15. Pertemuan Pertama Dengan Itadori Yuji
Flip .... Flip ....
Suara halaman demi halaman yang dibalik dengan santai, bergema di kamar yang hampir tidak ada bedanya dengan gua bawah tanah.
Sigh ~
Dan untuk yang ketiga kalinya, aku telah menghela nafas sepanjang hari ini.
Begitu banyak waktu telah berlalu.
Sangat sepi, terasa membosankan ....
Aku yang sudah lama tidak dikunjungi oleh kemoceng humanoid, mulai bertanya-tanya apakah akhirnya telah tiba waktu bagiku untuk mengingat kembali perasaan kesepian yang telah hilang itu ....
Gojo Satoru.
Sudah beberapa kali aku menanyakan kabarnya, meski dia selalu menjawab dengan positif bahwa semua berjalan lancar karena "aku adalah yang terkuat" tapi sangat jelas, aku merasa energinya semakin menurun dari waktu ke waktu.
Aku tahu dia sibuk, sangat sibuk bahkan ....
Tapi aku benar-benar ....
"Kesepian. Aku ingin pergi dan berjalan-jalan."
Hanya saja, bagaimana caranya aku bepergian tanpa membuat masalah ?
Meski telah mengingat di scene tertentu dalam kenanganku sebagai manusia, bahwa kutukan kelas khusus bisa seenaknya berjalan-jalan di kota tanpa bermasalah, tapi yang terjadi sebenarnya tidak semudah itu.
Aku telah mencobanya, dan aku tidak bisa menikmati sedikitpun perjalanan itu karena hanya bisa terus bersembunyi, hal menyedihkan ini bisa terjadi akibat aku tahu bahwa aku tidak boleh membunuh para penyihir, jika ingin terus mempertahankan pertemanan dengan penyihir terkuat di bumi.
"Andai saja aku bisa terlihat seperti manusia biasa......... Hm... ?..... Ini....."
Tidak diketahui secara pasti, apakah itu telah ditakdirkan atau hanya sekedar kebetulan, namun aku tanpa sengaja menghentikan tanganku di halaman yang tepat menunjukkan sesuatu yang sangat ku perlukan sekarang.
"Ilusi yang menipu dunia ?"
Ilusi yang bahkan dunia pun bisa ditipu ?
Lalu kenapa aku tidak memilikinya di tubuhku ?
Bukankah dengan ini aku bisa menjadi manusia meski palsu ?
Ada begitu banyak jenis tatoo di atas kulitku, tapi tidak ada satupun yang terlihat mirip seperti yang ada di dalam buku.
Lalu, seakan seperti dunia ingin memberikan jawaban, perasaan akrab yang telah sering terjadi kembali lagi.
“Ratu laba-laba.”
Benar, seperti yang bisa ditebak, kenangan adalah caraku mendapatkan jawaban atas semua pertanyaan ku selama ini.
Aku melihat sesosok manusia berjenis kelamin pria sedang menghadap matahari dan membelakangi Akari yang memerah dari leher hingga ke wajah, setelah pria itu mengatakan "Aku menyukaimu." Dengan nada tegas.
Setelah ucapan yang mengejutkan itu, dalam keheningan, angin sore bertiup melalui rambut ungu Akari yang panjang dan seluruh temperamennya melembut dalam sekejap.
Ini mungkin kedua kalinya aku melihat ratu laba-laba, yang selalu murung dan marah, menunjukkan ekspresi yang bisa disebut "bahagia".
Bagian dalam dadaku terasa sakit yang membuatku merasa rindu bercampur pilu pada sesuatu yang bahkan tidak bisa ku ingat, sampai pria itu mengulangi lagi.
“Aku sangat menyukaimu.”
Kepalanya sedikit menoleh kebelakang, dan aku bisa melihat fitur wajah lembut pria muda itu. Meski setengah wajahnya tertutupi oleh poni, aku bisa menebak ketampanan yang tersembunyi dibaliknya.
"Pada level anda, keabadian hidup sebenarnya dapat membuatmu mengabaikan segalanya, dan setiap gejolak emosi akan menjadi sangat berharga. Namun–" Suasana stagnan menyebar di udara, dan pria itu .... Riku terdiam selama beberapa saat : "Anda kutukan dan saya adalah manusia. Jika saya memilih untuk bersama anda, maka saya hanya tinggal menikmati kebahagiaan seumur hidup ini bersama anda, tapi apa yang akan anda lakukan setelah masa hidup saya yang singkat ini akhirnya habis ?"
Mendengar ucapan pria itu, aku yang sebelumnya sedikit curiga bahwa manusia lemah itu hanya memanfaatkan Akari, langsung merasa bersalah.
Apakah manusia benar-benar bisa mencintai kutukan ?
Meski aku telah menjadi kutukan dan mencintai Inumaki yang merupakan manusia, sebenarnya aku sendiri masih meragukan perasaan yang bisa muncul dari dua jenis makhluk yang jelas berbeda dan saling bermusuhan.
