02. Apakah Mungkin, Mempertahankan Sisi Kemanusiaan ?




Aku sangat ingin memuji diriku sendiri dengan bagaimana aku bisa menahan diri untuk tidak menangisi kemalangan ku lagi. Meski aku selalu hidup di dunia dan lingkungan yang mungkin bisa disebut normal, setidaknya dibandingkan dengan sekarang, hidupku sebelumnya jelas-jelas sangat normal. Aku tahu bahwa menangis tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah apapun, dan terkadang menangis justru menambah masalah yang sudah ada.

Mungkin banyak dari kalian yang berpendapat bahwa aku sangat mudah beradaptasi dengan perubahan besar yang tiba-tiba terjadi pada hidupku, hanya butuh  beberapa hari dan aku sudah bisa menerima perubahan ini, tapi .... Sebenarnya semua tidak semudah yang kalian pikirkan. Meski aku sudah sering membaca berbagai jenis novel yang bertema fantasi dan isekai, berubah menjadi manusia setengah serangga yang kau benci bukan sesuatu yang bisa dengan cepat untuk diterima, seharusnya memang begitu ....

Seharusnya ....

Tapi sepertinya perubahan tidak hanya terjadi pada tubuhku saja, karena aku merasa sedikit demi sedikit hatiku terasa semakin acuh tak acuh seakan itu adalah hal yang normal bagiku untuk mengabaikan hal lain selain kepentingan ku sekarang. Kepedulian ku pada kehidupan ku sebelumnya bahkan telah lenyap secara bertahap.

Apa karena aku telah menjadi kutukan ?

Kutukan terlahir dari kebencian atau emosi negatif. Jadi, apakah selain fisik ku, aku harus kehilangan sisi kemanusiaan ku juga ?

Aku tidak pernah mendapatkan ilmu apapun yang mengajarkan ku cara untuk mempertahankan sisi kemanusiaan disaat kamu sudah bukan lagi manusia.

"Ini menyebalkan sekali......"

"Yang mulia?"

Aku mungkin akan menjerit bahagia, atau bahkan menari-nari untuk merayakan kedatangan ku ke dunia anime jika saja aku masih mempertahankan ras ku sebagai manusia setidaknya, tapi .... Sekarang .... Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus ku lakukan sebagai kutukan.

"Aku ingin pergi sendiri."

"Tapi–"

"Ini perintah !"

"....... Sesuai keinginan anda, Yang Mulia."

Lihat .... ?

Aku bahkan semakin menjadi berani, padahal baru saja beberapa hari yang lalu aku ketakutan seakan-akan hidupku telah dipertaruhkan.

Keluar dari lubang yang berukuran sangat kecil, aku mengamati bunga higanbana yang tumbuh disekitaran lubang sarang ku. Aku tidak begitu memperhatikan ini sebelumnya karena terlalu panik, tapi setelah aku melihatnya baik-baik .... Warna merah ini sepertinya membuat hatiku terasa sedikit lebih nyaman ....

Rasanya .... Seperti berada di rumah ....

Berjalan dengan delapan kaki, aku melakukannya dengan sangat normal seperti aku telah dilahirkan dengan bagian tubuh ini sejak awal.

Aku ingin tahu, kenapa aku tidak melihat adanya kutukan lain di tempat ini selain aku dan anak-anakku .... ?

Berjalan menuju tempat mengikuti instingku, aku menemukannya .... Jalan beraspal ....

Saat aku berjalan di jalan beraspal sambil memikirkan apakah akan pergi ke pemukiman manusia, untuk mengetahui timeline dari anime jujutsu kaisen yang telah menjadi dunia tempatku tinggal sekarang, mobil dengan kecepatan cukup tinggi menabrak ku dari arah belakang, dan terpental ke jurang.

Le– Lemah !!!!

Apakah mobil yang ku tahu memang selemah ini !?

Tunggu .... Aku kutukan ....

Merasakan perasaan bersalah yang hanya berlangsung selama sekitar 5 detik, aku yang mengingat kembali sisi kemanusiaan ku yang sempat terlupakan, memilih untuk turun dan membantu sebisaku sebagai seorang kutukan.

Selain aku masih tidak mau menerima fakta dari perubahan ras ku, apapun rupa dan bentukku itu tidak akan merubah isi didalamnya. Karena aku adalah aku, itu tidak akan pernah berubah menjadi sesuatu yang lain hanya karena hal konyol semacam ini.

"Wow......"

