14. Detektif Conan
[ Setelah berputar-putar di hutan karena slime yang pintar menutup jalan keluar, Kudo Shinichi yang terjebak, mulai memikirkan kelayakan dari rencananya untuk menerobos pasukan musuh sebagai tindakan putus asa terakhir.
Lagipula, tetap di tempat bukanlah pilihan, jika seseorang tidak mau mengambil resiko, mereka akan berakhir dengan kehilangan satu-satunya kesempatan.
Apalagi mengingat bahwa dia sudah mulai kelelahan, jika harus menunggu bantuan lebih lama lagi, dia ragu dia dapat terus bertahan.
Tapi .... Dia tidak sendiri, karena bagaimanapun, dia tidak mungkin meninggalkan Ran, dan harus membawa beserta Ran dalam rencana yang beresiko tinggi ini.
Shinichi : "Ah..... ! Apa yang harus ku lakukan !?"
Ungkapan kecerdasan akan kalah dari kekuatan absolut, itu ternyata benar !
Tidak peduli mau seberapa pintanya seseorang, jika lawan terlalu kuat, perlawanan hanya akan terlihat semakin menyedihkan.
Tapi ....
Ada suara samar di hatinya, yang terus-menerus mengingatkannya bahwa dia akan baik-baik saja, selama dia bisa menunggu lebih lama.
Tapi .... Berapa lama ?
Dan, apakah ini benar-benar bisa dipercaya ?
Apakah dia harus bertaruh dengan hidup mereka berdua untuk membuktikannya ?
Merasakan bulu yang lembut ditangan, dia mengelusnya untuk menenangkan diri.
Tenang .... Tenang ....
Bahkan jika dunia ini telah berubah menjadi supranatural, dia masih harus tetap percaya pada sains.
Setelah menarik nafas yang panjang, tiba-tiba muncul sosok bersinar di kegelapan hutan.
Helaian rambut pirang itu, terlihat seperti benang yang terbuat dari cahaya matahari, dan matanya yang biru mengingatkannya pada warna langit itu sendiri.
Dan wajahnya yang begitu cantik, tampak seperti bukan sesuatu yang bisa dimiliki oleh manusia ....
Hanya setelah telinga runcing dan panjang milik sang gadis bergerak-gerak, barulah Kudo Shinichi tersadar.
Ah .... Ternyata itu telinga asli, dan dia memang bukan manusia.
Eh !?
Bukan manusia !?
Taluna : "Terimakasih karena sudah bertahan, sekarang biarkan orang dewasa yang mengurusnya."
Dalam sekejap, monster yang telah dihindarinya dengan susah payah, hancur seperti jelly yang lunak setelah tertusuk oleh anak panah yang bersinar.
Kudo Shinichi tertegun oleh pemandangan yang mencengangkan itu, dan untuk yang entah ke berapa kalinya, pandangan dunia pemuda yang materialistis itu hancur sekali lagi.
Selain monster yang dia yakini sebagai alien, kini ras non manusia pun telah muncul, dan ini masih ras yang biasanya muncul dalam cerita, novel, dan film fantasi.
Taluna : "kamu baik-baik saja ?"
Shinichi : "Ya.... Ah ! Tapi temanku tidak. Dia berubah menjadi seperti ini setelah ditangkap oleh slime tadi. Apakah kamu tahu bagaimana mengembalikan wujudnya seperti semula ?"
Melihat anak serigala dipeluk kan pemuda tersebut, Taluna menahan tawanya saat memikirkan ketidaktahuan mereka.
Taluna : "Tenang lah, kekasih kecilmu baik-baik saja, ini adalah transformasi ras werebeast yang normal."
Wajah Kudo Shinichi memerah, dan belum saja dia menyangkalnya, kata kunci yang penting dari kalimat itu langsung menyadarkannya.
Werebeast ....
Tapi Ran jelas-jelas manusia ....
Jadi .... Bagaimana bisa ?
Menyadari kebingungan kedua anak itu, Taluna pun menjelaskan.
Taluna : "Pacarmu memiliki darah ras werebeast dalam dirinya, dan mungkin dia mendapatkannya dari leluhurnya. Mengingat bahwa darah ras werebeast yang dia miliki telah sangat encer hingga nyaris tidak bisa dirasakan, tapi sepertinya kamu telah tanpa sengaja menggunakan kekuatan dari benih Yangdrasill di dalam tubuhmu padanya, dan darah encer itu pun mulai membangkitkan kekuatannya."
Shinichi : "Apa !?"
Ran : "Wooof !?" ]
Memandangi putrinya dari atas ke bawah, Kogoro Mouri memiliki perasaan yang campur aduk.
Kogoro : "Ini......"
Manusia adalah ras yang terlahir lemah.
Melihat ke pria berambut putih dengan gaya kemoceng disamping .... Hm .... Tentu saja, selain mereka yang dari dunia lain, mereka tidak masuk hitungannya.
