RITN Chapter 09


Tidak terasa waktu telah berlalu dengan begitu cepat, kini aku sudah genap berumur 5 tahun.


Banyak yang telah berubah, dari bertambahnya panjang rambut dan tinggi badanku.


Dengan wajah yang menggemaskan ini, aku tidak sabar menunggu pertumbuhan ku setelah dewasa, aku pasti akan terlihat seksi dan mempesona. 


Pasti !!


Perkembangan shōsen jutsu ku juga sudah berkembang pesat. Aku sekarang bahkan sudah bisa mengobati diriku sendiri, luka sayat ataupun lebam sudah menjadi hal yang kecil untukku.


Mengingat betapa kesulitannya aku dalam mengobati luka sayat pada ikan dulu, benar-benar membuatku merasa telah bekerja keras. Mungkin terdengar aneh atau menyebalkan, tapi aku bangga pada diriku sendiri.


Mari berhenti dengan laporannya dan mulai saja ceritanya.


Hari ini berbeda dengan hari-hari lainnya, karena hari ini aku akan pergi untuk berkeliling ke desa-desa terdekat (secara rahasia tentunya).


Aku berniat untuk mencari baju dan senjata yang nyaman, soalnya yukata ku semua panjang dan sulit untuk bergerak. Kalau soal senjata, tidak mungkin aku bisa punya jika keluarga ku saja tidak ingin aku jadi shinobi. Jadi yah .... aku harus cari sendiri.


Aku sudah memikirkan jenis senjata macam apa yang akan ku gunakan. Aku ingin sarung tangan besi, karena aku berniat untuk bertarung seperti Tsunade. Aku ingin menggunakan tinju sakti yang menjadi khas dari Tsunade dan Sakura.


Aku tidak (agak ragu) peduli disebut plagiarisme karena telah meniru jutsu ciptaan Tsunade. Lagipula aku sebenarnya mempelajari ini murni sendiri, dan hanya berbekal teori-teori yang aku dapatkan dari canon jadi .... aku .... tidak sepenuhnya melakukan plagiarisme.


Aku juga sudah berusaha dengan sangat keras .... .... aku tidak dengan secara tiba-tiba bisa ...., tapi entah kenapa aku masih merasa bersalah mengambil apa yang seharusnya menjadi milik orang lain.


Perasaan ini menyebalkan.


Beberapa menit setelah aku melarikan diri .... maksudnya keluar dari rumah. aku sudah sampai di desa yang cukup luas. Aku bingung dan sedikit takut sebab belum pernah pergi ke tempat yang penuh keramaian, tapi karena aku sudah terlanjur datang, tidak mungkin aku akan kembali, jadi aku bertanya kepada orang asing tempat yang ingin ku tuju.


"Permisi..... nyonya.... bolehkah saya menanyakan jalan?"


"Ma~ gadis yang sopan..... tentu saja"


"Saya ingin membeli kain tapi ini pertama kalinya saya datang, jadi saya tidak tahu dimana letaknya tokonya"


"Ah..... ingin membeli kain, ya? Jika ingin kain yang relatif terjangkau dengan kualitas cukup baik kamu tinggal lurus sampai ke toko yang menjual daging di sana, lalu beloklah ke kiri, terus saja jalan lurus sampai ada restoran dan hanya berjarak 5 rumah dari sana kamu akan menemukan toko kain itu."


"Terimakasih atas bantuannya nyonya~" aku membungkuk sopan dan berterimakasih.


"Tidak masalah~ tidak masalah..... jika kamu ingin bertanya jalan lagi, aku akan ada di rumah teh di ujung sana. Jika belum sore hari, kamu bisa datang menemui ku"


"Terimakasih sekali lagi......" aku membungkuk lagi karena refleks. Soalnya bibi ini baik sekali, jadi tanpa sadar aku menjadi semakin sopan.


Setelah berpisah, aku langsung to the point ke toko kain. Dan seperti yang dikatakan oleh bibi tadi, toko ini menjual kain yang kualitasnya bagus dengan harga terjangkau.