Melihat tiga tubuh yang berlumuran darah, aku tahu bahwa sepertinya tidak ada harapan. Pilihan terbaik untukku sekarang adalah meninggalkan mereka tanpa menggangu apapun agar ini akan tetap dinilai sebagai kecelakaan lalulintas. Karena jika aku memilih untuk tetap disini dan mencoba membantu, aku yang masih belum bisa mengendalikan instingku mungkin saja berakhir melakukan sesuatu yang akan ku sesali.

Semua darah itu membuat tubuhku menjadi bersemangat, dan insting keibuan ku mengatakan mereka adalah makanan kesukaan anak-anak ku, dan aku harus membawa mereka kembali ke sarang.

.... ....

Gyah .... Masa bodoh tentang rasa bersalah .... Karena mempertahankan sisi kemanusiaan adalah prioritas utama untukku sekarang !!!

"Tolong...... Putraku...... Dia..... Tolong lah dia...... ..... Kumohon padamu......."

Suara kecil yang umumnya manusia normal tidak akan mendengarnya, menghentikan kaki-kaki ku yang sudah bergerak untuk menjauhi tempat ini.

"Tolong..... Aku...... Akan berikan jiwaku.... Dan segalanya untukmu......"

Dia melihatku !?

Tapi ... Bagaimana ?

Dia penyihir ?

Tunggu .... Dia bukan ....

Lalu bagaimana ?

"Putraku......"

Apa ini .... ?

Tidak ada simpati atau empati ....

Rasanya seperti melihat ikan yang melompat lompat di daratan berjuang untuk kehidupan kecilnya yang malang.

"Baiklah......."

Lalu apa !?

Apakah aku akan mengikuti insting dari monster ini !?

Aku adalah aku !!!

Tidak ada yang bisa mengendalikan ku !!!

Berjalan ke arah mobil yang telah berubah menjadi besi bekas layaknya rongsokan, aku membantu orang-orang itu keluar dengan hati-hati, berusaha untuk mencegah luka mereka mengeluarkan lebih banyak darah yang indah MAKSUDKU.... Yang berharga bagi mereka !!!

Kehilangan terlalu banyak darah itu sangat fatal bagi manusia ....

Pria dan wanita itu hanya penuh luka dan tidak kehilangan apapun, tapi sang anak .... Aku tidak tahu bagaimana caranya dia bisa kehilangan tangannya, tapi bahkan jika dia harus mati mengingat bagaimana luka yang dia miliki, aku harap dia mati dengan tubuhnya tetap utuh.

Menjahit tangan kirinya yang terlepas, aku menggunakan benang yang ku buat dari energi kutukan ku untuk menyambungkannya kembali.

Melihat hasil jahitan yang .... Ku pelajari dari menjahit tangan boneka yang lepas, aku bangga dengan hasil yang tidak ada bedanya dengan pekerjaan profesional (?).

Mengingat bahwa para manusia ini memerlukan bantuan, aku membawa mereka menuju tempat pemukiman manusia terdekat dan menggantungkan hidup mereka pada keberuntungan mereka sendiri.

Setelah aku pergi dan meninggalkan mereka bertiga, aku berniat kembali mencari hewan atau apapun untuk dibawa pulang.

"Anak-anak pasti menungguku kembali, aku setidaknya harus membawa oleh-oleh untuk mereka karena telah menjadi anak yang baik."

Aku sepertinya telah menganggap mereka sebagai milikku terlepas dari bentuk mereka yang mengerikan, ini semua karena insting keibuan sialan yang sebenarnya jujur saja tidak diperlukan ....

Meski aku sendiri tahu bahwa aku harus segera menerima kenyataan ku sekarang, ini masih membuatku kesal dengan bagaimana aku bisa menerima mereka dengan begitu mudah.

Menjadi ibu dari puluhan ribu monster laba-laba bukanlah sesuatu yang bisa dijadikan referensi untuk mimpi masa depan, tapi aku yang memikirkan berapa banyaknya anak-anak di sarang sedang menunggu ku kembali entah kenapa membuatku penuh dengan rasa kebahagian yang tidak etis.

"Apa aku benar-benar bisa mempertahankan sisi kemanusiaan ku ?"

Aku mulai meragukan diri sendiri.

Dimana semua kepercayaan diri itu ?

Apakah mereka semua memang semudah itu untuk menghilang ?

⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘Jangan lupa berikan komentarmu, dan sampai jumpa di chapter berikutnya

⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘
Jangan lupa berikan komentarmu, dan sampai jumpa di chapter berikutnya.
⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘
█║▌│█│║▌║││█║▌║▌║

Bab sebelumnya

Daftar bab

Bab berikutnya

Comments

Popular posts from this blog

24. Hanya Hari-hari Biasa 2

23. Seseorang Yang Bisa Memberikan Rasa Nyaman

01. Detektif Conan