Jadi, memiliki kekuatan di masa-masa buruk merupakan keberuntungan, tapi ....
Apakah hal tersebut benar-benar baik ?
Ditambah lagi, dia bahkan tidak tahu apa kekuatan yang dimiliki oleh ras non manusia di tubuh putrinya selain mengubah wujudnya menjadi anak anjing dengan nilai kerusakan yang kecil.
Satoru : "He~ aku 100% yakin bahwa gadis itu adalah manusia."
Benar-benar tidak ada yang istimewa darinya.
Jadi-
Satoru : "Apakah ras campuran hanya ada di dimensi yang berbeda ?"
Kisa : "Entahlah, kita hanya bisa tahu setelah meniru apa yang terjadi di layar sebelumnya."
Satoru : "Seperti yang diharapkan darimu Kisa-chan ! Ayo kita coba~"
Mendengar itu, semua pihak baik di dunia detektif Conan langsung menatap guru berambut putih dengan waspada.
Menyadari kesalahan bicaranya, Kisa meminta maaf dan segera menegur seniornya yang berasal dari dimensi yang berbeda.
Kisa : "Aku tahu semangat keingintahuan mu sangat besar, Gojo-senpai, tapi jangan sampai melakukan sesuatu yang berlebihan."
Satoru : "Aku tahu~ aku tahu~ lagipula bocah detektif itu tidak ada disini. Kalian bereaksi terlalu berlebihan."
Melirik Conan yang masih mempertahankan ekspresi waspada nya, Kisa dan anak itu saling bertatapan untuk sementara waktu, dan setelah menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dari cara wanita itu mengamatinya, Conan yang berkeringat dingin, dengan susah payah membuat ekspresi polos nan lugu dari seorang anak yang tidak tahu apapun.
Akhirnya, entah apakah kehilangan minat atau alasan lainnya, Kisa pun memalingkan wajahnya.
Kisa : "Ya. Lagipula dia tidak ada disini sekarang."
[ Lalu waktu pun berlalu, hingga ke titik dimana waktu kematian Matsuda Jinpei yang diingat oleh banyak orang.
Tapi bedanya, disini Matsuda Jinpei tidak sendiri, dia pergi bersama nona elf yang mengikutinya setelah menyelesaikan tugas pembersihan hariannya.
Taluna : "..... Aku benar-benar tidak mengerti, bahkan di situasi buruk seperti ini, manusia masih tidak bekerja sama, dan justru berusaha memperburuk keadaan yang sudah penuh krisis disetiap kesempatan."
Matsuda Jinpei yang masih mengotak-atik bom, terlihat sangat fokus dengan konsentrasi tinggi, dan mengabaikan gadis yang terus bicara pada dirinya sendiri.
Taluna : "Meski aku mengagumi mereka, aku masih tidak mengerti alasan mereka yang suka membuat masalah, dan jujur, aku merasa sangat tidak adil bagi para korban yang tidak punya masalah apapun dan harus terlibat pada akhirnya."
Seperti sahabat pria ini ....
Jika saja tidak ada orang-orang bodoh itu ....
Menyentuh jendela kaca di ferris wheel, Taluna melihat pantulan bayangannya di cermin, dan cahaya yang berkelap-kelip disertai dengan titik-titik kecil manusia yang bergerak-gerak dibawah sana terlihat begitu mempesona mata, tapi bukan itu yang menjadi fokusnya.
Taluna : "Kamu kesulitan, kan ?"
Taluna : "Ini memakan lebih banyak waktu dari biasanya."
Jinpei : "Heh.... Ya.... Kamu benar."
Mengulurkan tangannya, Taluna meminta bom yang masih memiliki angka hitungan mundur dari tangan pria itu.
Jinpei : "Apa yang mau kamu lakukan ?"
Taluna : "Ayo buat kembang api."
Jinpei : "Kembang api ?"
Lalu, bom pun diikatkan ke anak panah, dan dengan sedikit tarikan, senar yang telah dilepaskan itu pun langsung mendorong anak panah ke langit beserta bom yang sudah dimantrai oleh sang elf yang bersemangat.
Taluna : "Jinpei. Apa yang akan kamu lakukan jika temanmu berubah menjadi makhluk yang bukan lagi manusia ?"
Mendengar pertanyaan yang mencurigakan, Matsuda Jinpei tidak lagi memiliki energi untuk menebak-nebak dan secara lugas langsung bertanya padanya.
Jinpei : "Apa maksudmu ?"
Taluna : "Aku baru saja melihat mayat hidup."
Dengan suara 'BANG' ledakan besar dengan warna-warna cerah di langit, membuat semua orang berhenti untuk menyaksikan keindahannya.
Namun berbanding terbalik dengan keindahan di luar, tempat dimana Taluna Trueseer dan Matsuda Jinpei berada, kini menjadi semakin suram dan menegangkan.
Taluna : "Apa yang akan kau lakukan ?"
Comments
Post a Comment