20. Detektif Conan




[Di tengah reruntuhan kota yang hancur, suara gemuruh dan jeritan mengisi udara, dan Ophelia yang dipukul mundur oleh senjata berteknologi tinggi milik alien Mi-Go, menatap kesal pada celah yang bahkan hanya sedikit menyusut, meski sudah mendapatkan serangan terkuat yang dimilikinya.

Ophelia : "Brengsek !"

Gin : "Baru beberapa hari, dan kamu sudah belajar untuk mengumpat. Itu luar biasa."

Ophelia yang sedang berkumur untuk membersihkan darah dari mulutnya, terkejut oleh kedatangan orang yang tak dia duga.

Ophelia : "Gin !? Kamu..... Kamu.... Tidak pergi ?"

Gin memasang ekspresi dingin, dan membalas dengan sinis : "Pergi kemana lagi ? Bumi adalah tempat tinggal ku."

Benar ....

Meski Kurosawa Jin bukanlah orang yang baik, itu bukan berarti dia tidak kompeten, dia berhasil bertahan selama ini di organisasi hitam karena dia tahu untuk melindungi miliknya dan berjuang demi hal tersebut.

Ophelia : "Aku bisa mengajari mu mantra kutukan terkuat. Tapi bayarannya adalah kematian. Jadi, apakah kamu mau mencobanya ?"

Mendengar kata 'kematian', Gin mengangkat sebelah alisnya dengan ekspresi tidak percaya.

Ophelia : "Ya.... Kamu dan aku memang tidak akan mati. Tapi, setiap sihir itu digunakan, rasa sakitnya, sama dengan rasa mati itu sendiri."

Gin : "Apa itu sihir yang kamu gunakan sebelumnya ?"

Ophelia : "Ya."

Gin : "Setuju. Ajari aku !"

Meski bertarung sambil mengajar itu sulit, tapi karena keduanya sama-sama berbakat, mereka berhasil hanya dalam waktu yang singkat.

Bahkan Ophelia yang digadang-gadang sebagai penyihir paling berbakat pun kagum atas tekadnya, dimana meski pria itu telah memuntahkan ber liter liter darah, dia masih terus mempraktekkannya tanpa henti, yang membuat pria ini mampu mempelajari sihir terkuat dalam durasi satu hari.

Ophelia : "Pria gila......"

Gin tersenyum mendengarnya : "Takut ?" Ejeknya.

Ophelia : "Tidak~ aku suka !"

Senyum pria itu menjadi kaku untuk beberapa saat, namun dia segera terbang melewatinya, dan langsung menyerang musuh dengan kejamnya, meninggalkan sang penyihir yang menatap kosong pada bagian belakang telingan berwarna merah milik pria itu.

Ophelia : "Serius...... ?"

Dia hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. ]

Semua orang : "Serius !?"

Jangankan Ophelia, mereka yang menonton bahkan juga tidak percaya.

Satoru : "Ini membuatku belajar banyak hal....."

Yuji : "Apa sensei juga berhasil mempelajari sihir itu ?"

Satoru : "Tidak~ tidak~ ini bukan tentang sihir."

Yuji : "Eh ? Lalu ?"

Beberapa orang mulai memasang telinga karena penasaran.

Satoru : "Kita tidak boleh menyia-nyiakannya waktu. Lihatlah Ophelia !" Jari telunjuknya menunjuk tepat kearah wanita berambut putih di layar.

Satoru : "Bahkan disaat seperti itu pun dia tidak lupa untuk menggoda pria yang disukanya !"

Semua orang : "........."

Yaga : "Satoru !!!"

Pukulan koreksi dari sang guru, berhasil dihentikan dengan kemampuan limitless yang curang.

Kisa : "Jangan sampai kamu melakukan hal yang sama seperti itu, senpai."

Satoru : "Eh~ kenapa ?"

Kisa : "Aku khawatir pada keselamatan mu."

Melihat ekspresi serius dan sorot mata penuh kekhawatiran dari wanita itu, jantung Gojo Satoru yang selalu tenang, kini melompat-lompat seperti rusa yang akan menembus keluar dari dadanya.

Namun belum sempat dia bahagia–

Kisa : "Aku tidak ingin dunia sihir menjadi kacau karena ketidak seimbangan yang terjadi setelah kematianmu." Tambah Kisa yang langsung menjegal rusa yang sedang berlompatan di jantung putra dewa terkuat

Dan seperti dua orang sebelumnya, sekarang giliran Gojo Satoru yang memegang dadanya yang terasa sakit.

Shoko : "Pft–"

Murid-murid jujutsu tech : "ahem.... ahem.... Hem .... Uhk....." Maaf, mereka sudah berusaha menahannya.

Dan tidak seperti yang lain, hanya Geto Suguru yang : "Hahahahaha......." satu-satunya tertawa lepas dengan sangat tidak sopan.

Satoru : "Ingin bertarung..... Suguru..... !?"

Suguru : "Tentu. Tapi karena bioskop tidak mengizinkannya, maka aku hanya bisa menunggumu di alam baka nanti."

