32. Perubahan Rencana & Memperluas Luang Lingkupnya
Ketika sinar matahari pertama bersinar di pagi hari, Gaara bangun hampir bersamaan dengan Roro yang masuk kedalam kamar anak itu dirumahnya.
"Selama pagi Gaara-kun. Sarapan sudah siap."
Tiba-tiba, Gaara meluncur seperti bola meriam kecil dan memeluk Roro dengan erat, membenamkan wajahnya jauh ke dalam perut lembut Roro dengan celemek bermotif bunga diatasnya.
Bangun dan langsung disambut oleh saudara perempuannya dengan aroma makanan yang menggugah selera, Gaara merasakan kesenangan dan kebahagiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Mulutnya terbuka dan tertutup secara tidak tepat, terlihat kebingungan akan apa yang ingin dia ucapkan.
Roro tidak tahu apakah karena penampilan anak itu atau apa, dia merasa hatinya seperti meleleh. Dengan naluri keibuannya yang diaktifkan, dia ingin sangat memanjakan anak itu, tapi hati ibu dengan kulit saudari berkata dengan tergesa-gesa.
"Sarapannya akan dingin. Ditambah lagi, buruk jika kita tidak bergegas karena mungkin ada yang akan curiga dan berusaha merugikan Yashamaru yang telah membantu kita bersembunyi dari pengawasan karena kamu ingin menginap."
"Ah, ya. Apakah Yashamaru datang tadi malam ?"
"Eh..... Untuk apa ?"
"......... Tidak apa-apa, sepertinya aku hanya bermimpi."
Gaara yang selalu menjadi anak baik sangat ingin mendecakkan lidahnya.
Lagipula dia sudah banyak membantu memberikan kesempatan bagi pamannya, tapi Yashamaru selalu berhasil menggagalkan mereka semua.
'Kenapa Yashamaru sangat payah ? Dia bahkan tidak berhasil melakukan kemajuan apapun pada neesan.'
Gaara tidak tahu, bahwa apa yang dia pikirkan sekarang sudah ada di benak semua orang di desa Suna.
Di sisi lain, Roro yang sadar dan cukup peka terhadap apa yang terjadi, bahkan tidak sedikitpun menaruh perhatiannya pada hal itu, dan seperti biasa, fokus serta seluruh konsentrasinya hanya tertuju pada anak-anak asuhnya.
"Ayo buruan makan ?"
"Um... Ayo pergi!"
Setelah sarapan pagi yang menyenangkan, mereka dengan sembunyi-sembunyi menghindari semua mata yang ada disekitar.
Tujuan keduanya adalah rumah Yashamaru, yang merupakan pria lajang dengan satu keponakan yang menjadi satu-satunya orang yang menemaninya tinggal di rumah itu.
Memikirkan wanita pujaannya akan datang ke rumahnya, Yashamaru hampir tidak bisa tidur sepanjang malam dan hanya terus membersihkan debu yang bahkan sudah tidak ada.
Dan tentu saja, jika pikiran penuh dengan hal-hal duniawi disertai penyangkalan pada realita, anda tidak akan dapat berkonsentrasi pada hal lainnya, termasuk fakta yang sudah sangat jelas ada di depan mata.
Orang lain mungkin tidak sadar, tapi Yashamaru yang merupakan pelamar seharusnya sudah sangat jelas akan keengganan Roro pada romansa percintaan. Tapi pria itu bahkan tidak tahu bagaimana untuk menyerah.
"Yashamaru~"
Gaara melompat dari pelukan saudara perempuannya menuju Yashamaru yang masih memegang kemoceng dan lap di kedua tangannya.
***
Pada saat yang sama, di dekat desa Kumo, Kaminari no Kuni (Negara petir) dan merupakan salah satu dari lima negara besar shinobi.
Rise beserta tiga orang yang telah ia dan Eire selamatkan, saat ini sedang mengalami krisis terbesar dalam karir mereka.
Lagipula, meski disebut sebagai pandai besi, apa yang sedang dibuat oleh mereka adalah sesuatu yang sangat jauh berbeda, dan hal itu praktis menyulut emosi paduka ratu di rumah karena kegagalan terus terjadi sampai tanda-tanda akan kemajuan sangat tidak pasti.
"Jadi...... Kira-kira, harus ku apakah kalian sekarang ?!"
Mendengar vonis sedang direnungkan dan akan segera dijatuhkan, pemuda pemberani maju dengan gagah berani, dan dengan sangat bersedia melindungi rekan menggunakan tubuh bahkan hidupnya.
"Aneki ! Selalu ada percobaan dan kesalahan. Tolong jangan salahkan bos untuk apa yang telah terjadi."
