08. Mengajari Anak Belajar Untuk Menghadapi Masa Depan




Swoosh~

Tiga kunai dilemparkan, sebelum akhirnya meleset dari target dan mengenai pohon disekitar.

"Dan kamu sebut ini sudah belajar ?!"

Kakashi hampir mengumpat saat melihat Naruto yang masih memiliki kepercayaan diri diwajahnya meski jelas telah gagal.

"Bahkan caramu melemparkannya saja sudah salah !"

"Aku mempelajari semuanya sendiri, jadi bagaimana aku tahu cara melempar kunai yang benar dattebayo ?!"

"Naruto masih anak-anak, itu normal untuk tidak tahu."

"Dia setidaknya bisa belajar dari melihat !"

Pemandangan dari dua anak yang saling bertengkar dan satu anak lainnya yang berusaha melerai, adalah apa yang dilihat Hasina saat dia baru saja tiba dengan keranjang berisi makanan di tangannya.

Kemarin setelah mereka, ibu dan anak berhasil menyeret ninja elit yang hebat itu keruang makan untuk sarapan bersama, Hasina membuat sedikit permintaan kecil padanya.

"Kamu ingin aku mengajar bocah itu ? Apa kamu bahkan tahu pekerjaan macam apa yang ku lakukan ?!"

"Aku tidak peduli apa jenis pekerjaanmu, selama putraku mempunyai guru yang mampu mengajarinya cara bertarung dan melindungi diri, itulah yang terpenting bagiku."

"Kamu tidak khawatir orang yang bisa membunuh tanpa berkedip berada disekitar putramu ?"

Kakashi melihat wanita yang sedang berjalan-jalan di halaman untuk melakukan percakapan pribadi dengannya.

Dia membungkukkan badan untuk memetik bunga dandelion yang sudah menjadi seedhead disampingnya, lalu meniup lembut, sampai bola bulu putih lembut meledak menjadi titik-titik putih yang menyebar di udara.

"Jika aku bisa, aku pasti sudah mengajari anak itu secara pribadi. Tapi terlalu banyak yang tidak bisa ku ajarkan, dan mengharuskan orang-orang dari dunia inilah yang mengambil tugas itu. Mengingat bagaimana kalian menyegel sesuatu yang dibenci oleh orang-orang di tubuh anak itu, aku tahu kehidupan putraku tidak mungkin bisa berjalan dengan normal. Karena itulah, setidaknya aku berharap dia mampu untuk menjaga dirinya meski tanpa aku ada disisinya."

Suatu hari nanti, entah kapan. Hasina memang akan pergi setelah ia menyelesaikan misinya. Untuk dia yang telah membuat ikatan dengan Naruto sekarang, perasaan takut akan meninggalkan anak telah membuatnya mulai merencanakan masa depannya selayaknya seorang ibu yang sesungguhnya.

Kakashi yang melihat ketulusan diwajah Hasina, tidak bisa menolak, namun di satu sisi dia juga tidak bisa menerimanya begitu saja. Dia memikirkan pekerjaannya, dan kehadirannya didekat anak itu hanya akan menarik perhatian lebih dari orang yang tidak perlu.

"Akan ku pikirkan."

Dan keesokan harinya Kakashi datang membawa satu orang ekstra bersamanya.

"Sandaime hokage sudah memberikan izin, namun seseorang perlu menemaniku untuk berjaga-jaga."

'Kamu yakin bukan untuk mengawasi kita ?'

Meskipun Hasina berpikir seperti itu, dia tetap senang mengetahui siapa tambahan yang dibawa oleh Kakashi bersamanya.

"Ara~ anak yang tampan. Siapa dia ?"

Saat Hasina melirik Kakashi untuk meminta pengenalan darinya, Kakashi yang terlihat malas hanya melirik anak disampingnya, memberikan isyarat untuk memperkenalkan dirinya sendiri.

"Namaku Uchiha Itachi. Tolong panggil aku Itachi. Senang berkenalan dengan anda."

Melihat anak yang membungkukkan tubuhnya dengan sopan, senyum Hasina hampir tidak bisa ditahan saking bahagianya dia. Mengingat Itachi adalah salah satu karakter yang penting, dia jelas merasa sangat beruntung karena karakter berharga diantar langsung ke pintunya.

Dengan mata rubah yang berwarna jingga, Hasina memperhatikan Itachi yang terlihat androgini di samping Kakashi. Anak itu memiliki rambut hitam legam yang ditarik ke belakang menjadi ekor kuda rendah, dan wajahnya dibingkai dengan poni belah tengah yang menjulur ke dagunya.