Satoru : "........."

Kisa : "Ayo hentikan ini, dan tonton saja filmnya lagi."

[ Kini Gin sudah tidak bertarung dengan pasif lagi, dia sekarang mulai berdiri bertarung berdampingan dengan Ophelia, dan ikut merapal mantra kutukan tingkat tinggi bersama-sama.

Ditempat lain, tepatnya di negara sebrang lautan, Taluna sekarang berhadapan dengan para pemuja yang sedang memberikan pengorbanan di antara puing-puing.

Ophelia : "Gin, ini tidak baik. Kita harus ganti rencana. Biarkan aku menjadi umpan." Bisik Ophelia.

Ophelia : "Kamu coba serang mereka dengan senjata dingin saat ada kesempatan."

Gin : "Senjata dingin ? Kamu gila ?"

Bahkan sihir pun tidak berguna, apa lagi benda yang telah lama ditinggalkan oleh sejarah perang ini ?

Ophelia : "Sebenarnya, semua kemampuan berasal dari Azathoth, dan Mi-Go juga mendapatkan nya dari dewa itu. Meski teknologi alien pink ini hebat, tapi mereka terlalu fokus pada medis, dan kemampuan bertarung serta bertahan mereka masih bergantung pada sihir."

Jadi, intinya, senjata buatan manusia, yang terbuat dari sains yang tidak terhubung oleh dewa mana pun, seharusnya memiliki kemampuan yang lebih baik untuk melawan mereka, kan ? Tambah Gin dalam hati.

Meludahkan darah yang menggangu, Gin yang terus mengamati musuh di kejauhan, mulai memikirkan rencana lain : "Karena sihir dan kemampuan non-sains itu tidak bisa. Bagaimana jika bom atom kita coba !?" Tanya Gin, suaranya penuh tuntutan untuk jawaban yang cepat.

Ophelia : "Eh ? Bom atom ?"

Gin menyeringai dengan kejam.

Gin : "Bukankah kamu sebelumnya ingin mencobanya ? Lagipula, ini juga sains."

Lalu Ophelia pun menunjukkan senyum kejam yang serupa. ]

Orang-orang Jepang yang mempunyai kenangan buruk mengenai bom ini pun merasakan perasaan campur aduk didalam hati mereka

Teruko : "Pada akhirnya. Apakah bom atom lah yang menyelamatkan dunia ?"

Bahkan Fyodor yang bukan dari Jepang pun, tidak menyukai hasil ini.

Apapun senjatanya, apapun kemampuannya, hal yang dapat membunuh adalah dosa asal manusia. Apalagi bom atom yang merusak segala yang disentuhnya.

[ Taluna yang sedang merapalkan panah sihir ke busurnya, menatap tajam, meneliti setiap gerakan monster yang berniat menyerang.

Tapi saat ini, dia yang baru saja mau memulai babak baru pertarungan, dibuat terkejut oleh suara sirine kencang yang tiba-tiba muncul, ditambah lagi adegan berikutnya disusul dengan sahabatnya yang membawa benda dari tempat militer tertentu, yang membuatnya langsung merasa panik.

Apa .... Apa yang direncanakannya !?

Ophelia mengalihkan pandangannya ke arah Taluna, dan tanpa basa-basi atau penjelasan apapun, wanita itu langsung membawa benda besar itu menuju langit bersama dengan pria yang juga membawa benda yang serupa dengannya.

Sedangkan, grup manusia yang berjuang di sisi lain, terdapat Ran yang berusaha melindungi ibunya.

Ketika Ran terjepit, Kudo Shinichi merasakan ketegangan di dadanya : "Ran, jangan!" teriaknya, tetapi suara itu tenggelam dalam deru monster.

Ran, dengan mata penuh ketakutan namun berani, berlari ke arah monster yang lebih besar, seolah ingin melindungi ibunya dengan nyawanya.

Matsuda Jinpei dan Toru Amuro yang berada didekat sana saling pandang.

Jinpei : "Aku akan membantu mereka!" kata Matsuda Jinpei yang langsung berlari melewati sahabatnya.

Melihat Mouri Ran yang semakin dekat dengan monster raksasa itu, Kudo Shinichi pun ikut berlari ke arah yang sama sekencang-kencangnya.

Meski dia bisa menyerang dengan sihir, tapi akurasinya masih kurang bisa diandalkan, jadi dia hanya bisa berlari mendekat ke arah musuh agar sihir yang seharusnya untuk menyerang lawan, tidak sampai salah sasaran.

Tapi, dimata Matsuda Jinpei dan Toru Amuro yang tidak tahu, kedua remaja itu begitu gila hingga berlari menuju kematiannya.

Jinpei : "Dasar bodoh ! Kembali kalian !" ]

Jinpei : "Dasar bodoh ! Kembali kalian !" ]

Bab sebelumnya

Daftar bab

Bab berikutnya

Comments

Popular posts from this blog

24. Hanya Hari-hari Biasa 2

23. Seseorang Yang Bisa Memberikan Rasa Nyaman

01. Detektif Conan