33. Diselamatkan
Tubuh sistem berbentuk manusia yang hanya manifestasi dari simbol menyerupai pengkodean, menatap setitik cahaya hitam, yang dia ingat telah tersimpan dalam memorinya bahwa hal itu pernah memberikan banyak masalah padanya.
[Hm..... ? Aku pikir aku sudah menghapus bug ini. Jadi, apakah dia berhasil meloloskan diri ?]
Di sisi lain, titik hitam yang dimaksudkan sedang berubah dalam bentuk kucing standarnya, menyelinap kedalam tempat persembunyian dari salahsatu tokoh penting di desa Konoha yang telah di awasi olehnya dalam beberapa waktu sebelumnya.
Berhasil mendapatkan kesempatan untuk mendekati target, dia menutup matanya dan sosok wanita muncul secara tiba-tiba, setelah riak ilusi menutupi kehadirannya, dia mengulurkan tangannya dan mencekik leher pria tua itu.
Berdiri di belakang pria yang berjuang, Tia dalam setelan hitam dengan telinga panjang dan kulit hitam disertai aura gelap yang mengelilinginya seperti asap tebal, kembali membuka matanya, dan pupil ungu bersinar dari balik poni yang menutupi setengah wajahnya.
Membuka mulut, wanita itu menunjukkan deretan gigi-giginya yang tajam, dan disaat berikutnya mengigit leher keriput pria tua itu beberapa kali.
Tentu saja, pria yang tertekan tidak akan hanya berdiri diam. Dia mengeluarkan berbagai teknik taijutsu dan beberapa senjata tersembunyi nya untuk melawan, namun wanita itu selalu berhasil menghindari semua serangan dengan sangat mulus.
Hingga setelah beberapa saat, entah karena keberuntungan si pria atau keteledoran sang wanita, Danzo berhasil melepaskan diri, walaupun–
"Bodoh sekali......"
Pria itu mendapati bahwa dia kehilangan kendali atas tubuhnya.
Terkejut, ekspresi wajah Danzo yang sebelumnya lega pun membeku. "Apa? Apa yang terjadi?"
Bekas gigitan di lehernya mengeluarkan kuncup bunga berwarna ungu yang secara perlahan-lahan mekar, dan merembet ke beberapa bagian dari tubuh lainnya.
Bunga indah yang terus tumbuh, secara bertahap menyatu dengan tubuh inang, dan mereka berubah menjadi tato yang memancarkan aura kematian.
Dan nama dari bunga itu adalah, aconite, atau juga bisa dikenal sebagai women’s bane (kutukan wanita) yang merupakan bunga paling beracun sama seperti namanya.
Lalu, mata Danzo yang awalnya penuh dengan rasa takut dan teror, berangsur-angsur kehilangan cahaya dan fokusnya.
"Salah kan dirimu sendiri karena tidak mati di tangan Adelia."
Mengulurkan tangannya, Tia menyentuh bagian tengah alis Danzo dan tato itu pun menyatu dengan kulit, hingga tidak ada sedikitpun jejak yang tersisa diatasnya.
"Sekarang, aku memerintahkan mu untuk bertindak normal seperti biasa, dan ingat, jangan membuat siapapun curiga. Berhenti memberikan perintah yang menargetkan jinchūriki dan Hasina, namun jangan menghentikan pemantauan terhadap mereka."
"Baik tuan."
Setelah melihat Danzo yang berubah menjadi bonekanya yang setia, Tia pergi dengan wujud kucingnya.
Namun.
Saat dia kira semua telah diselesaikan, rantai emas mengikatnya, dan api biru membakar bagian tubuh yang bersentuhan dengan rantai, menciptakan bau gosong yang terbakar dari kulit dan bulunya yang hangus.
[Kamu benar-benar merepotkan, Aneska Pratista.]
Kemunculan dari suara yang mampu membuat Tia meringkuk ketakutan dan gila karena kebencian, adalah suara dari sistem yang paling menarik permusuhan gadis itu.
Berubah menjadi slime, dia berhasil melepaskan diri dari ikatan, namun bola api besar terbang mendekat dan meledak dengan dahsyat.