Beli satu gratis satu, itulah yang dia pikirkan sambil melihat bolak-balik antara anak berambut hitam dan perak.

"Betapa anak yang sopan. Tentu saja, tolong jaga putraku juga ya, Itachi-kun~"

"Hai....."

Kembali ke waktu saat ini, dan di hutan sebelumnya. Hasina menghentikan pertengkaran Kakashi dan Naruto, lalu mengajak mereka bertiga makan sandwich yang dia bawa.

Naruto adalah yang pertama makan, dan senyum bahagianya membuat dua anak lainnya mulai mengulurkan tangannya untuk mencoba.

"Hasina-san, ini enak !"

Mata hitam tinta milik Itachi, berkilau seperti langit malam berbintang. Ekspresi anak yang selalu terlihat tabah itu kini membuat senyum manis yang selayaknya seorang anak di usianya.

"Benarkah~ ?"

Melihat ibunya yang bahagia, Naruto dengan sifatnya yang tidak mau kalah langsung ikut memuji ibunya dengan bersemangat.

"Apapun makanan yang dibuat oleh kaachan akan menjadi makanan yang terenak didunia !"

"Ara~ ara~ malunya~"

Kakashi yang tidak pandai memuji hanya bisa mengatakan "Numayan" dengan ekspresi aku sudah melakukan sebanyak yang ku bisa, diwajahnya.

Semua berjalan dengan baik sampai matahari terbenam, dan langit mulai gelap. Kakashi dan Itachi pergi, dan Hasina pulang bersama putranya.

Dalam perjalanan pulang mereka, Hasina mendengarkan dengan serius Naruto yang menceritakan apa saja yang telah dia pelajari dan sesekali melihat Hasina dengan pandangan yang mengharapkan pujian.

Sebagai seorang ibu yang berdedikasi, tentu saja Hasina tidak akan pelit dengan pujian yang pantas anak itu dapatkan. Dia bahkan membiarkan anak itu memilih makan malam apapun yang dia inginkan sebagai hadiah.

"Naruto...... Apakah kamu menginginkan seorang teman ?"

Mendengar pertanyaan ibunya yang tiba-tiba, Naruto yang sebelumnya melompat-lompat seperti kelinci yang bersemangat, menjadi lesu seketika.

Hasina tahu bahwa dia mengatakan sesuatu yang membuat anak itu sedih, tapi apa boleh buat. Beberapa hari bersamanya, Hasina mulai merasakan Naruto terlalu bergantung kepadanya. Anak itu terlihat seperti telah menyerah pada orang lain dan hanya ingin bersamanya.

Meski terdengar manis, tapi itu bukanlah hal yang baik.

Selain sosok ibu, seorang teman juga diperlukan untuk tumbuh kembang anak. Hasina yang tahu itu jelas ingin memberikan yang terbaik bagi anaknya. Mau apakah Naruto adalah anak kandungnya atau bukan, yang pasti dia adalah anaknya saat ini. Hasina mencintainya dengan tulus dan menginginkan kebahagian bagi anak tersebut.

"Kaachan dengar Itachi-kun memiliki adik laki-laki yang seumuran denganmu. Ibu berencana memintanya membawa adiknya untuk belajar bersama denganmu juga. Jadi, apakah kamu keberatan jika bertambah satu lagi orang diantara kita ?"

Hasina mengetahui keengganan anak itu untuk berbagai dirinya dengan orang lain. Karena Naruto melihatnya sebagai satu-satunya yang dia miliki di dunia ini, anaknya yang menggemaskan menjadi takut setiap kali dia menunjukkan perhatian pada orang lain. Ketakutan yang tidak normal, namun entah bagaimana wajar bagi anak yang tidak memiliki apapun dan terlalu lama kesepian.

"Kaachan...... Tidak akan pernah meninggalkan ku selamanya kan dattebayo ?"

"............"

Meskipun hanya seorang anak, Naruto memiliki intuisi yang baik. Dia setidaknya sadar sedikit bahwa Hasina mungkin tidak memiliki banyak waktu ditempat ini dan telah merencanakan masa depan untuknya.

Naruto bodoh, namun anak itu masih memiliki akal sehat. Ibunya bukanlah milik dunia ini, dia pasti memiliki tempat untuk kembali. Namun, Naruto berharap ibunya akan mengatakan akan selalu bersamanya selamanya meski itu hanyalah kebohongan manis.

Anak yang malang. Namun Hasina percaya bahwa kejujuran dalam hal ini sangatlah diperlukan. Kebohongan hanya akan membuat anak itu lari dari kenyataan, dan mungkin akan memiliki terlalu banyak harapan yang tidak realistis. Kecewa dan rasa sakit adalah satu-satunya yang akan tersisa jika dia terlalu banyak berharap pada manusia.

