05. Rumah Baru, Keluarga Baru, Dan Hidup Baru




Dengan Asuma disisinya, Hasina berhasil membawa Naruto ke rumah yang telah dibelinya menggunakan koin emas dalam game tanpa masalah.

Melihat sepasang mata yang terus menatap kearahnya sepanjang waktu, Hasina menahan diri untuk mendecakkan lidahnya.

Karena bagaimanapun, meski diawasi terasa menyebalkan, dia tidak bisa tidak bersyukur atas bantuan pria itu. Diawasi secara langsung olehnya terasa jauh lebih baik daripada anbu yang bersembunyi dalam kegelapan.

Dia sudah memiliki tiga anbu dari tuan yang berbeda mulai mengintainya, dan dia tidak ingin karena Naruto dia memiliki mereka lebih banyak lagi hingga titik dimana ia benar-benar kehilangan privasi.

"Baiklah...... makanan siap. Kalian bisa memakannya sekarang."

Selesai menaruh semua lauk dan nasi diatas meja makan, Hasina mempersilakan mereka memakan masakan buatannya. Dengan apron dari set seragam maid, dia percaya masakan itu akan terasa sangat lezat karena buff yang dibawanya.

"Hati-hati panas."

Hasina mengingatkan Naruto dengan lembut yang membuat anak itu sangat kegirangan.

"U-Um ! Mengerti dattebayo !"

Merasakan makanan rumahan untuk pertama kalinya, Naruto tersenyum dengan air mata yang terus menetes dari wajahnya. Senyuman itu bahkan terasa lebih menyedihkan daripada tangisannya yang penuh rasa takut saat dipelukan Hasina sebelumnya.

Namun Naruto tidak merasa dia menyedihkan, dia justru merasa beruntung masih ada seseorang yang mau memperlakukannya dengan baik selain Tauchi-san, dan Sandaime hokage. Bahkan mengundangnya kerumah untuk memasakkannya makanan.

'Hasina-san, dia seharusnya akan menjadi ibu yang baik. Siapapun yang bisa menjadi anaknya pasti sangat beruntung.'

Mengunyah dengan perlahan-lahan, dia menghargai setiap gigitan dan berusaha untuk mengingat rasanya. Siapa yang tahu kapan lagi dia bisa memakan masakan rumahan yang berharga seperti ini sekali lagi.

Asuma yang makan dengan tangan disamping, masih mengawasi tanpa henti. Dia menatap wanita itu dengan keraguan yang sangat jelas.

"Hasina-san, masakan anda memang sangat enak, tapi jika saya boleh bertanya, dari mana semua sayuran dan daging ini berasal ?"

Wanita itu jelas baru saja tiba, jadi mana mungkin dia memiliki semuanya, dari perabotan kebutuhan rumah tangga yang begitu lengkap dan mewah, hingga bahan masakan yang sangat segar.

"Aku mengambilnya dari ruang penyimpanan milikku."

Ruang penyimpanan yang dimaksud adalah tas selempang kecil yang dia dapatkan saat pertama kali dia tiba di dunia ini.

Saat itu dia tidak mengerti untuk apa sistem memberikannya benda lagi disaat sistem saja berusaha membunuhnya sesaat setelah dia baru saja tiba. Yang akhirnya terungkap alasannya, saat dia membaca surat yang sistem tuliskan di atas kertas kecil didalam tas itu, bahwa sistem merasa kasihan karena mungkin saja dia akan kelaparan sepanjang waktu saat sedang berusaha bertahan hidup, jadi sistem berbaik hati memberikan tas ruang untuknya yang merupakan kebaikan terakhirnya.

"Terdengar sangat berguna. Itu seharusnya memiliki fungsi yang sama dengan segel penyimpanan di dunia ini."

"Begitulah ?"

Hasina mengabaikan Asuma, dan fokusnya terpaku kembali pada Naruto yang memiliki saus di wajah kecilnya. Mengambil saputangan, dia mengulurkan tangannya yang ramping dan putih untuk menghapus saus di bibir serta pipi anak itu dengan senyum memanjakan.

