04. Pertemuan Pertama Antara Dua Rubah




Angin sejuk membawa aroma bunga sakura kedalam kuil bersama beberapa kelopak merah muda yang lembut.

Dalam dunia mimpi itu, waktu secara tiba-tiba berjalan dengan sangat cepat seperti seseorang telah menekan tombol percepat.

Manusia kucing yang awalnya begitu muda, lambat-laun berubah menjadi semakin tua secara perlahan. Tahun demi tahun, Inoichi hampir tidak bisa menghitung sudah berapa lama dia melihat semua ingatan ini.

Melihat satu persatu orang-orang disekitar wanita itu mati dan digantikan oleh yang baru. Sosoknya yang kesepian sangat menyengat mata.

"Selalu dia yang mengantarkan kepergian orang lain. Betapa kehidupan yang penuh kesedihan."

Adelia yang sudah cukup bosan menjadi penonton dipinggir lapangan akhirnya memulai pertunjukan finalnya.

Mengikuti cerita di dalam game sebagai referensi. Adelia membuat monster menjijikkan muncul di dunia yang damai itu, dan membuat peperangan antara makhluk humanoid dan monster pun tidak bisa dihindari.

Itu merupakan perjalanan yang juga cukup lama, hingga saat dimana pemimpin terkuat monster itu muncul dan bertarung dengan dirinya didalam mimpi.

Di tempat yang sudah sangat kacau balau, pertarungan sengit yang tak pernah dibayangkan oleh Inoichi telah terjadi tepat dihadapan. Dia menyaksikannya langsung di barisan terdepan dan melihat setiap detail yang ada.

Disaat ini, Inoichi yang sebagai penonton takut adalah hal yang normal, namun Hasina yang merupakan sutradara justru lebih takut dengan ceritanya sendiri yang benar-benar sebuah keajaiban.

'Apakah aku agak berlebihan ? Di dalam game, aku sebenarnya tidak sekuat itu dan akan langsung lari saat pemimpin monster itu muncul.'

Menyadari telah melakukan kesalahan, Adelia memutuskan untuk mempercepat pertarungan agar dia tidak terlihat terlalu over power.

Mengingat semua set pakaian serta aksesoris di game yang ternyata diberikan secara lengkap oleh sistem, Adelia sebenarnya sudah terbilang cukup kuat. Namun sayangnya, Adelia tidak percaya diri bisa menjadi sekuat apa yang sedang dia tunjukan saat ini.

Dan lucunya, apa yang Adelia pikirkan sebenarnya memang cukup akurat. Niatnya untuk tidak diremehkan justru menjadi bumerang baginya. Inoichi mulai takut dan melabelinya sebagai sangat berbahaya setelah melihat pertarungan palsu ciptaannya.

'Ini bukan pertarungan manusia. Mereka bukan manusia.'

Pertarungan yang mengerikan terus terjadi.

Namun perkembangan pertarungan itu menuju kearah yang negatif.

Gunung-gunung hancur, berbagai jutsu tak dikenal membuat gempa dahsyat sepanjang waktu, makhluk hidup mati, dan yang mati menyerang mereka yang masih hidup.

'Ini hanya perwujudan dari neraka didunia......'

Inoichi menyaksikan rubah ekor sembilan dalam bentuk penuhnya menjadi semakin lemah. Perlahan-lahan raksasa itu terlihat tidak diuntungkan dan mulai menjadi pihak yang menerima serangan.

Sampai akhirnya monster rubah itu kembali kebentuk humanoid, dan tertelan dalam lubang yang memancarkan aura berbahaya berwarna hitam pekat.

Lalu di langit, kejadian yang serupa dengan apa yang dia lihat sebelumnya muncul. Wanita itu jatuh, dan langit menjadi normal kembali.

"Wanita itu...... Dia...... Apakah dia benar-benar berasal dari dunia lain ? Apakah ini benar-benar nyata ?"

Menghapus remah-remahan popcorn diwajahnya. Hasina yang sudah selesai dengan pertunjukannya, bersiap untuk membawa kembali Inoichi ke dunia nyata.

***

Ibiki yang terus mengawasi dari samping merasa ada yang salah.

Lagi dan lagi.

Instingnya selalu yakin ada yang tidak benar, tapi dia tidak tahu apa dan bagaimana membuktikannya. Berada didalam kabut sangat tidak menyenangkan. Ketidakjelasan telah sangat mengganggu dirinya.