Aku bersyukur bertanya kepada orang yang tepat.


"Nona.... warna yang mendekati biru hanya tinggal 3 ini saja, karena warna cerah sudah kehabisan stok"


"Cukup gelap ya......"


"Maaf, warna biru muda cukup populer jadi banyak yang berminat untuk membelinya."


"Mungkin ini lebih baik, lagipula warna cerah bisa terlalu mudah terlihat kotor. Itu tidak praktis." Pikiranku dalam hati.


"Tidak masalah, warnanya memang cukup gelap, tapi aku suka. Aku mau yang motif bunga ini."


"Ah.... baiklah mohon tunggu sebentar."


Tidak selang lama, penjaga toko sudah menyiapkan apa yang aku mau.


cukup cekatan juga paman ini.


"Paman apakah toko ini juga menjual pewarna pakaian?"


"Pewarna pakaian? tentu.... apakah nona ingin membelinya juga?"


"Ya.... tolong."


"Baik akan saya bawakan pewarnanya."


"Un~ maaf merepotkan."


"Tidak..... tidak....."


Aku memilih warna yang sekiranya cocok untuk yukata ku, dan tidak lupa juga membeli kain berwarna putih, benang dan jarum.


Jujur toko ini cukup lengkap dan penjualnya juga sopan, aku pasti akan datang lagi ke toko ini jika ingin membeli kain.


Sekarang kain sudah .... tapi bagaimana dengan senjatanya?


Apakah aku harus datang ke bibi tadi untuk bertanya dimana pandai besi atau toko senjata?


Ia kali aku bakal tanya hal semacam itu .... ....


Kalau dia tanya untuk apa, harus jawab apa aku ....


Soal yang semacam ini lebih baik aku coba cari sendiri saja.


Berkeliling tanpa tujuan, sepertinya aku cukup menarik banyak perhatian. Warna rambut dan mataku memang agak mencolok (sangat) mungkin aku seharusnya menggunakan jubah atau semacamnya.


Sudah ku putuskan saat aku akan pergi ke desa berikutnya, aku akan menggunakan jubah.


Semakin lama, dipandangi seperti ini semakin terasa tidak menyenangkan.


"Gah....... hentikan, aku bilang hentikan...."


Mendengar jeritan seseorang yang terdengar kesulitan aku secara reflek berhenti.


Kejadian ini mirip seperti buling yang sering terjadi di drama. Haruskah aku datang membantu?


"Bajingan!!! Berhenti !!! Jauhi imouto ku...."


Ak!! Aku harus bantu!!!


Tapi sebelum itu. Penyamaran.... aku perlu penyamaran.....


Tidak ada yang boleh tahu wajahku saat sedang berkelahi.


Kebingungan .... .... aku mengingat topeng rubah yang aku beli sebelumnya. Topeng ini masih polos tanpa warna apapun karena aku berniat untuk mengecatnya sendiri.


(Gambar bukan milikku)

Awalnya aku membeli topeng untuk menjadi pengganti jubah karena tidak ingin mencolok, tapi setelah aku melihat pantulan ku yang tercermin di genangan air, ini justru terlihat semakin menarik perhatian.


Tapi siapa peduli, yang terpenting sekarang membantu orang dulu.


Mengikat rambut ku dengan gaya twintails, aku langsung masuk menuju gang itu.


Setelahnya yang menyambut kedatangan ku adalah 3 pria dewasa, dan 2 bocah yang ketakutan.


FUCK!!! Dasar bajingan. Mengelilingi anak-anak seperti itu .... apakah melakukannya membuat kalian merasa kuat atau semacamnya .... ....


Menjijikkan .... ....


"Apa yang terjadi di sini?" Bahkan jika aku jijik, aku tetap harus bertanya. Ingat !! Tidak boleh langsung menghakimi orang tanpa tahu kejelasannya.


