05. Berdamai Dengan Diri Sendiri
(Sachiko usia 2 tahun)
Di usiaku yang telah beranjak 2 tahun, suasana klan menjadi lebih suram dari sebelumnya.
Suasana gelap juga mulai merambah ke rumah kami, ini membuatku merasa sesak hanya dengan melihat sekitar.
Aku tahu perang antar klan semakin serius. Dimana semakin banyak mereka kehilangan, akan semakin keji cara mereka membalas.
Benci mengatakannya, tapi klan ku sama saja dengan yang lainnya.
Tidak ada yang baik atau buruk dalam perang ini. Semua hanya ingin melindungi rekan mereka yang berharga, dan orang-orang yang mereka cinta, lalu membalas atas semua yang telah hilang dari mereka.
Dan saudaraku yang selalu memanjakan ku seringkali tidak terlihat lagi. Mereka terlalu fokus pada menguatkan diri mereka, atau meratapi kematian rekan kami yang telah mati.
Melihat para saudara yang telah menjadi suram, mengingatkan ku pada kehidupan ku yang dulu.
Tidak ada senyum tulus, tidak ada tawa ceria, tidak ada obrolan bahagia. Kami .... terlihat seperti keluargaku di kehidupan sebelumnya. "Hidupmu, hidupku, urus hidupmu dan jangan ganggu aku." Persis seperti itu.
Setelah ditenggelamkan dalam kolam penuh madu, perasaan pahit ini sangatlah menggangu.
Aku ingin kami seperti dulu!
»» ------- ►
Selama beberapa tahun terakhir ini pertentangan batinku terus berlanjut. Akibat dari memikirkan banyak hal sebelum kelahiran kembali ku, namun sebanyak apapun aku berusaha untuk tenang, hanya ibu lah yang dapat membuat ku berpikiran jernih.
"Perang membuat kita kehilangan banyak hal, tapi ingat. Jangan pernah menyalahkan orang lain dalam kehidupanmu, sebab orang yang baik membuatmu bahagia, orang jahat membuatmu belajar, dan orang yang terbaik membuatmu mengingatnya. Tidak ada yang bisa disalahkan, karena kami saling berusaha untuk menjatuhkan, jadi tidak ada yang bisa dibenarkan dalam situasi ini, dan inilah takdir shinobi kami."
Aku tidak tahu kenapa, dan alasan apa yang membuat ibu sampai mengatakan hal tersebut, tapi–
Semua yang dikatakan olehnya itu benar, selama ini aku selalu menyalahkan semuanya kepada keluarga ku dan orang-orang yang membuli ku.
Sepertinya aku masih berpikiran sempit bahkan setelah terlahir kembali.
Jika saja aku tidak lari dan mengurung diri. Mau mencoba berbicara pada keluarga ku serta menjadi diri sendiri tanpa menahannya. Mungkin, mungkin saja kami tidak akan seperti orang asing sepenuhnya.
Seandainya aku mau mengalah dan menceritakan masalahku pada mereka, mungkin mereka akan membuatku pindah sekolah untuk membuat awal yang baru.
Seandainya .... .... ....
Tidak, tidak ada kata seandainya, kini semua hanyalah masa lalu.
Aku tidak mau lagi hanya diam dan kabur, aku tidak mau lagi lari dan menghindari semuanya.
Aku akhirnya dapat menyadari bahwa aku tidak perlu menahan diri. Aku sudah diberikan kesempatan untuk memulai awal yang baru, karena itu, kesalahan ku dulu, aku tidak boleh mengulanginya lagi.
Melepaskan semua beban di hatiku, aku telah membuat langkah awal perubahan dalam kehidupan ku.
»» ------- ►
Berlari sekuat tenaga, aku mencari keberadaan saudaraku.
Tidak peduli siapapun yang ku temui, aku hanya ingin segera bertemu dan memeluknya, karena hal yang masih ku sesali adalah, tidak berusaha mendekati keluarga ku di kehidupan ku sebelumnya lebih dulu. Jadi sekarang, aku akan berusaha menggapai mereka tanpa ragu.
Dan dengan keberuntungan, aku langsung menemukan sosok yang akrab.
"Ooooh~ nii-sama !" Aku melompat dan meluncur bak roket menuju Tobirama-nii yang tidak siap.
"Ap-apa !? Ada apa !?" Tobirama-nii bicara dengan terbata-bata.
Dia pasti terkejut karena tindakanku yang tiba-tiba, tapi siapa peduli.
" Ne~ Aku bosan~"
"Sach-i ?"
"Apa nii-sama sibuk?"
"Tidak, aku baru saja selesai–"
"Kalau begitu ayo memancing !" Tanpa menunggu Tobirama-nii menyelesaikan ucapannya, aku langsung menarik tangannya dan berlari menuju sungai.
"Oi ! Dengarkan saat orang sedang bicara."
Aku tahu dia kebingungan, tapi mari kita berpura-pura tidak ada yang terjadi.
Menyeret Tobirama-nii yang masih mengawasi ku, aku terus berpura-pura bodoh dan hanya tertawa.
Meski aku mengatakan berpura-pura, tapi tawaku tulus datang dari lubuk hati terdalam.