Tiga orang dibelakang memandangi pemuda pemberani itu dengan tatapan penuh kekaguman.
Menunjukkan kehadiran saat paduka ratu sedang marah bukanlah tindakan yang bijaksana.
Namun pahlawan itu bersedia untuk melindungi mereka.
Sungguh, betapa adegan yang mengharukan.
Ketiganya sepakat untuk mengingat-ingat pengorbanan sang pemberani.
Namun sayangnya, sang bos terakhir tidak memakan set drama menyedihkan mereka.
"Taisho~ apakah kamu ingin mengorbankan diri ? Betapa tindakan yang terpuji."
Senyuman manis di wajah Eire terasa seperti menyembunyikan pisau dibaliknya.
Setelah bulu kuduk berdiri memberikan sinyal mara bahaya, dia baru bisa menyadari bahwa semua sudah terlambat.
"Malam ini aku akan menambahkan porsi wortel ke mangkuk mu~ jika tidak habis. Kamu tahu apa yang akan terjadi, kan ?"
Tidak akan ada makan malam.
Semua orang tahu itu.
"........."
Setelah makan malam mereka disandera, semua orang yang tahu untuk tidak menjadikan koki sebagai musuh memutuskan untuk menerima omelan dengan suka rela.
"Sungguh..... Aku sudah bertanya berkali-kali ! Berkali-kali ! Tapi kalian mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja, semua berada di jalur yang benar dan aku tidak perlu khawatir. Lalu, apa yang saat ini aku lihat ?"
Melihat bentuk kasar dari apa yang dia kenal sebagai telepon genggam dan menara pemancar berukuran sedang yang disembunyikan di dalam pagar bambu tinggi seperti benteng, Eire mencubit bagian tengah di antara alisnya sambil menghela nafas.
Memikirkan tentang rencana mereka untuk menarik perhatian orang-orang penting di desa Kumo dengan menunjukkan bakat Rise sebagai pandai besi yang hebat, Eire merasa bahwa semua rencana telah runtuh tak bersisa.
"Eire-"
Rise yang sedari tadi menundukkan kepalanya dengan rasa bersalah karena telah mengacaukan rencana mereka, berusaha mencoba untuk menjelaskan alasan dari tindakan yang diambilnya.
Namun Eire tidak memberikannya kesempatan untuk menjelaskan di depan tiga pasang mata yang tidak tahu apa-apa.
"Taisho, Subaru, dan kamu juga Eichi. Kalian pergilah membersihkan rumah, aku ingin berbicara empat mata dengan nee-san ku."
Saling memandang satu sama lain. Meski ragu-ragu, ketiga remaja itu dengan hormat memberikan privasi bagi guru dan saudari perempuan terhormat mereka.
Dengan suara langkah yang telah semakin jauh, Eire barulah menuntut penjelasan.
***
Sementara Eire dan Rise berbicara dengan suasana yang tegang, Gaara yang penasaran ingin mengetahui lebih banyak mengenai saudara perempuannya, bertanya apakah dia bisa membantu memperluas hutan demi desa tempat tinggalnya.
Meski anak itu tidak pernah mendapatkan cinta dari warga desa, itu tidak serta-merta membuatnya menjadi pembunuh berdarah dingin seperti di anime aslinya.
Gaara masih memiliki paman dan bahkan sekarang bertambah dengan Roro, telah sangat mengubah masa depan suram yang seharusnya dimiliki olehnya.
Dan saat ini, dengan naifnya anak itu berpikir membuat desa menjadi tempat yang indah akan membuat saudara perempuannya merasa senang tinggal, dan akan hidup bersama dengannya serta pamannya untuk selamanya.
"Um..... Bagaimana jika aku mengajarkanmu cara membuat tanah menjadi subur dengan pupuk organik yang berasal dari sisa-sisa tanaman di hutanku ?"
Tanpa Roro sadari, saran yang dia berikan telah hampir berhasil menyelesaikan masalah utama desa Suna.
Gaara tidak terlalu banyak berpikir dan hanya bahagia bahwa ternyata memang ada cara, dan disisi lain, Roro hanya memiliki mentalitas memanjakan anak serta membantu orang yang membutuhkan. Namun Yashamaru yang sedari tadi hanya menjadi background tidak penting justru sebaliknya, terlihat sangat gembira dengan rasa syukur yang tidak bisa dideskripsikan dengan kata-kata.
"Tunggu dulu, tumbuhan juga perlu air. Di tanah tempatku tinggal baik-baik saja, tapi jika sudah keluar dari batas wilayah kemampuan ku......"
Segera, senyuman cerah Gaara berubah menjadi kekhawatiran.