"Ho..... Apa ini? Sepertinya gadis kecil ini ingin bergabung dengan kami." Ucap salah satu pria menjijikkan.


"Hey..... pergilah !!! Mereka bukan orang baik. Kamu bakal dapat masalah juga!!" Bocah laki-laki yang terlihat ketakutan itu, masih sempat memikirkan orang lain, meski dia sendiri masih dipertanyakan keselamatannya.


"Hey..... gadis kecil..... ikut dengan kami dan kamu tidak akan terluka"


Aku tarik kembali ucapanku.


Pukul saja pria yang terlihat menggangu itu. Siapa peduli tentang apa yang terjadi?


GYAH...... EEK..... GUAH.... UHHH........


Berbagai teriakan aneh bergema di gang itu, tapi tidak ada siapapun yang berani datang ke gang ini.


Sebelumnya aku merasa terganggu dengan yukata yang menyulitkan ku untuk bergerak, jadi aku mengangkat rok milikku sampai diatas lutut sebelum menghajar mereka.


pada akhirnya aku bersyukur karena tidak ada yang datang melihat ku melakukan tindakan tidak senonoh ini, semakin dikit saksi mata .... ....jadi semakin sedikit pula masalah yang akan datang .... betapa bagusnya ini ....


Selesai merenggangkan badan yang kaku. Aku berbalik kearah para bocah yang dalam masalah tadi.


"Sudah selesai. Pergilah sebelum ada yang datang, jika tetap disini kalian bisa mendapatkan masalah lagi nanti."


"Ano......." Gadis kecil yang manis itu menatap ku dengan ekspresi seperti menatap idola.


Tanpa sadar aku jadi merasa senang membantu mereka, meski aku benci mencampuri urusan orang.


Perasaan dikagumi tidaklah buruk.


"Mizuki menjauhlah!! Dia kunoichi"


Aku tidak senang dengan anak laki-laki yang berbicara seakan kunoichi itu buruk.


Memangnya aku hewan buas atau sejenisnya, sampai-sampai harus menjauh dari ku !?


"Tapi..... Nii-chan, dia membantu kami."


"Itu benar. Baiklah biar aku saja yang bicara dengannya, kamu tetap disini."


"Eh~"


Kau yakin nak ? Bicara begitu menyebalkan didepan orangnya langsung.


Apalagi orang itu, orang yang sama yang baru saja membantu mu.


Bersyukurlah aku bukan orang yang mudah tersinggung dengan masalah sepele.


"A.... Ano.... Kunoichi-san..... Berapa banyak yang harus kami bayar?"


"Apa? Untuk apa?"


"Bukankah ninja selalu meminta bayaran?"


Demi rerumputan las vegas..... apa-apaan coba, apa aku terlihat seperti orang yang kekurangan uang?


"Tidak perlu!!"


"Tapi.....!!"


"Aku punya banyak uang"


I'ts a freaking awsome, sudah lama banget aku ingin bicara seperti ini !!! Akhirnya kesampaian.


"Aku bisa membayar dengan cara lain!"


Eh..... Ini anak justru maksa mau bayar, sudah dibilang tidak usah, ya tidak usah !


"Nii-chan bagaimana jika kamu membuatkan senjata saja untuk kunoichi-san?"


Baru saja aku akan membuka mulut untuk menolak bayaran apapun, tapi jika bayarannya semacam ini bagaimana aku bisa menolak rijeki ?


Seperti kata orang bijak "hanya bajingan yang menolak rijeki" aku bukan bajingan, jadi aku harus menerimanya dengan sepenuh hati.


"Jika memang kamu bisa membuat senjata, maka aku akan menerimanya. Dengan begitu kamu tidak perlu lagi kebingungan."


"Baik!! Aku akan berusaha dengan semua yang ku bisa!!"


"Ba–bagus....."


Ya ampun, entah kenapa aku merasa baru saja menipu orang baik.


Tapi mengingat bahwa merekalah yang memaksa untuk memberi ku sesuatu, maka ini bukan sebuah kejahatan menerima pemberian mereka.