Meski berhasil menghindar dengan hanya beberapa luka yang tidak fatal, Tia tidak merasa dia beruntung. Karena ledakan tadi memberikan dampak yang sangat besar, dan pasti telah menarik perhatian dari orang-orang di sekitar, serta orang tertentu yang dia tahu kehadirannya pada saat ini hanya akan membuat semua menjadi semakin buruk.
'Adel ! Jangan datang !'
Berlari dengan bagian tubuh yang baru saja beregenerasi, Tia menahan rasa sakit sambil terus berusaha meyakinkan rekannya untuk tidak memberikannya bantuan.
Tanpa memberi kesempatan bagi Adel untuk membalas, Tia kembali mengeluarkan suara menggunakan transmisi suara. 'Aku mohon, tetaplah diam disana dan bersembunyi lah. Selama aku terluka, kamu dapat mengobati ku saat aku kembali, tapi jika kamu terluka parah atau yang terburuk mati, tidak mungkin aku bisa selamat dari ini.'
Adelia yang sedang menatap keluar jendela, mengendurkan jari-jarinya yang terkatup, berbalik untuk menelusuri gambar adegan live dari pertarungan menggunakan map di layar, dia mengigit bibir bawahnya dan memotong ucapan rekan yang masih mengoceh untuk menghentikannya pergi.
'Baiklah...... Tapi aku akan membantumu dari sini !'
'Apa ?'
Dan begitulah, dengan kepercayaan satu sama lain yang telah tumbuh dari kebersamaan yang mereka lalui, keajaiban pun terjadi.
'Terus berlari. 12 meter lagi akan ada tebing. Lompat dan berubah lah menjadi makhluk air yang memiliki kemampuan berenang paling cepat dan pergi ke arah timur.'
Melihat puluhan pedang muncul dari ketiadaan dan berjajar dengan rapih, terbang lurus menuju posisi disekitar Tia berlari, Adelia berteriak "berhenti" dan Tia pun berhenti seperti apa yang diperintahkan.
"Lari ke kanan secep–"
Duak !
Karena reaksi Tia yang terlambat, dalam sekejap dengan keras dia terhempas oleh pukulan lengan batu, dan menabrak beberapa pohon hingga patah.
'Tia ?!'
Adelia bersandar ke dinding, dan menyeka keringat dari dahinya yang akan mengalir ke mata menggunakan lengan bajunya.
Mengigit bibir bawahnya hingga meninggalkan bekas dan berdarah, barulah dia menghela nafas lega setelah akhirnya mendapatkan jawaban.
'Maaf.....'
'Jangan dipikirkan, fokus saja kembali pada pelariannya !'
Mengelap air mata darah yang mengalir akibat terlalu lama menggunakan the pole star eyes yang mampu meramal 5 menit ke masa depan, Adelia berusaha untuk kembali mengumpulkan fokusnya yang kacau karena efek samping kekurangan darah.
'Sial ! Tia, sistem akan menyemburkan api yang bisa menembus jarak 600 meter ! Aku..... Aku tidak tahu apa yang harus dilakukan tanpa menggunakaan item milikku !'
'Apa yang ku lakukan ?!'
'Berubah menjadi burung dan terbang, tapi kamu langsung terkena jaring sihir di langit.'
Akhirnya Tia memutuskan untuk berubah menjadi harpy dan terbang rendah namun hanya dalam beberapa detik kemudian, semburan api yang besar pun datang kepadanya.
Dengan berbagai pertimbangan yang hanya memiliki waktu singkat untuk dipikirkan, Tia menggunakan wind song serta tambahan kepakan sayapnya untuk membalikkan arah api.
Meski berhasil menghentikan api dari menghanguskannya, namun api yang membakar hutan serta suhu yang tinggi telah berhasil menurunkan kadar oksigen di tempat itu yang membuatnya sesak dan menjadi lambat secara bertahap.
'Tia ! Minum potion !'
'Bodoh..... Sampah itu akan tahu.'
'Tapi !'
Sebelum sepenuhnya tersapu oleh api, Tia mengingat kembali mengenai segel hiraishin nya yang belum sempurna.
Tapi tujuan yang dia tetapkan hanya ada di tempat yang telah menjadi pangkalannya dan Adelia.
Namun, kepala merah tertentu telah mengembalikan harapannya.
'Benar ! Hattori.....'