"Maaf sayang....... Tidak ada yang bisa bersama untuk selamanya. Semua orang akan memiliki waktu dimana pertemuan dan perpisahan akan terjadi. Hal semacam itu tidak bisa dihilangkan dalam hidup ini. Belajar untuk bersiap menghadapi perpisahan dan menerima kenyataan adalah cara untuk bertahan hidup, dan kamu harus mempelajari hal semacam itu cepat atau lambat."

"Um........ Mengerti....... Dattebayo....."

Meski masih anak-anak, Naruto adalah anak yang mengerti betapa sulitnya hidup. Dia tidak akan mempersulit ibunya yang mencoba mengajarinya dengan tujuan yang baik.

Dia pasti anak yang baik. Karena itu, dia akan belajar dan membuat ibunya bangga.

Meski rasa sakit di dada terus mengingatkannya pada perpisahan yang pasti akan terjadi dimasa depan, Naruto sangat mencintai ibunya, memilih untuk menanggung semua rasa sakit itu seorang diri. Dia tidak mau ibunya memiliki terlalu banyak kekhawatiran dan sedih karena dirinya.

***

Di kompleks Uchiha dengan banyak tanda clan tersebar disana. Itachi sedang berjalan kembali sambil membawa kotak berisi manisan yang diberikan oleh Hasina sebelumnya.

Dari arah belakang, pria dengan senyum cerah menepuk pundaknya dengan sangat akrab.

"Itachi. Jadi, bagaimana pendapatmu mengenai wanita itu ?"

"Dia baik dan tulus. Aku tidak merasakan emosi negatif apapun darinya."

Mengingat caranya memperlakukan mereka bertiga seperti seorang ibu yang lembut dan penuh perhatian, Itachi hanya memiliki pendapat baik untuk wanita itu.

"Hebat ! Itu adalah pujian terbaik yang pernah kamu berikan pada orang lain selain Sasuke !"

Melihat teman dekatnya yang memiliki rambut pendek acak-acakan berwarna gelap dan mata hitam, Itachi hanya bisa terkekeh mendengar Shisui yang sangat terkejut dengan ekspresi tidak percaya yang agak berlebihan diwajahnya.

Sejujurnya dia juga agak terkejut bahwa ada orang lain yang bisa membuatnya merasa nyaman selain adik laki-lakinya.

"Tadi, Hasina-san juga memintaku membawa Sasuke untuk menjadi teman bagi anak angkatnya."

"Anak angkatnya, yang kamu maksud Uzumaki Naruto yang merupakan jinchūriki kyūbi ya ?"

"Un...."

"Apa tidak masalah ? Meski aku tidak memiliki pendapat buruk mengenai anak itu, tapi yang sedang kita bicarakan disini adalah Sasuke loh ?"

Sebagai teman dekat, Shisui tahu betul betapa berharga dan pentingnya Sasuke bagi temannya itu. Adik laki-lakinya adalah garis bawahnya, dan juga kelemahan fatal yang tak terbantahkan.

"Aku rasa tidak masalah. Aku akan bersama Sasuke dan ada juga yang mengawasi mereka dari bayang-bayang meskipun aku tidak ada."

"Baguslah. Sasuke harus memiliki teman dan belajar bersosialisasi demi dirinya sendiri dimasa depan."

"Ya...... Ditambah lagi ini bisa dianggap sebagai liburan bagiku."

Mereka terus berjalan beriringan menuju rumah masing-masing sambil mengobrol tentang berbagai hal yang telah mereka lalui selama itu bukanlah misi peringkat S yang penting.

Pantulan sinar bulan di langit malam menarik bayangan mereka di tanah, dan lingkungan sekitar begitu tenang membuat langkah kaki mereka yang ringan terdengar begitu jelas.

Wanita dengan telinga rubah dan ekor sembilan yang berkibas-kibas, mengawasi dua orang yang mengobrol tanpa diketahui. Bibir merah alaminya melengkung, membuat senyum yang menawan, sebelum akhirnya sosok itu hilang menjadi partikel-partikel cahaya kecil yang tersebar dengan indah di udara.

╔═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╗
✧*。 see you later 。*✧
╚═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╝

╔═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╗✧*。 see you later 。*✧╚═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╝

Bab sebelumnya 

Daftar bab 

Bab berikutnya 

Comments

Popular posts from this blog

24. Hanya Hari-hari Biasa 2

23. Seseorang Yang Bisa Memberikan Rasa Nyaman

01. Detektif Conan