Aku tidak sedang memanfaatkan siapapun. jadi dengan kata lain, aku bukan orang jahat yeah .... meski aku juga bukan orang baik.


»» ------- ►


(bengkel pandai besi keluarga Ishikawa)


Mizuki "silakan masuk..... um.... kunoichi-san..."


"Panggil saja Yukiko, kunoichi terdengar tidak nyaman"


Lagipula Yukiko dan Sachiko punya arti yang sama, jadi aku enggak sepenuhnya berbohong.


"Ah!! Nama ku Ishikawa Asuka 飛 (asu) "terbang" dan 鳥 (ka) "burung", lalu ini imōto ku. Dia Ishikawa Mizuki 瑞 (mizu) "pertanda baik" dan 希 (ki) "harapan"


"Begitu..... jadi bolehkah aku memanggil Asu-kun dan Mizu-chan ?"


""Tentu saja!!"" Mereka berdua kompak menjawabnya bersamaan.


"Jadi Yukiko-san, jenis senjata macam apa yang anda inginkan?"


"Tidak begitu sulit, aku hanya ingin tessen (kipas besi)"


Kenapa aku tiba-tiba berubah pikiran dan justru menginginkan tessen alih-alih iron gloves? jawabannya, karena aku belum bisa memakai peningkatan kekuatan chakra

Kenapa aku tiba-tiba berubah pikiran dan justru menginginkan tessen alih-alih iron gloves? jawabannya, karena aku belum bisa memakai peningkatan kekuatan chakra. Jadi aku akan memakai tessen untuk latihan serangan jarak dekat dulu, sampai aku telah berhasil menguasai peningkatan kekuatan, barulah aku memesan iron gloves.


"Tessen? ini pertama kali aku mendengarnya"


"Eh.....!?"


Jadi..... apakah anak ini bisa membuat senjata yang dia sendiri bahkan belum pernah lihat?.


"Kedengarannya menarik!!!"


"Ara~"


Aku tersenyum masam melihat ekspresi yang hanya muncul pada seseorang yang sangat mencintai pekerjaan mereka.


Anak ini pasti sangat suka membuat senjata~


Asuka "Yukiko-san tolong jelaskan lebih detail, tentang tessen"


"Baiklah~"


Berikutnya hanyalah seputar penjelasan tessen, karena akan memakan banyak waktu jadi akan aku skip bagian ini.


Berikutnya hanyalah seputar penjelasan tessen, karena akan memakan banyak waktu jadi akan aku skip bagian ini

[2 jam yang kemudian]


Aku akhirnya dapat melarikan diri dari orang gila itu. Dia hampir tidak akan melepaskan ku jika saja Mizu-chan tidak membantu.


Mizuki "maaf Yukiko-san, nii-chan terlalu bersemangat dan akhirnya merepotkan mu....."


"Tidak apa-apa, tidak masalah. Lagipula semakin baik senjata yang dibuatnya, akan semakin bermanfaat bagi ku."


"Anda sangat berbeda dari shinobi yang pernah aku lihat"


"Terlihat seperti apa shinobi yang pernah kamu temui?"


"Acuh tak acuh dan nyaris tidak peduli dengan warga biasa seperti kami. Bahkan terkadang mereka bertarung tidak mengenal situasi dan melukai orang-orang di sekitar."


Mizuki mengucapkannya dengan bibir terkatup, itu menunjukkan betapa tidak sukanya dia dengan shinobi.


Tapi kenapa dia terlihat menyukai ku, dan itu tidak terlihat seperti berpura-pura. Seharusnya perasaan itu datang dari hatinya.


"Ah!!!! itu!!!! aku....... tidak bermaksud, lagipula anda berbeda dari mereka!! jadi...."


Aku terkekeh geli melihat tingkah lakunya yang tidak karuan.


"Jadi..... apa yang membuatku berbeda?"