Saat Ibiki masih terus berusaha mencari tahu, dia melihat bahwa orang-orang yang ada disampingnya mulai membuka mata mereka secara bersamaan.

Berbeda dengan wajah berseri-seri Hasina, Inoichi terlihat pucat dengan ekspresi takut yang hampir tidak bisa dia sembunyikan.

"Inoichi-san ! Apa yang terjadi ?!"

Mengabaikan pertanyaan panik Ibiki, dia memegang dadanya yang tepat berada di atas jantung miliknya. Jantung itu berdegup begitu kencang sampai terasa akan lepas dari tempatnya.

Akhirnya, setelah melewati semua kejadian itu, untuk berbagai alasan Hasina diizinkan untuk tinggal didalam desa.

Meski para petinggi desa menganggapnya sebagai ancaman potensial jika sedikit saja terjadi kesalahan, namun mereka cukup pintar menilai situasi dan memilih untuk menjadikannya sebagai sekutu. Karena semua orang tahu, jika kamu tidak mampu membunuh hal itu, maka kamu harus menjadikannya rekanmu dan tidak membiarkan desa lain mengambil kesempatan.

Tapi, selama ada orang pintar, tentu saja selalu ada orang bodoh juga yang tidak sadar.

Di tempat tersembunyi di dalam desa Konoha. Sosok seorang pria tua dengan rambut hitam acak-acakan dengan bekas luka berbentuk x di dagunya, sedang memberikan perintah pada tiga orang bertopeng untuk menghilangkan individu yang baru-baru ini tiba, dan telah dia anggap sebagai ancaman potensial. Selagi mereka mencari kesempatan, dia memerintahkan mereka untuk mengawasi mengumpulkan infomasi berguna mengenai penyusup tersebut.

Ditempat yang tidak mereka pedulikan, kupu-kupu putih yang meninggalkan debu emas di udara di setiap kepakan sayapnya, perlahan-lahan terbang menuju sebuah rumah dan hinggap di pundak mulus seorang wanita cantik.

"Sudah kembali ? Jadi, bagaimana ?"

Identitas dari kupu-kupu cantik itu adalah salah satu dari pet di game my dress up. Meski tidak memiliki kemampuan khusus, kupu-kupu itu ternyata mampu berkomunikasi dengan Hasina, dan akhirnya tugas pengumpulan intelijen telah dijatuhkan padanya.

'Danzo..... Ya..... ? Pria tua sialan itu benar-benar harus mati lebih cepat. Sayangnya aku tidak bisa membunuhnya.'

Sebagai orang yang terlahir di negara damai, Adelia tidak pernah membunuh makhluk hidup apapun, bahkan ayam sekalipun. Satu-satunya hewan yang pernah dia bunuh dengan sengaja hanyalah nyamuk dan mungkin serangga lain yang lebih dulu menjadi pengganggu. Jadi, membunuh manusia jelas tidak mungkin dilakukan olehnya tanpa adanya keterpaksaan yang memaksanya untuk melakukan tindakan tersebut.

Menaruh lap ditangannya diatas meja, Hasina pergi ke kamar mandi dan mulai mengganti dress rumitnya menjadi kimono yang merupakan set rubah ekor sembilan yang sesungguhnya, berserta aksesorisnya.

Melihat kearah cermin, dia menatap penuh kagum pada sosok menawannya yang terpantul di cermin.

Setelah selesai mengagumi dirinya sendiri, Hasina keluar rumah dan mulai menjalankan misi.

Berjalan di keramaian, Hasina terlihat sangat mencolok dengan telinga dan sembilan ekor rubahnya yang bergerak-gerak sepanjang waktu. Meski bahkan tanpa ekor dan telinga itu saja dia sudah sangat menarik perhatian, karena wajahnya yang cantik dan pakaiannya yang terlihat sangat mahal.

Sesaat kemudian, ikan telah mengambil umpannya. Anak berambut pirang dengan tanda kumis dikedua pipinya berjalan dengan gugup menuju kearahnya.

'Lihat ? Bukan aku yang mendekatinya lebih dulu, anak inilah yang mengambil inisiatif untuk mendekatiku.'

Naruto melihat wanita sama yang dia lihat di taman saat itu. Meski wanita yang pingsan saat itu sudah terlihat sangat cantik, tapi dia yang sadar saat ini berkali-kali jauh lebih cantik.