Dimata Naruto, Hasina adalah wanita perhatian yang merupakan ibu impian setiap anak. Namun dimata Asuma, wanita itu adalah sosok yang sangat mencurigakan.

'Ras yang sama, dia bilang. Tapi jelas-jelas Naruto adalah manusia, jadi apa yang dia maksud sama ? Kyūbi ?'

Saat dia berusaha merokok karena pusing, Hasina menegurnya dengan suara marah yang mengejutkan.

"Jangan merokok di depan anak-anak. Asap itu tidak sehat !"

Naruto yang masih mengubur wajahnya di mangkuk, terperanjat saat nada suara Hasina meningkat. Asuma tidak lebih baik, dan sebagai orang yang dimaksud oleh wanita itu, dia merasa canggung hingga memutuskan untuk mengembalikan rokoknya kembali ke dalam saku.

Setelah makan siang sudah dihabiskan, Naruto yang sepertinya kelelahan saat ini sedang tertidur diatas sofa empuk diruang tamu. Melihatnya meringkuk dengan senyum yang masih ada diwajahnya, Hasina mengambil selimut dari kamarnya dan menutupi tubuh kecil itu untuk memberikan kehangatan.

Setelah Naruto tidur, Asuma yang sudah menahan diri untuk bertanya sedari tadi, langsung membuka mulutnya untuk memulai percakapan.

"Hasina-san, apa yang kamu bicarakan sebelumnya, apakah itu benar ?"

"Yang mana ?"

"Ras mu. Apa maksudnya itu ? Jelas-jelas Naruto adalah anak manusia, tapi kenapa kamu mengatakan hal itu ? Orang-orang akan salah paham pada anak itu."

"Sejak awal orang-orang sepertinya sudah membencinya. Monster, mungkin adalah apa yang akan mereka katakan padanya."

Asuma menatap Hasina dengan ekspresi terkejut yang sangat jujur.

'Hasina adalah orang baru yang tidak tahu apa-apa tentang tempat atau dunia ini, itulah yang dikatakan ayahnya padanya. Namun, bagaimana bisa dia berbicara seperti dia mengerti segalanya mengenai anak itu ?'

Seakan menyadari apa yang dipikirkan oleh Asuma, Hasina menjelaskan.

"Sorot mata orang-orang jelas berbeda pada bocah itu. Awalnya aku pikir mereka menunjukkan kebencian mereka kepadaku, tapi setelah anak itu muncul, segera aku langsung menyadarinya, kepada siapa kebencian itu sebenarnya ditujukan."

Asuma menundukkan kepalanya dengan malu, mengingat orang-orang penuh kebencian yang sedang mereka bicarakan adalah warga desa dari tempat ia tinggal dan dilahirkan.

Kebencian pada kyūbi akibat serangan waktu itu masih membekas dalam ingatan setiap orang, serta menjadi mimpi buruk yang tak bisa dihilangkan.

Akhirnya, mereka yang kehilangan keluarga dan teman-temannya dalam tragedi itu, dengan egois mencari apapun untuk disalahkan, dan Naruto yang menjadi jinchūriki kyūbi adalah pilihan terbaik yang bisa mereka dapatkan, tanpa memperdulikan penjahat sesungguhnya yang masih belum bisa ditemukan.

"Asuma-san. Naruto memiliki sesuatu yang mirip denganku, bisakah aku merawat anak itu ?"

Setelah semua perhatian yang Hasina berikan pada Naruto, dan kenyataan bahwa mereka sebenarnya agak mirip untuk beberapa hal. Asuma yang notabenenya adalah putra dari Sandaime pasti memiliki beberapa kekuatan untuk membantunya mendapatkan hak asuh dari Naruto.

Dia sudah merencanakannya sesaat setelah Asuma menggangu rencana awalnya. Dia senang Asuma datang karena dia merasa rencana yang saat ini jauh lebih dapat diandalkan.

"Walaupun secara pribadi aku cukup percaya pada anda. Untuk hal yang sepenting itu, aku tidak yakin aku bisa banyak membantu."