"Anda"


Entah kenapa suasananya tiba-tiba berubah, gadis kecil tadi yang sedang kebingungan menatapku dengan serius.


"Anda tidak hanya membantu kami orang lemah, yang sudah sangat jarang bagi seorang yang memiliki kekuatan. Anda juga sangat mudah diajak bicara dan tidak terasa memandang rendah kami warga sipil, ditambah anda perempuan dan anda kuat."


Pandangannya yang serius berubah menjadi ragu-ragu setelahnya.


"Aku....... selalu ingin kuat seperti mu, tapi..... apa itu mungkim untuk anak yang lemah dan penakut sepertiku?"


Ah...... anak ini...... dia ingin menjadi kuat sama sepertiku. Tidak ada yang salah dengan ingin menjadi kuat, tapi itu tergantung apakah keluargamu menginginkan itu, atau apakah kamu akan melakukan apapun terlepas dari pendapat mereka.


Aku tidak bisa berbohong padanya yang hanya akan menjadi harapan palsu, yang akan menjadi kenyataan menyakitkan saat dia telah tersadar.


"Maka kamu harus mendapatkan izin dari keluarga mu, atau kamu harus berlatih secara rahasia yang tentunya sangatlah merepotkan. Ingin menjadi kuat tentu perlu latihan yang melelahkan atau sampai menyakitkan juga"


"Tapi aku lemah..... apakah itu bahkan mungkin, sebanyak apapun aku berusaha mustahil untuk menjadi kuat"


"Bodoh!!. bahkan orang yang disebut sebagai ninja terlemah saja tidak akan menyerah, bagaimana bisa kamu menganggap itu mustahil bahkan sebelum mencoba!!?"


"Terlemah? siapa?"


"Aku tidak bisa memberitahu mu siapa itu, tapi dia adalah pria keren yang penuh semangat dan pantang menyerah. Tidak peduli apa yang orang katakan tentang dirinya, dia akan terus berlatih dengan penuh semangat mudanya. Meski dia tidak dapat menggunakan ninjutsu dan genjutsu, dia akhirnya dapat menjadi shinobi yang hebat karena telah menguasai Hachimon secara otodidak."


Might Duy maaf sudah menceritakan kisahmu meski kamu bahkan belum terlahir.


Semoga anda tetap terlahir dan tidak terjadi efek kupu-kupu yang merugikan.


"Yukiko-san...... apakah anda menyukai orang itu~? apakah ini kisah cinta?"


Bleh...... mana mungkin!!!


"Dia itu pria tua, mana mungkin aku akan mencintainya. Aku hanya mengaguminya saja!!"


"Eh..... kupikir ini akan menjadi pembicara antar wanita yang penuh kisah cinta"


"Berhenti bicara omong kosong, dan sekarang aku harus kembali. Aku tidak mau pulang terlalu larut"


"Hah? tapi ini masih siang"


"Tepat sekai, aku akan datang 3 hari lagi. By~ by~"


Aku pergi dengan kecepatan penuh ku.


Aku takut seseorang mencari ku dan aku mungkin akan ketahuan.


"Tapi....... kisah cinta ya~. Apakah itu mungkin bagiku dan Madara-san"


Memikirkan beberapa hal konyol, wajahku memerah dan terasa sangat panas.


"Ku rasa aku mungkin bisa membicarakan tentang kisah cinta dengan Mizu-chan, siapa tahu itu akan membantuku"


Yang tersisa dari ucapanku sebelumnya hanyalah suara angin berhembus dan bunyi gemerisik rerumputan.


Ini pengalaman yang sangat bagus, aku tidak sabar menunggu 3 hari lagi.


✦ * ͙ * ❥⃝ ∗ ⁎.ʚɞ.⁎ ∗ ❥⃝ ** ͙✦


Bab sebelumnya 

Daftar bab 

Bab berikutnya 

Comments

Popular posts from this blog

24. Hanya Hari-hari Biasa 2

23. Seseorang Yang Bisa Memberikan Rasa Nyaman

01. Detektif Conan