Rambut perak lurus miliknya yang tergerai bebas, bergerak-gerak dengan hembusan angin dan memantulkan cahaya perak seperti benang yang ditenun dengan sinar bulan. Dan mata jingga yang seperti sunset di sore hari, sedang menatapnya dengan tatapan ingin tahu.

Tidak ada kebencian ataupun jijik di wajah indahnya.

"Ada apa nak ? Apakah kamu memerlukan sesuatu ?"

Memberikan senyum yang indah di wajah cantiknya, Hasina telah berhasil membuat semua orang terpana olehnya.

Namun disisi lain, anak yang awalnya ragu-ragu mendekat, berubah menjadi sangat bahagia saat suara yang lebih indah dari suara apapun yang pernah didengarnya dikeluarkan oleh wanita cantik yang saat ini berada dihadapannya.

'Dia tidak membenciku ! Dia tidak mengusirku !'

Melihat interaksi kecil dua orang itu, orang-orang yang mengamati disekitar menjadi panik dan mulai berbisik sebelum akhirnya membuat keributan.

Sampai, shinobi yang kebetulan lewat datang untuk menggangu.

"Bukankah ini Hasina-san yang dikabarkan ? Apakah anda memiliki keperluan dengan anak ini ?"

Mengedipkan mata jingganya, Hasina menatap pada pria jangkung dengan mata cokelat, kulit zaitun, serta rambut runcing hitam pendek, dan berjanggut yang sekarang sedang berdiri dengan santai diantara dia dan Naruto.

'Sarutobi Asuma...... Bukannya dia seharusnya bukan tipe yang suka ikut campur ?'

Mengetuk lembut bibir merahnya menggunakan kipas yang dia pegang. Hasina menyipitkan matanya dan mulai membuat skenario baru untuk menggantikan cerita yang telah digagalkan oleh pria itu.

"Aku ingin tahu. Kenapa aku merasakan kekerabatan dengan anak itu. Diposisi ini, akulah yang harusnya meminta penjelasan. Kenapa aku bisa merasakan ras ku pada diri anak itu ?"

Menutup bibirnya dengan kipas, dia menyembunyikan senyum licik sambil mempertahankan sorot mata tajamnya.

Setelah Hasina bicara, tempat berubah menjadi hening. Bahkan tidak ada yang berani bergerak saking mencekamnya situasi.

Orang-orang yang akhirnya sadar memilih untuk mundur, dan orang-orang yang cukup pintar langsung berjalan pergi agar tidak terseret kedalam air bermasalah.

"Itu....... Bukankah jelas anak ini adalah anak manusia normal. Dia tidak memiliki apa yang kamu miliki disana."

"Semakin kamu berusaha menyembunyikan sesuatu, semakin kamu terlihat mencurigakan di mataku."

Berjalan melewati Asuma yang masih kebingungan, Hasina mengulurkan tangan untuk menepuk lembut pucuk kepala bocah pirang itu.

Merasakan perlakuan lembut untuk pertama kalinya, Naruto mendengus menahan air mata yang mengancam akan turun.

"Sudah kuduga, perasaan akrab yang aneh ini memang bukan hanya ilusiku. Jika aku tidak lajang sepanjang hidupku, aku akan mengira kamu adalah anakku."

"Uuuuuuuhh........ Uuuuu......"

Kelembutannya yang terasa terlalu seperti mimpi membuatnya takut bahwa wanita itu akan menghilang disaat berikutnya.

Menggenggam lengan kimono yang terlihat begitu mahal, dia terus memohon didalam hatinya untuk membiarkannya bermimpi untuk waktu yang lebih lama. Jangan biarkan dia bangun hanya untuk menyadari bahwa dia tidak pernah memiliki siapapun disisinya.

"Ja-jangan pergi. Dattebayo!"

"Ya~ aku tidak akan pergi......."

Asuma yang berniat untuk menjauhkan orang asing itu dari Naruto, dibuat merasa bersalah saat wanita itu memeluk anak kesepian yang memohon untuk tidak ditinggalkan.

Apa yang dia kira sebagai sosok yang berbahaya, justru adalah yang paling baik dibandingkan warga desa yang bertindak dengan penuh kebencian.

╔═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╗
✧*。 see you later 。*✧
╚═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╝

╔═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╗✧*。 see you later 。*✧╚═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╝

Bab sebelumnya

Daftar bab

Bab berikutnya

Comments

Popular posts from this blog

24. Hanya Hari-hari Biasa 2

23. Seseorang Yang Bisa Memberikan Rasa Nyaman

01. Detektif Conan