Uzumaki Hattori, remaja itu telah berhasil membuktikan diri dan sedang dalam perjalanan mencari sisa-sisa dari clan Uzumaki.
Sebagai murid terbaiknya setelah Karin, pria itu memiliki banyak segel yang telah dibuat olehnya, bahkan yang masih belum sempurna sekalipun, dan itu semua demi menumbuhkan rasa ingin tahu serta penelitian untuk mengembangkan lebih banyak segel.
Namun, saat ini hal itu telah menjadi harapan terakhirnya.
Melihat api yang telah menutupi jalan pelarian terakhir dan terbang ke langit tidak bisa dijadikan pilihan lain, Tia membuat segel tangan.
Lalu dengan suara Ppooff, manusia burung yang penuh luka muncul di depan mata pria yang sedang memasak.
"Apa yang–"
Panik, Tia langsung bergegas pergi kedalam hutan untuk mencari tempat persembunyian. Namun–
Cough cough cough
Pandangan menghitam dan dia jatuh terkapar.
Tubuhnya lemah, dan dia tahu dia akan mati cepat atau lambat karena racun yang digunakan sistem sebelumnya.
Dengan sisa-sisa tenaga terakhir, Tia mengambil potion dari penyimpanan dan meminumnya sebelum merubah dirinya kembali menjadi kucing yang paling sulit dideteksi demi keamanan, dan dia pun pingsan.
Akhirnya waktu pun terus berjalan, dan tubuh kucing yang penuh luka hampir terlihat seperti kain lap usang yang telah dibuang begitu saja dari kejauhan.
Tidak mencolok, tidak penting, dan tidak menarik perhatian siapapun.
Setidaknya, begitulah seharusnya ....
Namun sosok berjubah yang lewat disana berpikir dengan cara yang berbeda.
Dia mengawasi makhluk kecil yang sengsara untuk sementara waktu sebelum akhirnya mengambil tubuh hitam kecil itu, dan menggosok lembut kepala berbulu yang kasar dengan tangan yang tidak seperti tangan.
"Hanya makhluk yang tidak berguna."
Jelas mengatakan sesuatu yang sangat kasar, namun suaranya yang dalam terdengar sedikit tidak nyaman.
***
Di tengah malam dimana angin kencang dan kilat serta guntur menyambar di kegelapan.
Kucing hitam berbalut perban yang sedang tergeletak di atas meja mengerutkan kening, dan darah yang keluar dari luka telah merembes hingga membasahi bulu serta tempatnya sedang berbaring.
Tubuh kecilnya meringkuk, dan gemetar seakan suara hujan dan guntur telah membawanya kedalam mimpi buruk.
Di tempat yang berbeda.
Di alam bawah sadar kucing malang yang sedang tertidur.
Bau amis darah, dan suara mengunyah yang bergema di lorong gelap dari sosok wanita dengan tubuh hitam yang penuh bekas luka, sedang berjongkok untuk melahap gadis cantik dengan telinga panjang yang terkulai.
Pupil ungu yang memancarkan cahaya, menatap jauh ke ujung lorong yang gelapnya sehitam jurang terdalam, seakan siap untuk menelan utuh seluruh pengamat tanpa tersisa.
"Apakah kamu pikir kamu bisa terselamatkan dari semua dosa yang telah kamu lakukan dengan mengikuti wanita itu ?"
Sosok wanita yang akrab muncul di depan matanya. Sosok akrab yang sangat Tia kenal.
Yaitu, dirinya sendiri sebelum dia dibawa pergi oleh sistem.
"Tidak ada yang bisa menyelamatkan mu. Kamu sudah sangat kotor dengan semua darah yang ada di tubuhmu. Apa kamu kira setelah melihat dirimu yang sesungguhnya masih ada yang mau menerimamu ?"
Dengan kalimat itu dijatuhkan, puluhan tangan hitam menariknya tengelam ke dalam kolam hitam pekat yang menggenang di bawah kakinya.
Perlahan-lahan cairan berubah bentuk menyerupai wajah menakutkan yang sedang berteriak, meneriakkan semua dosa yang telah dia lakukan.
Sepanjang waktu, Tia terus berusaha melepaskan diri dari cengkraman tangan yang menariknya tengelam.
Meski mengerahkan semua kekuatan yang dia bisa, namun–
"Apa salahku ?!"
