19. Detektif Conan




[ Akhirnya, dengan bantuan Taluna yang ikut memohon, Ophelia yang tadinya tidak mau ikut campur terlalu jauh pun memutuskan untuk ikut terlibat.

Bagaimanapun, memang bukannya tidak mungkin untuk membantu mereka.

Tapi ....

Ophelia : "Ini setidaknya memerlukan persetujuan dari yang bersangkutan."

Yang tidak diduga, Matsuda Jinpei langsung membawa kedua sahabatnya begitu saja tanpa menanyakan apapun padanya.

Haruskah dia merasa bahagia atas kepercayaan ini, atau mengejeknya karena terlalu naif setelah dia mempermainkannya sejak tadi ?

Sudahlah ....

Ophelia : "Kalian hanya bisa hidup seperti ini sampai liontin daun semanggi itu kehilangan kekuatannya, dan setelahnya, kalian akan berubah menjadi boneka milik Great old ones seutuhnya. Tapi, jika kalian pergi ikut denganku ke Spearpoint Nebula, aku bisa setidaknya membantu tetap menjaga kewarasan kalian."

Hagiwara : "Apakah tidak ada cara untuk membiarkan kami mati kembali ?"

Ophelia : "Oh~ tentu saja a–"

Kalimat itu terhenti karena dua pasang mata yang melotot padanya.

Ok, sebaiknya dia tidak bercanda dulu sekarang.

Meski sebenarnya dia benar-benar ingin menakut-nakuti mereka .....

Sayang sekali.

Ophelia : "Tapi kalian harus dimurnikan lebih dahulu, dan itu seratus kali lebih menyakitkan daripada saat kalian pertama kali mati. Karena Luna-chan tidak tega~ aku juga tidak tega~"

Jinpei dan Taluna : "........"

Ophelia : "Jadi apa keputusan kalian ?"

Hiromitsu : "Setelah kami tiba di....."

Ophelia : "Spearpoint Nebula."

Hiromitsu : "Ya, itu. Apa yang akan kami lakukan setelan tiba disana ?"

Ophelia : "Aku bisa menitipkan mu pada Minerva. Meski dia vampir berdarah murni, dia sangat baik hingga terkadang aku merasa salut pada para pelayannya yang masih mau melayani gadis itu, hingga dia bisa tetap bertahan menjadi salah-satu dari empat pemimpin tertinggi di Drachollow."

Melihat kekhawatiran mereka, Ophelia pun menambahkan.

Ophelia : "Paling banter, jika kalian tidak memiliki bakat apapun, kalian bisa bertani di sana."

Hagiwara : "Bertani..... ?" Tanyanya ragu.

Lagipula, rasanya aneh, memikirkan bahwa zombie bertani untuk vampir yang memerlukan darah untuk dikonsumsi.

Ophelia : "Ayolah~ selain vampir, juga ada banyak sekali ras yang berbeda di sana. Dan jangan kira semua tanaman di Drachollow itu sama dengan di bumi. Sebagai contoh, buah Meroro yang merupakan makanan kesukaan para vampir, mengandung darah didalamnya, dan pohon skeletal, menghasilkan daging yang diperlukan oleh para ras karnivora." ]

Melihat pohon-pohon yang disebutkan ditunjukkan di layar, beberapa orang ingin mendesah dengan betapa ajaibnya dunia.

Shoko : "Aku harap aku bisa mendapatkannya meski hanya sedikit sampelnya." Ujar Ieiri Shoko.

Gojo : "Karena Kisa-chan saja bisa muncul di bioskop, mungkin nona penyihir itu juga akan muncul. Kamu bisa coba bertanya padanya saat itu."

Shoko : "Kedengarannya bagus."

Mendengar ini, orang-orang dari dunia detektif Conan pun menjadi bersemangat.

Meski orang-orang yang dikenal oleh nona penyihir di dunia itu bukanlah mereka, tapi mencoba untuk menjalin hubungan persahabatan adalah ide yang bagus untuk investasi masa depan dunia mereka.

[ Akhirnya, atas bujukan Taluna dan Matsuda Jinpei yang percaya pada teman elf nya, kedua orang itu pun memutuskan untuk menyetujuinya.

Dan sudut pandang pun kembali ke masa depan, dimana Ophelia yang masih patah hati, sedang bersantai-santai di apartemen Matsuda Jinpei seperti dialah tuan rumah yang sebenarnya.

Merasa malu, Taluna yang segan setelah meminta bantuan, tidak nyaman untuk menegurnya, dan hanya melakukan lebih banyak pekerjaan demi membantu Matsuda Jinpei dan teman-temannya.

Tapi ketenangan ini hanya bertahan sebentar, sampai ....

Langit biru di atas mereka terbelah, dan celah diantara belahan itu menjatuhkan bermacam-macam monster dengan berbagai ukuran dan level yang beranekaragam.