"Karena di penghujung kisah kita, anda pasti akan menjadi satu-satunya yang terluka, saya tidak bisa berpura-pura tidak tahu apa-apa saat anda akan memberikan semua perasaan berharga itu padaku begitu saja. Yang mulia, anda harus berpikir baik-baik."
".......... Riku......."
Ragu-ragu, aku bisa merasakan keragu-raguan Akari, tetapi apa boleh buat, beberapa cinta memang ditakdirkan untuk membawa akhir yang menyakitkan.
Saat aku pikir kenangan akan berakhir tanpa memberikan informasi penting apapun, suara Akari secara tiba-tiba muncul di otakku seperti telepathy : "Aku tidak ingin mengutuk pria yang ku cintai, namun aku juga tidak ingin ditinggal sendiri. Maka, biarkan aku mencari cara untuk mengutuk diriku sendiri sebagai gantinya."
Lalu, Infomasi mengenai segel secara tiba-tiba memenuhi isi kepalaku bersama dengan rasa yang sangat sakit hingga seakan melelehkan otak, dan haya dalam sekejap aku sekarang mengerti mengapa Akari tidak memiliki segel ditubuhnya.
Ilusi yang menipu dunia jelas bukan segel sembarangan, jika sesuatu yang telah diubah menggunakan ilusi tidak dapat diterima secara logika oleh banyak orang, benda atau sesuatu itu akan lenyap, dan penggunaannya juga akan terkena serangan balik setelahnya.
Dan sebelum Akari membuat keputusan, pasangannya justru telah mati lebih dahulu yang membuatnya tidak peduli lagi dengan hal itu.
Kembali ke ruang yang akrab, aku mengambil posisi duduk di depan meja kerjaku dan membuka kembali halaman sebelumnya di buku itu.
"Ayo buat saja dulu dan gunakan saat terdesak."
Hari itu, akhirnya aku memiliki tatoo baru yang ku buat sendiri untuk pertama kalinya.
⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘
Keesokan paginya, begitu aku keluar dari sarang, aku dapat merasakan hembusan angin sejuk yang membuat dua helai rambut di pipi ku menjuntai. Sehabis hujan tadi malam, kini udara musim panas ini jauh lebih sejuk dari sebelumnya, dan langit yang bagaikan kristal biru bersih, mengingatkan ku akan seseorang tertentu.
Dan untuk 'seseorang' itu yang entah sengaja atau tidak sengaja telah meninggalkan berita mengenai kesibukan para penyihir di bulan ini karena uji nyali di liburan musim panas, aku merasakan rasa terimakasih yang tulus karena telah memberikanku keberanian untuk keluar dan bermain.
Meski mencurigakan, tapi aku cukup yakin Gojo tidak akan mempertaruhkan keselamatan orang-orang hanya untuk mengerjai ku.
"Ah~ segel indra perasa memang yang terbaik~."
Aku merasa jauh lebih hidup sekarang.
Setidaknya kini aku mungkin bisa merasakan rasa makanan yang sebelumnya sehambar air bening.
Tapi ....
Takdir selalu membuat lelucon padaku menggantikan Gojo Satoru.
Di suatu gang tertentu, aku yang lewat di sana hanya karena itu adalah daerah yang paling sepi dan jauh dari daerah yang sering dijadikan tempat uji nyali, justru terganggu oleh aroma ketakutan dan kesakitan yang menggugah selera.
Dua aroma yang rasanya seperti bau manis dari kue dan gurih daging panggang yang sangat berempah, membuatku merasa semakin tidak tahan.
Bagaikan orang yang berdiet dipamerkan makanan berkalori tinggi, aku sangat marah dan ingin mengutuk siapa saja yang ada di sana.
Betapa jahatnya ....
Betapa penuh kedengkiannya ....
Manusia adalah makhluk yang penuh dosa !
Namun, meski insting berburu sedang bergejolak dan logika meminta untuk mengabaikannya .... Aku mengingat wajah Inumaki sekilas, dan memutuskan untuk membantu.
“Lahir dari kegelapan, lebih gelap dari hitam, semua kutukan dan kekotoran akan dilenyapkan.”
Melihat tirai besar keruh jatuh dari langit dan menutupi gang kumuh ini, aku sangat ingin menertawakan diriku sendiri pada bagian "kutukan dilenyapkan" yang seperti sedang mengutuk diri sendiri.
Ah .... Sepertinya aku benar-benar idiot ....
Bertaruh pada pengekangan ku demi sesuatu yang Inumaki bahkan tidak akan ketahui.
Apa gunanya ini ?
Tapi keputusan sudah dibuat dan aku tidak memiliki kebiasaan untuk menyesali pilihan ku. Singkat cerita, tanpa basa-basi aku berjalan masuk semakin dalam ke kegelapan dengan percaya diri.
Baiklah, mari kita anggap ini sebagai latihan praktik lapangan setelah hanya belajar teori dari kenangan yang agak kurang bisa diandalkan.
Setelah hanya beberapa detik merasa tidak nyaman dengan pengelihatan mata manusia saat ini, aku pun segera membuka enam mataku lainnya demi keamanan dan memasang banyak jaring di sekitar untuk persiapan.