"Kenapa ?"

"Karena Naruto, dia agak istimewa."

"Istimewa yang kamu bicarakan, tidak terdengar seperti sesuatu yang baik di telingaku."

"Memang......"

Merasakan keraguan Asuma, Hasina berencana menggunakan rencana menyedihkan untuk menarik simpatinya.

"Sebenarnya, aku memiliki alasan egois. Aku tidak memiliki siapapun yang kukenal maupun percaya ditempat ini, tapi Naruto yang terasa sangat akrab bagiku memberikan kenyamanan padaku yang harus berpisah jauh dari tempatku tinggal."

"Itu......."

"Sebelumnya, aku bimbang apakah aku harus tinggal di desa ini, mengingat aku yang berbeda pasti menjadi bahan perbincangan dan tontonan bagi orang-orang yang penasaran. Namun, anak ini memberikanku sedikit alasan untuk memilih tetap tinggal. Karena itulah, aku harap anda dapat membantuku."

Karena rencana menyedihkan sepertinya tidak mampu membeli simpati Asuma, Hasina akhirnya menggunakan sedikit ancaman dan menawarkan keuntungan.

Dan seperti yang diharapkan, Asuma setuju karena keuntungan lebih tinggi dibandingkan kerugiannya.

Meski baik, Asuma tetaplah anak dari Sandaime hokage dan shinobi yang bertugas melindungi desa. Alih-alih simpati yang tak berguna, menawarkan keuntungan akan jauh lebih menarik minatnya.

Tinggal di desa dan memiliki ikatan didalamnya, Hasina yang sudah dicap sebagai kuat sampai ketahap berbahaya, merupakan senjata yang bagus untuk pertahanan desa. Asuma tahu itu dan tentu dengan senang hati berusaha mempertahankannya.

Singkat cerita, Naruto resmi menjadi anak angkat Hasina. Nama keluarga tidak berubah, hanya rumah lah yang berpindah.

Naruto yang saat ini telah dibawa pulang kerumah milik Hasina, masih tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi.

Semua berlangsung dengan sangat cepat.

Sebelumnya, dia berpikir siapapun yang bisa menjadi anaknya pasti sangat beruntung. Siapa sangka dialah anak yang beruntung itu.

Meski bukan anak kandung yang dilahirkan olehnya langsung, Naruto tetap merasa dia adalah anak paling bahagia di dunia.

Keesokan harinya, Naruto yang masih mengenakan piyama dan mendengkur diatas ranjangnya, terbangun oleh sinar matahari yang menembus gorden putih di kamarnya.

Membuka mata yang terasa berat, Naruto melihat ruangan asing yang dia dan ibu barunya dekorasi bersama sebelumnya.

"Bukan mimpi ?"

Turun dari ranjang dan berjalan keluar kamar dengan langkah yang pelan, dia menuruni tangga dan berbelok menuju dapur mengikuti instingnya.

Lalu, suara air mendidih, pisau yang memotong sayur, dan aroma nikmat yang menggugah selera telah menyambutnya di pagi hari bersama sinar matahari hangat yang menembus kaca rumah barunya.

"Sudah bangun ? Cepat cuci muka dan gosok gigimu. Masakannya akan segera siap !"

Pemandangan menakjubkan yang selalu ia mimpikan, muncul dalam bentuk wanita dengan penggorengan ditangan. Bersama latar belakang dapur yang indah, pemandangan itu sangat berharga hingga tak ternilai harganya.

"Um~"

Sejak hari itu, kenangan ini adalah ingatan terbaik yang pernah Naruto alami dalam hidupnya. Rasa syukur saja tidak cukup untuk mengungkap betapa berharga dan pentingnya saat ini baginya.

╔═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╗
✧*。 see you later 。*✧
╚═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╝

╔═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╗✧*。 see you later 。*✧╚═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╝

Bab sebelumnya

Daftar bab

Bab berikutnya

Comments

Popular posts from this blog

24. Hanya Hari-hari Biasa 2

23. Seseorang Yang Bisa Memberikan Rasa Nyaman

01. Detektif Conan