Sebanyak apapun dia merobek tangan yang menggenggam bagian tubuhnya, tangan lain akan muncul mengantikan yang telah hilang.
"Aku hanya ingin bersama keluargaku ! Apa yang salah dengan itu ?!"
Perlahan-lahan, cairan hitam mulai menginfeksi dirinya.
"Kenapa aku harus mengalami semua ini !? Sistem itulah yang merubahku ! Akulah korbannya !"
Air mata yang sehitam tinta menetes darinya, dan perjuangannya semakin melemah.
"Aku hanya ingin membalaskan semua keputusasaan yang ku rasakan. Tapi kenapa ? Kenapa seluruh dunia memperlakukanku dengan sangat tidak adil ?!"
Seperti telah menerima nasibnya, Tia hanya diam dengan kepala tertunduk menunggu untuk tengelam.
"Mungkin ini akhirnya. Semua selalu tidak sesuai dengan rencana. Maaf.... Adel, Naruto, dan kamu juga Kakashi. Semua Keluargaku saat ini...... "
Tapi, setelah pikiran untuk benar-benar menyerah sepenuhnya melintas, suara seseorang yang seakan berusaha untuk mengubah keputusan yang telah dibuatnya muncul begitu tepat waktu.
"Berhenti berjuang meski sudah sejauh ini ? Sangat mengecewakan."
'Siapa ?'
Suara yang terdengar asing dengan intonasi monoton, membuat Tia kebingungan, hingga mimpi buruk sebelumnya bahkan sampai terlupakan olehnya.
"Untuk apa kamu bahkan berjuang kalau begitu ?"
'Kenapa ?'
Tengelam dalam ingatan yang panjang, Tia tidak kunjung menemukan alasan dan motivasi lain selain balas dendam, yang sebenarnya dia sendiri tidak tahu kenapa dia rela mengorbankan segalanya untuk satu hal itu.
Keputusasaan ?
Mungkin, dan memang itulah motivasi utamanya, tapi .... Kenapa dia bahkan tidak pernah terpikirkan untuk memulai hidup yang baru ?
Dia berhasil membebaskan diri dengan susah payah, lalu kenapa dia sekarang justru dengan mati-matian kembali berjalan di lubang berlumpur yang sama ini sekali lagi ?
Kelopak mata yang sebelumnya tertutup, perlahan-lahan terbuka, dan iris mata vertikal mendapati sosok pudar berambut merah sedang duduk disampingnya.
"Heh."
Pria itu tersenyum seperti meremehkan, namun mata vertikal yang bersinar redup dapat melihat emosi bahagia dan kelegaan darinya.
"Setidaknya kamu tahu bagaimana menghargai hidupmu."
Setelah mengatakan kalimat itu, Sasori yang masih bingung dengan perubahan emosinya yang aneh berjalan pergi untuk mengembalikan akal sehatnya.
Saat melihat anak kucing yang diambang hidup dan mati, dia yang biasanya tidak peduli entah bagaimana menaruh rasa simpati yang dia kira sudah mati.
Mengotak-atik boneka, dia kira dia sudah mendapatkan kembali rasa normalnya, namun anak kucing itu mengangkat kepalanya dengan tenang dan mengintip wajahnya.
memergokinya, dia merasa tertantang, dan balas menatapnya juga.
"Ada apa ?"
Dari chakra aneh yang dia punya, Sasori tahu bahwa kucing itu bukanlah kucing sembarangan.
Dia tidak bodoh, alasan berbicara padanya murni karena dia tahu bahwa kucing itu cerdas dan mengerti dengan apa yang dia katakan padanya.
Tapi melihat keheningannya, sepertinya anak kucing itu ingin terus berpura-pura, dan dia hanya membiarkannya saja tanpa berusaha membongkar penyamaran miliknya.
Biarkan dia terus berakting semaunya.
╔═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╗
✧*。 see you later 。*✧
╚═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╝
Author note : Serius. Perkembangan karakter Tia adalah yang paling sulit dibuat. Masalalu dan emosi dia terlalu kompleks. Salah sedikit bisa-bisa aku justru berakhir membuat Tia menjadi karakter yang membosankan, klise, atau bahkan dibenci.
Comments
Post a Comment