"Apakah tidak bisa ? Air sangat penting di negara yang tidak pernah hujan. Apalagi sumber mata air yang hanya ada sedikit."
Disaat seperti ini Yashamaru hanya bisa iri dengan Amegakure. Seperti namanya, hujan hampir selalu turun di Amegakure dan sekitarnya. Sangat jauh berbeda dengan desa mereka.
Tentu saja, selalu ada kelebihan dan kekurangan dari setiap hal di dunia.
Meski tidak kekurangan air hingga ketitik kemerosotan, Amegakure sering menjadi medan pertempuran selama berbagai perang ninja, sampai membuat sebagian besar penduduknya menjadi pengungsi perang
Seperti yang pribahasa katakan, bahwa rumput tetangga lebih hijau dari rumput di halaman rumah sendiri. Meski Yashamaru tahu kemalangan apa yang terjadi di pihak Ame, itu tidak membuatnya berhenti iri.
"Andai saja ada cara bagi desa Ame untuk mengirimkan air yang kelebihan di pihak mereka, desa Suna pasti akan dengan senang hati membuat aliansi......."
Menyadari apa yang dia pikirkan tidak sengaja terucap, Yashamaru yang telah menjadi fokus perhatian dua pasang mata menjadi canggung seketika.
"....... Hahahaha...... Lihat siapa yang bicara. Desa Ame dikatakan telah melatih shinobi mereka hingga potensi penuh, yang menghasilkan penciptaan banyak teknik orisinal. Bahkan bidang keahlian mereka sangat dihargai oleh banyak negara. Bisa-bisanya aku berpikir bahwa Desa mereka akan menganggap berharga apa yang di sebut aliansi dengan desa Suna."
Ekspresi tertawa Yashamaru terlihat lebih buruk daripada menangis itu sendiri.
Melihat kesempatan, Roro memikirkan perluasan rencana miliknya.
'Ayo buat aliansi masing-masing di setiap negara.'
Lima negara besar terlalu individual, dan dia berniat untuk memperluas kedamaian sementara, dengan menggunakan aliansi yang saling menguntungkan setiap orang.
"Mungkin aliansi bukan sesuatu yang mustahil."
"Ap-apa maksud anda Roro-san ?"
"Seseorang telah membantu salahsatu peliharaan ku yang pergi bermain terlalu jauh, dan aku akhirnya mengenal seseorang yang cukup menarik."
***
Disaat Roro telah membagikan rencana pada Tia dan setiap kloning yang ada, kamera utama kembali ke pasangan saudari di negara petir.
Udara hening, dan mereka berdua hanya saling memandang, tangan Eire masih terlipat di dada dengan wajah garangnya.
tetapi Rise sepertinya tidak melihatnya sama sekali, matanya hanya terpaku pada produk setengah jadi dari telepon genggam dan menara pemancar.
Semakin dia melihatnya, semakin cerah mata wanita itu, dan kumpulan sisa-sisa kegagalan disamping terasa seperti bukti atas semua usahanya dan ketiga murid miliknya.
"Eire. Aku yakin, aku sangat yakin bahwa mungkin membuat senjata akan membuatku terkenal dengan mudah. Tapi-"
Rise menundukkan kepalanya dan bayangan hitam menutupi setengah dari wajahnya.
Terlihat suram.
Eire perlahan-lahan mulai menurunkan kedua tangannya.
"Senjata yang baik hanya akan membawa banyak kematian, dan apa yang ku ciptakan akan membuatku tidak lebih baik dari para pembunuh masal. Tidak peduli alasan apa senjata diciptakan, pada akhirnya hanya ada kematian yang menunggu selama senjata itu digunakan. Tidak semua orang mampu melindungi tanpa membunuh di pertempuran. Mungkin bahkan...... Tidak pernah ada orang yang benar-benar bisa melakukannya......"
Penilaian Tia pada Adel menjadi semakin tinggi.
Ucapan Adel barusan membuatnya mengingat salahsatu tokoh yang cukup terkenal.
Mikhail Kalashnikov.
Kalashnikov tidak pernah menyesal merancang AK-47.
Dia hanya menyesal orang-orang menggunakan senjatanya dengan cara yang tidak pernah dia maksudkan. Namun, dia tetap bangga dengan pekerjaannya serta pekerjaan rekan-rekan dan bawahannya.
Tetapi terlepas dari itu, Kalashnikov masih menyatakan penyesalan atas kekerasan yang dilakukan senjatanya.
Meski seorang penemu, Kalashnikov juga merupakan perwira tinggi dan insinyur militer. Kebanggaannya karena bisa membantu Negaranya sudah jelas, namun Adel hanyalah warga negara biasa sebelumnya, keduanya jelas sangat berbeda.
