04. Jujutsu Kaisen
[ Bahkan dewa yang kuat sekalipun tidak mahakuasa, dan mereka tidak mungkin bisa melindungi kehidupan tertentu untuk selamanya.
Kalimat yang diucapkan oleh Yamata no orochi, yang sebenarnya hanya sekedar pengingat dan nasehat, kini justru terdengar seperti ramalan yang telah ditentukan.
Saat ini, dibawah langit dengan awan hitam yang menutupi pancaran sinar matahari, Amanozako berdiri dengan pandangan tak percaya, saat iris mata merahnya memantulkan sosok tubuh hangus yang terikat di tengah-tengah desa.
Dengan kepala Kusa yang masih ada di pelukannya, dia berjalan mendekat dengan langkah yang terasa berat.
Amanozako : "...... Kenapa ?"
Meski dia tahu bahwa manusia sangatlah kejam, dimana bahkan seorang ayah pun bisa menjual anaknya demi uang ....
Tapi .... Bukankah kalian semua sama-sama manusia ?
Semarah dan sebenci apapun mereka, seharusnya tidak perlu sampai sekejam ini untuk membakar mereka hingga mati, kan ?
Pelayan : "Menurut apa yang dikatakan oleh manusia yang telah diintrogasi, alasan Yuki-san dibakar adalah, karena dia berusaha melindungi yokai yang menurut mereka tidak seharusnya dilakukan."
Amanozako : "..... Ha-ha-ha...... Hanya karena itu ?" ]
Tsunayosi : "Mereka membakar seorang anak sampai mati, hanya karena alasan semacam itu !?"
Gokudera : "Apa mereka bahkan masih manusia !?"
Conan : "Apakah manusia benar-benar bisa menjadi sekejam ini ?"
Semua orang yang baik, marah karena alasan yang keterlaluan tersebut, namun, orang-orang yang sudah terbiasa melihat darah, dan tahu betapa kotornya sifat manusia, mengerti bahwa ini tidak bisa dihentikan bagaimanapun caranya.
Fyodor : "Apa boleh buat, manusia itu mudah terpengaruh oleh emosi, yang membuatnya seringkali tidak bisa bersikap adil, dan terkadang cenderung untuk melupakan atau mengabaikan orang lain demi kepentingan mereka sendiri."
Bagaimanapun juga, ini lah sifat manusia itu ....
Mereka penakut, egois, dan membenci perbedaan.
Mereka benci karena gadis itu melindungi sesuatu yang mereka takuti, sesuatu yang berpotensi akan bisa mencelakakan diri mereka di kemudian hari, dan karenanya, mereka pun memutuskan untuk membunuh hal yang memiliki pendapat berbeda dari diri mereka sendiri, dan itu semua dilakukan hanya demi kepentingan pribadi.
Merasakan kesuraman dari orang-orang baik di sekitar, Fukuzawa Yukichi memutuskan untuk angkat bicara.
Karena baginya ....
Fukuzawa : "Seburuk apapun manusia, mereka juga memiliki kemampuan untuk berubah, belajar, dan berkembang untuk menjadi sosok yang lebih baik dan lebih baik. Oleh karena itu, penting bagi semua orang untuk terus belajar dan bertumbuh sebagai individu yang dapat mengatasi sifat-sifat negatif tersebut dan menjadi manusia yang lebih baik."
Untungnya, ucapan Fukuzawa Yukichi bisa terbilang berhasil, karena beberapa orang merasa cukup terhibur setelahnya.
[ Di layar, semua orang melihat sang Dewi bermata merah itu pun tanpa basa-basi, langsung memberikan perintah kejamnya pada semua pelayan di sekitarnya.
Amanozako : "Bunuh semuanya ! Bunuh mereka semua !"
Dalam sekejap, suara jeritan penuh rasa sakit dan teriakan ketakutan menjadi suara latar belakang yang menakutkan.
Sampai di suatu saat, suara bayi tiba-tiba terdengar, dan membuat ingatan Amanozako akan percakapannya dengan Miko miliknya pun mendadak muncul dikepalanya.
Itu hanyalah percakapan biasa, yang sangat biasa, hingga saking biasanya dia bahkan sampai lupa.
Tapi kini dia mengingatnya dengan sangat jelas ....
Keinginan dari sang anak untuk membuat tempat dimana yōkai dan manusia bisa hidup bahagia bersama.
Gadis itu berkata .... Bahwa itulah mimpinya ....
Amanozako : "Berhenti !"
Karena itu yang dia inginkan, maka–
Amanozako : "Bawakan padaku semua bayi di tempat ini, dan kalian bisa lanjutkan pembantainya lagi."
Dia akan mencoba membuat tempat ideal yang anak-anak kesayangannya inginkan.
Dimulai dari bayi-bayi polos yang tidak tahu apa-apa ini, aku akan cuci otak mereka hingga mereka bisa menerima perbedaan. ]
Hening ....
Semua orang terdiam, bahkan Nicoline yang merupakan protagonis di film pun tidak bisa mengatakan apa-apa.
Tidak peduli apa alasannya, sebagai masyarakat di bawah supremasi hukum, dia jelas sadar akan kesalahannya.
Tindakan itu, jelas tidak akan bisa dibenarkan, dan dia tidak akan membuat alasan apapun, atau bahkan memerlukan siapapun untuk membenarkannya.
[ Dalam sekejap, di gunung yang sebelumnya suram, dengan hanya kuil di pedalaman hutan, kini telah berubah menjadi pedesaan yang cukup ramai, dengan manusia dari berbagai usia dan yōkai dengan berbagai bentuk tinggal disana seperti masyarakat pada umumnya.
