disisi lain, Hasina yang cukup tahu mengenai cerita latar belakang clan Uchiha, dengan sengaja meminta Tia untuk mengubah warna matanya menjadi merah yang serupa dengan mata sharingan. Tanpa menjelaskan apapun pada Tomo dan membuat gadis itu menjadi panik untuk sesaat.

'Hei. Apa maksudmu dengan mata merah yang baik-baik saja ?! Harusnya tadi kita memilih warna lain yang lebih normal. Lihat saja, anak itu menjadi takut padaku karena warna mata ini !'

Karena cemas dengan reaksi Itachi, Tomo mengirimkan transmisi suara hanya untuk memarahi.

'Tenanglah Tomo-chan. Aku sudah merencanakannya dengan baik-baik. Kamu hanya cukup pertahankan desain karakter dan ingat saja naskah yang ku berikan~'

Namun, Tia yang mendapatkan identitas barunya sebagai Tomo, mengingat naskah utama miliknya dengan perasaan yang tidak optimis.

'Kamu benar-benar penipu.'

'Aku tahu. Tapi aku tidak sepenuhnya penipu, karena setengah dari hal itu adalah kenyataan. Sekarang~ pertahanan desain karakter mu yang sangat menghormati aku yang merupakan tuanmu. Jangan sampai merusak drama ini, ingat ? Sulit melanjutkannya jika kekacauan sampai terjadi.'

'Diam Lah. Aku bukan boneka mu !'

Meski mengatakan itu, Tomo tidak berani bertindak gegabah. Dia berniat untuk berdiskusi dengan Hasina jika ada masalah yang diluar rencana yang sudah disiapkan.

Tomo tahu bahwa Hasina pandai menipu, tapi bukan berarti dia mampu terus mempertahankan kebohongan yang memiliki celah. Jadi, Tomo memilih untuk percaya pada penipu ini, dan mengikuti arahan darinya meski dia sendiri tidak menyukai hal yang sedang mereka lakukan sekarang.

Melihat bahwa suasana diantara Itachi dan Tomo menjadi tegang, Hasina langsung melanjutkan rencananya dan mengabaikan dua anak yang masih terlihat tidak nyaman satu sama lainnya.

"Itachi-kun. Bisakah kamu membawa bola kristal ini ? Aku akan segera muncul setelah kamu memecahkannya."

Hasina mengambil bola kristal bening seperti kaca, dari inventori miliknya. Kegunaannya tepat seperti yang baru saja dia jelaskan diatas.

"Cukup banting saja hingga pecah. Bagaimana ?"

Itachi mengambil bola kristal itu tanpa ragu samasekali, dan segera menyimpannya di segel penyimpanan.

"Hasina-san. Saya akan pergi dulu untuk memberikan bola kristal ini pada Tou-san."

"Anak baik. Pergilah."

Setelah Itachi pergi dari halaman belakang rumah Hasina, Tomo yang tidak tahan langsung bergegas memarahi Hasina ditempat.

"Sudah ku katakan, aku tidak bagus dalam berakting ! Kenapa juga kamu harus membawaku ke dalam drama yang kau buat ini ?!"

"Tomo. Jangan bilang kamu hanya akan mengajariku dan membiarkan ku melakukan segalanya sendiri saat kamu menonton dengan nyaman disamping ?"

"I-itu....."

"Tenang saja. Kamu sudah melakukannya dengan baik. Aku memberikan desain karakter yang cukup mudah untukmu. Bahkan jika kamu melakukan sedikit kesalahan, itu masih akan dianggap wajar."

"Um....... Aku mengerti."

"Sekarang. Ayo kembali dan tunggu Itachi membuka tirai untuk memulai pentasnya."

"Ngomong-ngomong. Kenapa aku harus menjadi pelayanmu ?"

"Pikirkan saja dengan kepala kecilmu, memangnya ada cara bagimu untuk muncul di dekatku dengan normal ?"

"Kenapa tidak membuatku terlihat seakan datang dari dunia lain sepertimu ?"