Keputusan Adel kali ini benar-benar sangat bijak. Akan buruk jika dia sampai terpuruk dalam penyesalan dari apa yang dia buat.
"Aku mengerti. Maaf karena tidak mengetahui pertimbanganmu sebelumnya."
"Eire...... Lalu..... Makan malamnya ?"
"Disaat seperti ini kamu masih memikirkan itu ?!"
"...... Aku lapar."
Rise hanya berusaha meredakan suasana, namun Eire masih kesal meski sudah mengetahuinya.
***
Di kantor Kazekage, terlihat Rasa dan tokoh-tokoh penting dari faksi militer dan politik duduk berjejer melakukan diskusi yang panas.
Fokus utama mereka, tidak lain dan tidak bukan adalah Roro, yang telah membawa perubahan besar pada desa Suna.
Meski desa mereka tidak cukup miskin hingga akan membuat orang-orang didalamnya mati kelaparan, namun bukan berarti sumber daya alam mereka dapat mencukupi semua kebutuhan.
Bahkan, sebenarnya meski sedih mengakuinya, desa hampir sampai ke tingkat yang agak kekurangan.
Terutama mereka yang menjadi mantan shinobi akibat kehilangan anggota tubuh atau berbagai alasan lainnya, serta beberapa warga sipil yang tidak memiliki pekerjaan dimana hanya ada sedikit pilihan.
Sungguh.
Mereka sangat terbantu oleh kehadiran dari Roro yang telah memberikan kesuburan di daerah tandus di desa, dan bahkan setuju untuk membiarkan mereka membuat tempat tinggal baru disekitar hutannya, sampai izin untuk mengambil tumbuh-tumbuhan serta buah yang ada di sana juga diberikan dengan mudah.
Meskipun tujuan awalnya hanya untuk membuatnya menetap, lambat-laun mereka yang paranoid menginginkan sesuatu yang bisa mengikatnya pada desa untuk selamanya.
Namun-
"Aku tidak bisa menerima pernikahan politik. Jika kalian memang tidak bisa menerimaku, maka aku akan kembali ke tempatku sebelumnya hingga aku bisa kembali ke dunia asalku."
Rasa mengingat kembali setiap kata yang diucapkan oleh Roro pada saat itu, dan menjadi semakin yakin untuk tidak memaksanya dalam bentuk apapun.
Tapi kebanyakan orang dengan kepentingan di sekitarnya berpikir dengan cara yang berbeda setelah melihat betapa Roro menganggap penting Gaara sebelumnya.
"Kurihara, kembali dan lapor!"
Kurihara, pria yang sebelumnya telah mengantar Roro menuju kantor kage, kembali ke kantor yang sunyi dengan ekspresi gembira.
Dia sepertinya telah menyaksikan keributan yang disebabkan oleh Roro di luar.
"Keajaiban terjadi. Bibit dari hutan Roro-sama bisa tumbuh di daerah lain bahkan tanpa Roro-sama tinggal di sana!"
"Kurihara, ceritakan detailnya."
Setelah mendengar nama Roro, Rasa memalingkan muka dan hanya fokus pada pendatang yang tiba-tiba muncul. Chiyo dan anggota penting lainnya dari faksi militer dan politik juga memandang Kurihara dengan tatapan tertarik.
"Roro-sama yang terhormat membawa jinchūriki ichibi dan Yashamaru-san pergi menanam berbagai jenis tanaman di beberapa tempat berbeda, dan mengajar bagaimana cara mempertahankan mereka tetap hidup serta memperbanyak jumlah mereka."
Semua orang di kantor Kage langsung berdiri dan pergi secepat yang mereka bisa.
╔═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╗
✧*。 see you later 。*✧
╚═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╝
Author note : saking fokusnya aku bikin cerita, sampai-sampai aku tidak sadar kalau ini sudah bisa jadi dua chapter. Tapi ya sudahlah, aku terlalu malas jadi update kali ini jauh lebih panjang dari biasanya.
Btw, ada yang kebingungan membedakan yang mana Adel dan Tia di identitas Eire dan Rise tidak ?
Entah kenapa aku sering ketukar untuk yang satu itu.
Sudah berapa kali aku revisi hanya gara-gara nama.
Ok. Untuk berterima kasih pada pembaca yang sudah mau membaca curhatan ku, aku akan berikan spoiler~
Untuk chapter berikutnya, aku akan membuat identitas baru lagi, dan Tia akan lebih disorot daripada karakter lain.
Ok sekian dan terimakasih ~
(ㅅᵔ ᵕ ᵔ ˶) ~♡
Comments
Post a Comment