Mereka saling melindungi, membantu satu sama lain saat diperlukan, dan bahkan terlihat beberapa pasangan beda ras telah bersama yang diterima begitu saja oleh semua orang.
Amanozako : "Apakah kau lihat ini.... Kusa... Yuki..... ?"
Memejamkan mata, lalu menarik nafas dalam-dalam untuk mencium aroma bunga sakura yang berterbangan, Amanozako pun mengelus dua batu nisan dan menaruh banyak sekali rangkaian bunga yang indah dan penuh warna diatasnya.
Amanozako : "Ini adalah hadiah dan penghormatan dari semua junior mu. Mereka sangat berterimakasih pada kalian......"
Karena kalianlah, mereka bisa merasakan kebahagiaan ini, dan karena kalian lah juga, banyak orang yang bisa memenuhi harapannya untuk bisa bersama pasangan yang mereka cintai.
Karena tidak ada di bumi, tempat yang bisa menerima pasangan beda ras, selain di sini ....
Tapi .... Meski begitu .... Dia tetap berharap .... Ini tidak pernah terjadi, dan anak-anak tercintanya tidak pernah pergi meninggalkannya sendiri.
Dia benar-benar tidak ingin hidup lagi ....
Ayahnya berusaha menjualnya ke pria tua kejam demi membayar hutang, dan saat dia akhirnya mendapatkan sahabat yang sudah dianggap sebagai keluarga, Yamata no orochi tidak lagi mau melihatnya, dan setelahnya .... Kalian pun pergi juga ....
Kini dia tidak punya apa-apa lagi ....
Bahkan tempat yang dia buat dengan susah payah ini pun tidak bisa mengisi kekosongan nya di hati. ]
Giotto : "Begitu..... Dia hanya gadis yang menginginkan kasih sayang."
Sebagai pemimpin pertama vongola famiglia yang merupakan mafia, meski pembantaian yang dilakukan oleh Amanozako sulit untuk diterima, namun dia masih bisa berempati padanya.
Yaga : "Ya..... Dia gadis yang baik."
Megure : "...... Tapi......"
Melihat polisi gemuk yang terlihat tidak setuju, Masamichi Yaga yang sudah menganggap dirinya sebagai ayah dari protagonis dalam film di layar, langsung berusaha membela putrinya.
Yaga : "Selain adegan pembunuhan pertama, seterusnya.... kita semua bisa melihat bahwa Kisa tidak pernah membunuh siapapun tanpa alasan yang jelas."
Megure : "Tapi dia sangat tanpa ampun."
Yaga : "Maksudmu, kamu ingin putriku membiarkan mereka pergi dan membalaskan dendamnya dikemudian hari ? Jangan lupa, disana tidak ada polisi yang bisa melindungi, jika dia tidak cukup kuat dan kejam, entah berapa kali dia telah mati."
Semua penyihir yang mengenal Masamichi Yaga terkejut.
Bagaimanapun juga pria itu terkenal baik, jadi tidak ada yang menyangka bahwa dia akan membela sesuatu yang jelas-jelas salah seperti itu.
Tapi memang benar, setelah mereka memikirkannya baik-baik, kesimpulannya adalah membunuh merupakan cara yang paling tepat untuk era tanpa hukum seperti itu.
Karena, seperti yang orang bijak pernah katakan, berbelas kasih pada musuh adalah bentuk dari pengkhianatan pada diri sendiri.
Satoru : "Sensei~ tidak ku sangka kamu sudah menempatkan dirimu sebagai ayah dari seseorang yang bahkan belum pernah kamu temui secara langsung~"
Masamichi Yaga bisa merasakan beberapa pasang mata mengintip kearahnya.
Satoru : "Apakah terjadi sesuatu ?"
Yaga : "Apakah enam mata mu tidak melihat apapun ?"
Satoru : "Tidak, jika aku tahu, aku tidak akan bertanya~"
Yaga : "Maka jawabanku adalah tidak terjadi apapun."
Satoru : "Eh~ jawaban yang membosankan~"
Saat Gojo Satoru baru saja terpikir untuk menggangu guru baiknya, adegan di layar yang tiba-tiba berubah, langsung menarik perhatiannya.
Dia lupa niat awalnya dan kembali fokus menatap layar.
[ Di makam yang ditumbuhi oleh berbagai jenis bunga yang indah, fluktuasi energi aneh berwarna ungu di udara berangsur-angsur memadat, dan menyatu secara gila-gilaan membentuk portal yang bersinar.
Seperti pintu menuju dunia yang tidak dikenal. Amanozako yang sedang duduk didekatnya tidak menyangka sesuatu akan tiba-tiba muncul, dan sebelum dia sempat bereaksi, dia sudah tersedot seluruhnya hanya dalam beberapa detik.
Lalu setelahnya, celah portal itu menghilang begitu saja dari sana, dan adegan pun berubah.
Ditempat baru yang entah dimana, Amanozako kini sedang tergeletak tak sadarkan diri diatas rumput, namun ukuran tubuhnya telah berubah, dia menyusut hingga ke tinggi usia anak lima tahun, dan sekarang .... Kimono yang dia gunakan sebelumnya terlalu besar untuk ukuran tubuhnya.
Melihatnya sekilas, itu terlihat seperti membungkus anak itu selayaknya selimut.
??? : "...... Seorang anak ? Ditempat seperti ini ?"
Setelah tangan yang besar dan kuat mengangkat anak itu dan membawanya di pelukannya, adegan berpindah ke sebuah rumah tingkat dua yang sangat biasa.
Amanozako : "Ini...... Dimana ini ?" ]
Comments
Post a Comment