"Dengan jatuh dari langit di atas Konoha ? Tia. Hal semacam itu tidak akan lagi menjadi kebetulan jika terjadi lebih dari sekali, itu sebabnya aku ingin berpura-pura menjadi shinobi untuk identitas ku yang lain setelah aku tahu itu bisa dilakukan. Ditambah lagi, aku tidak ingin membuat desa Konoha ini menjadi lebih dari yang seharusnya."

"Apa maksudmu dengan lebih ?"

"Masashi Kishimoto terlalu memihak pada desa Konoha. Tempat ini tidak hanya memiliki letak geografis yang bagus, bahkan setiap sejarah dan shinobi hebat mau yang baik atau jahat, kebanyakan datang dari sini. Sangat tidak adil bukan ? Yang lebih buruk lagi, Konoha memiliki terlalu banyak orang-orang munafik."

"Jadi..... Apakah kamu tidak munafik ?"

"Tentu saja aku. Tapi, kemunafikan ini tidak menebalkan kulit wajahku, dan desa Konoha memiliki terlalu banyak wajah tebal yang melebihi tembok raksasa di anime attack on titan. Sangat tebal hingga colossal Titan tidak mampu membuat lubang."

"Anime apa ?"

***

Setelah Itachi menyerahkan bola kristal pada ayahnya, Fugaku yang ingin segera menyelesaikan masalah secepat yang dia bisa, mengajak istri beserta putra pertamanya untuk pergi ke tempat pertemuan rahasia clan Uchiha di bawah kuil Naka.

Menatap bola kristal ditangannya cukup lama, meski sedikit keraguan hampir menghentikan dirinya, Fugaku akhirnya membanting benda itu tanpa berkedip sedikitpun demi tidak melewatkan perubahan sekecil apapun yang terjadi.

Sesaat kemudian kabut tebal yang terasa dingin, muncul dari kepingan kristal yang hancur. Lalu secara tiba-tiba, aroma bunga mawar yang tidak menentu bercampur dengan aroma beri yang sedikit manis, membuat mereka bertiga semakin fokus pada kabut yang berada di depan mereka.

Setelah merasakan angin sepoi-sepoi tidak wajar yang bertiup di wajah mereka. Mereka akhirnya melihat dua orang yang dinanti-nanti.

Wanita bertelinga rubah yang mereka ketahui sebagai Hasina, mengangkat bibir merahnya dan memberikan senyum yang sangat menawan, saat mata jingga yang seperti sunset di sore hari menyadari kehadiran mereka.

Disamping Hasina yang terlihat begitu menawan, mata mereka terfokus pada orang yang belum pernah mereka lihat. Yaitu gadis bertelinga kucing dengan rambut hitam seperti obsidian, dan mata merah tua yang mengingatkan mereka pada sharingan.

Selain Itachi, Fugaku dan Mikoto yang menatap mata merah tua Tomo, merasa ketakutan saat warna merah tua yang seakan menatap mereka langsung menembus kedalam jiwa mereka.

Merasakan tekanan yang tidak wajar di ruangan itu, tidak ada pihak yang bertindak gegabah dan mengalami kebuntuan singkat. Sampai Hasina mengambil inisiatif untuk memecahkan kebuntuan, dan bertanya dengan nada yang lembut namun penuh dengan wibawa kepemimpinan.

"Fugaku-san, dan Mikoto-san. Saya tahu bahwa kalian ingin membicarakan banyak hal mengenai kesepakatan yang saya tawarkan. Namun, bisakah anda melihat sesuatu sebelum bertanya mengenai hal tersebut padaku ?"

Mendengar hal tersebut, kilatan kepanikan dimata Tomo hampir mengacaukan acting mereka, yang untung saja tiga orang didepan mereka tidak sempat melihatnya karena menghindari bertatapan langsung dengan mata Tomo yang tidak biasa.

'Tunggu dulu Adel ! Apakah itu langsung saat ini juga ?!'

'Hati-hati dengan setiap gerakanmu. Jangan sampai mereka melihat dan menyadari adanya kesalahan. Mengerti ?'

'Tapi...... Aku..... Ini baru yang kedua kalinya aku menipu ramalan untuk menyesuaikan dengan apa yang aku mau. Bagaimana jika terjadi kesalahan ?!'

'Tidak apa-apa. Pada akhirnya apa yang kamu tunjukkan adalah kenyataan di anime yang asli, dan aku hanya memintamu untuk sedikit mengubah waktu dan beberapa detail kecil lainnya.'