Ophelia terkejut. Dia menjulurkan kepalanya keluar jendela, dan mulai bergumam : "Tidak ku sangka. Apakah dunia ini cukup berharga sampai kalian datang sendiri. Mi-Go......"

Di langit yang jauh, segerombolan alien menyerupai serangga yang bernama Mi-Go, terus menerus mengalirkan aliran data yang menghubungkan dunia lain dengan bumi dibawah mereka.

Entah apa tujuan mereka. Tapi, yang pasti, ini jelas telah melanggar kesepakatan yang ada.

Melompat keluar jendela, Ophelia mengendarai tongkat sihirnya, dan dia melayang pergi menuju celah dilangit sambil merapalkan mantra.

Dia tahu perlawanannya tidak akan berguna. Karena sihir dan kekuatan yang manusia miliki semua berasal darinya. Tapi, itu bukan berarti para alien ini bisa bertingkah seenaknya !

Ophelia : "Curse of Ancestral !"

Detik kemudian, di atas langit, bola energi berwarna ungu berukuran raksasa muncul begitu saja dari ketiadaan.

Melihat ini, orang-orang dibawah yang sedang berlarian dengan panik, menjadi semakin panik karenanya.

Tapi Ophelia mengabaikannya, atau lebih tepatnya, dia tidak peduli pada mereka. Karena kepeduliannya hanya diberikan kepada orang-orang tertentu, dan orang-orang asing itu jelas tidak masuk kedalam daftar miliknya.

Mengetahui seberapa mengancamnya situasi ini, Ophelia tidak berniat untuk memikirkan kesehatan mental mereka.

Itu bukan urusannya.

Taluna yang berada jauh dari sana juga tidak tinggal diam. Dia terus membunuh semua monster yang berada dalam jangkauannya. Lagi dan lagi, terus menerus, hingga akhirnya dia pun menyerah untuk menyelamatkan sedikit nyawa ini, dan memutuskan untuk menarget monster terkuat yang paling menyulitkan semua orang.

Monster kecil, selama mereka berusaha, mereka masih bisa menyelamatkan dirinya, tapi monster yang kuat jelas berbeda. Karena senjata manusia saat ini belum cukup memadai, maka harus dia lah yang turun tangan untuk mengurus hal ini sendiri !

Melihat ke atas langit, Taluna yang sudah lama tidak berdoa pun akhirnya memohon kepada roh agung untuk membantu Ophelia memenangkan pertarungan.

Dan meski terdengar munafik karena telah meninggalkannya, Taluna juga berdoa untuk Matsuda Jinpei yang kini sedang berusaha menyelamatkan sebanyak mungkin orang yang dilihatnya.

Taluna : "Kumohon..... jagalah dia, lindungilah dia, bantulah dia. Hindarkan lah dia dari kematian yang bukan diakibatkan oleh usia !"

Air mata sudah mulai membasahi pipinya.

Bagaimanapun, dia memiliki kewajiban untuk melindungi bumi ini, sedangkan Matsuda Jinpei menolak untuk mendapatkan perlindungan khusus darinya, karena dia tidak mau tinggal diam dan menjadi satu-satunya yang terlindungi seperti pecundang, setelah mengatakannya, akhirnya dia memutuskan untuk menghormati pilihan pria itu dan pergi.

Tapi ....

Tapi ini sakit sekali ....

Gadis elf itu memegangi dadanya dan meremas kain ditubuhnya dengan erat.

Taluna : "Tolong...... Jangan mati....." ]

Saat melihat perjuangan gadis elf itu yang luar biasa, dimana dia yang terus berpindah-pindah antar negara untuk menghabisi monster meski dipenuhi luka, membuat orang-orang, tidak peduli dari pihak putih maupun hitam, merasa kagum atas kegigihan nya.

Namun, setelah mendengarkan kegelisahannya, mereka yang pandai bicara pun tidak bisa mengatakan apa-apa.

Betapa gadis yang malang.

Teman-teman Matsuda Jinpei, menepuk pundak dan punggung pria itu, mencoba untuk memberikan kenyamanan pada pria yang saat ini sedang menatap kosong ke arah layar.

Dan Matsuda Jinpei yang mengerti maksudnya, hampir tidak bisa mengeluh. Karena meski pria dilayar itu memang 'Matsuda Jinpei', tapi orang itu bukanlah dirinya.

Cinta dan kekhawatiran gadis itu juga bukan ditujukan untuknya.

Tapi ....

Menyentuh dadanya, Matsuda Jinpei merasakan rasa sakit yang sama dengan gadis yang sedang menangis di layar.

Gadis itu benar .... Rasanya memang sakit.

Rasanya memang sakit

Bab sebelumnya

Daftar bab

Bab berikutnya

Comments

Popular posts from this blog

24. Hanya Hari-hari Biasa 2

23. Seseorang Yang Bisa Memberikan Rasa Nyaman

01. Detektif Conan