Bagaimanapun juga, sekuat apapun aku, aku selalu memiliki prinsip bahwa meremehkan musuh adalah tindakan yang hanya dilakukan oleh para idiot.
Bahkan aku hampir memasang di setiap sudut jaring yang lebih tipis dari sayap jangkrik, namun lebih kuat dari baja paling kuat tidak peduli apakah musuh ini kuat atau lemah.
Dengan enam mata jingga majemuk, aku memperhatikan sekitar hingga akhirnya menemukan darah segar di tanah.
Hanya dalam satu detik, bayangan kecil dengan cepat meluncur ke arahku, menembus beberapa jaring namun berhenti setelah beberapa saat.
Raungan histeris monster dengan banyak mata itu menimbulkan gema entah bagaimana, dan disusul oleh teriakan melengking dengan berbagai nada yang berbeda.
Satu ?
Tidak, itu dua anak ....
Melihat darah yang mengucur dari sudut gendang telinga mereka, aku menyadari kekuatan kutukan bodoh ini dan melilitkan sehelai jaring kearah mulutnya yang memiliki gigi tajam, namun sebelum aku akan membelah bola itu menjadi dua bagian, gigi itu menggigitnya dan menghentikan gerakan ku selanjutnya.
"Meski kamu cukup mampu, tapi sayangnya terlalu jelek untuk mendapatkan pujian dariku."
Muak dengan teriakan tanpa henti yang menggangu, aku melepaskan ratusan jaring dan memotongnya rapih menjadi kepingan rubik yang presisi.
Namun, monster yang sudah tidak berbentuk dengan enggan mengeluarkan raungan keras terakhirnya. Kebencian, kemarahan, dan keengganan berubah menjadi kutukan paling kejam, dan semua kekuatan sihir yang terkandung dalam gelombang suara itu berusaha menyerang dua anak yang terjebak di pojok gang.
Dengan sigap aku menarik mereka ke arahku dengan jaring normal yang tidak akan menyakiti kulit tipis kedua anak manusia itu, dan memeluk mereka untuk berjaga-jaga pada kemungkinan yang akan terjadi lagi berikutnya.
Tetapi meski telah menunggu cukup lama, pada akhirnya tidak terjadi apapun dan aku hanya bisa mendesah kecewa bahwa kutukan tadi hanya selevel ini dan tidak layak untuk dijadikan sebagai objek latihan.
"Kalian berdua. Apakah kalian bisa melihat ku ?"
"Kyaaaaa!" "Gyaaaaa!"
Sayangnya aku lupa menutup enam mataku yang lain dan berakhir menakuti mereka, bahkan sampai membuat dua anak itu mengeluarkan teriakan yang kerasnya setara dengan raungan monster sebelumnya.
"Tsk !"
[Dua anak ketakutan setelah melihatmu membunuh kutukan dengan kejam dan mata mu yang ada delapan, apa yang harus dilakukan ?]
A. Ambil paksa mereka dan kirim kekantor polisi.
B. Buat mereka pingsan dan lempar ke pinggir jalan untuk beradu nasib.
C. Abaikan dan tinggalkan mereka sendiri.
D. Hubungi seseorang dan mintalah bantuan untuk mengurus dua anak yang ketakutan.
Mengabaikan tiga pilihan lainnya, aku langsung memilih D dan mengambil telepon yang tersimpan di antara dua gunungku untuk menghubungi Gojo, yang berarti mengakhiri waktu bermainku karena telah memberi tahu dia dimana letak posisiku sekarang demi mendapatkan bantuannya.
Ah~
Sangat jelas betapa merepotkannya emosi manusia ini. Kenapa Akari sangat ingin menjadi manusia ?
"Eh ?" Mata jingga milikku yang seperti langit senja di sore hari, mencerminkan sosok yang sangat berperan penting dalam cerita di dunia anime ini.
"....... Ungu...... Rambut ungu, dan mata jingga. A–Akari-san ?"
Protagonis Jujutsu Kaisen, Itadori Yuji. Wadah dari raja kutukan Ryomen Sukuna, dan putra rahasia Kenjaku.
Melihat garis di bawah mata anak itu terbuka dan iris mata merah kecil menatapku, aku bisa langsung tahu apa yang ingin dikatakan oleh teman lama ini.
"....... Ya...... Ayo bicarakan masalah kita nanti setelah menyelesaikan masalah yang ada sekarang lebih dahulu." Menunjuk dua anak yang telah berlari kearah pemuda itu, aku menambahkan : "aku percaya obrolan selanjutnya lebih baik hanya kita berdua saja tanpa mereka, kan ?"
Mata yang tadinya menatapku tajam, menutup kembali dengan perlahan.
"Eh..... ? Ah.... Ok... ?"
Yuji yang tidak tahu apa yang sedang ku bicarakan dengan bingung menjawab, dan mengalihkan perhatiannya pada dua anak yang sedang memeluk pinggangnya sambil gemetar ketakutan.
⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘
Jangan lupa berikan komentarmu, dan sampai jumpa di chapter berikutnya.
⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘
█║▌│█│║▌║││█║▌║▌║
Comments
Post a Comment