'...... Baiklah.'

Disaat Hasina berhasil meyakinkan Tomo, Fugaku yang pikirannya masih agak bingung sebelumnya, akhirnya menjadi sadar kembali dan mulai menjawab Hasina dengan normal.

"Hal apa yang kamu ingin kami lihat ?"

"Masa depan."

"Apa ?!"

"Bisakah saya meminta setetes darah putra kedua anda, Sasuke ?"

Tiga orang itu langsung menjadi waspada saat nama Sasuke disebutkan, apalagi Itachi yang mulai menyipitkan matanya dengan sorot mata yang tajam seperti mengancam akan menyerang saat itu juga.

Mendesah panjang, Hasina mengeluarkan botol kecil berisi darah Naruto yang dia minta sebelumnya, dan menunjukkan hal itu pada mereka.

"Aku juga membawa darah putraku. Gadis di sampingku adalah miko yang bisa melihat masa depan, meski samar dan terkadang berubah-ubah karena masa depan adalah hal yang tidak pasti. Gadis ini mengatakan bahwa putraku dan Sasuke memiliki takdir yang terikat erat."

Tia sangat ingin mengatakan bahwa dia tidak pernah mengatakan hal semacam itu sebelumnya, tapi dia hanya bisa menutup mulut karena telah naik ke kapal bajak laut dan hanya bisa berbaur untuk hidup.

"Mereka berdua adalah dua anak yang memiliki takdir penting. Aku sudah melihat milik putraku, dan itulah sebabnya aku sangat ingin membantu kalian."

Melihat masa depan.

Tentu saja Fugaku tertarik untuk mengetahuinya. Apalagi itu adalah masa depan dari putranya.

Namun, dia tidak benar-benar mempercayai wanita itu, sampai-sampai dia bisa memberikan darah milik putranya.

Wanita itu berasal dari dunia yang berbeda, siapa tahu bahwa mungkin ada sejenis kekuatan yang bisa merugikan seseorang dengan menggunakan darah sebagai medianya.

"Bisakah aku melihat masa depan milikku lebih dulu ?"

Semua orang terkejut saat Itachi mencalonkan diri sebagai kelinci percobaan, untuk membuktikan keaslian kata-kata Hasina.

"Itachi kamu !"

"Jika yang dikatakan oleh Hasina-san benar. Itu menguntungkan bagi kedua belah pihak."

Berjalan kearah Tomo yang masih berusaha menjaga ekspresi datar diwajahnya, Itachi menggores ujung jarinya dengan kunai dan menampungnya di telapak tangan.

"Bisakah aku melihatnya sekarang ?"

Tomo yang tidak tahu harus apa, melihat kearah Hasina untuk mendapatkan arahan darinya.

Hasina yang menyadari pikiran Tomo, mengiriminya sinyal mata, dan Tomo langsung mengerti dalam hitungan detik.

Dia mengerucutkan bibir dan meniupkan kabut putih dari mulutnya, dan kolam air seperti cermin tercipta di jarak yang ada diantara Itachi dan Tomo.

"Jatuhkan darah diatasnya."

Melihat Tomo yang menunjuk kearah kolam, Itachi menuangkan genangan kecil darah dari telapak tangannya keatas kolam.

Darah menyatu dengan kolam yang seperti cermin itu, menciptakan riak dipermukaan dan perlahan-lahan berubah menjadi wajah seseorang.

╔═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╗
✧*。 see you later 。*✧
╚═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╝

Author note : jujur, aku sudah mulai semakin bingung untuk melanjutkan cerita ini

Author note : jujur, aku sudah mulai semakin bingung untuk melanjutkan cerita ini.

Ku mohon. Siapapun, tinggalkanlah komentar tentang teori kalian mengenai cerita ini yang akan terjadi di masa depan. Siapa tahu aku bisa mendapatkan ide dari komentar itu.


Bab sebelumnya 

Daftar bab 

Bab berikutnya 

Comments

Popular posts from this blog

24. Hanya Hari-hari Biasa 2

23. Seseorang Yang Bisa Memberikan Rasa Nyaman

01. Detektif Conan