Setidaknya aku memiliki kesempatan untuk berubah, dan tidak ada yang lebih baik daripada ini, pikir ku.
"Kamu baik-baik saja ?"
"Tentu saja ! Aku sangat bahagia sekarang !"
"Apakah ada sesuatu yang telah terjadi ?"
"Tidak juga. Hanya saja, kau tahu~ aku tidak lagi ingin berpura-pura menjadi anak yang tenang, kalem, dan penurut. Inilah aku yang sebenarnya, sangat berisik dan tidak sopan, bukan ?" Aku memeluk tangannya dan bersandar padanya dengan manja.
"Tidak. Kamu terlihat lebih hidup. Sebelumnya, aku merasa kamu lebih seperti boneka yang menunggu seseorang untuk menarik string nya. Bahkan tidak pernah mencoba menerima pendekatan dan menaruh jarak di antara kami. Tapi, ku rasa sekarang hal itu sudah hilang."
"...... Benarkah ?" Jeda waktu terjadi karena aku terlalu terkejut dengan bagaimana Tobirama-nii menggambarkan ku.
"Ya."
Setelah beberapa saat keheningan diantara kami, aku kembali bertanya.
"Kamu tidak terganggu dengan aku yang sekarang ? Nii-sama selalu suka ketenangan, bukan?"
"Tidak masalah."
"Jadi tidak masalah jika aku terlalu banyak bicara ?"
"Lakukanlah sesukamu."
Serius !?
Jika begitu, aku tidak akan menahan diri lagi.
Meski lawan bicara tidak terlalu responsif, aku sangat bersemangat untuk menceritakan banyak hal.
Aku adalah orang yang sangat sulit untuk diam, tapi selama ini aku selalu memilih untuk berbicara seperlunya saja. Aku tahu bahwa terkadang lebih baik diam daripada menjelaskan apa yang kita rasakan, karena menyakitkan ketika mereka hanya bisa mendengar tapi tak bisa mengerti apa yang kita keluhkan.
Ditambah lagi, dengan kemungkinan bahwa aku mungkin akan menyakiti orang lain karena terlalu asik berbicara, membuatku semakin ragu untuk menghubungi orang lain setelahnya, yang hanya membuatnya menjadi lingkaran setan sebagai akhirnya.
Setelah perjalanan yang cukup lama, kami pun tiba di tempat Tobirama-nii biasanya memancing.
"Tunggu. Kita saja tidak membawa alat pancing atau bahkan kail ! Lalu mau dengan apa kita memancing ?!" Tobirama-nii meneriaki ku, yang saat ini dengan polosnya tertawa karena kurangnya persiapan kami yang mendadak.
"Ya...... Sepertinya persiapan kita memang kurang."
"Apanya yang kurang, kita bahkan tidak membawa apapun. Setidaknya persiapkan berbagai hal sebelum menyeret paksa seseorang bersama mu !"
"Kasarnya ! Aku sudah mempersiapkan mental ku sebelum mengajakmu memancing, aku bahkan sudah bersiap untuk dimarahi !" Jawabku marah dengan tangan terlipat di dada.
"Kamu sudah siap untuk dimarahi oleh ku, tapi kamu sendiri bahkan tidak ingat membawa alat pancing bersama mu !?"
Dan percekcokan antara kami pun berjalan cukup lama. Hingga akhirnya, setelah merasa bosan mendengar ceramah dari Tobirama-nii yang super lama, aku pun melompat ke sungai dengan gerakan indah, dan tanpa beban membawa saudaraku bersama juga.
BYURR ....
"SEN.... JU.... SA.... CHI.... KO !"
"Hahahahaha........ Ini menyenangkan......."
"Apanya !? Kita berdua basah kuyup sekarang !"
"Hei~ nii-sama. Kamu terkadang terlalu kaku, kau tahu ? Cobalah untuk bersenang-senang sesekali. Kamu akan cepat tua jika terus begitu."
"Mana mungkin aku bisa......."
Meski Tobirama-nii menjawabnya dengan suara yang lirih, aku masih dapat mendengarnya dengan sangat jelas.
Melihat ini, aku tidak memerlukan penjelasan apapun, dan langsung tahu, bahwa dia pasti merasa tanggung jawab sebagai anak dari pemimpin klan, atas semua yang terjadi sekarang. Hal itu menggerogotinya, dan memaksanya untuk menanggung beban di punggungnya yang masih kecil itu.
Terlebih lagi, kematian banyak anggota klan membuatnya menjadi keras pada orang lain, dan lebih keras pada dirinya sendiri. Dia ingin semua orang menjadi lebih kuat agar korban jiwa tidak semakin meningkat.
Lalu, di sisi lain, dia memaksakan diri untuk menjadi kuat dan dapat diandalkan sebagai anak langsung dari pemimpin klan, yang membuatnya tidak bisa bersantai dan menjadi semakin suram seiring waktu berjalan.
Jangankan untuk bersantai, makan dengan ketenangan pikiran saja tidak bisa dia rasakan, karena banyaknya jumlah luka menyakitkan yang dimiliki di tubuhnya.
Menahan rasa sakit dari itu semua pasti sangatlah sulit.
Sungguh .... ....
Ini benar-benar tak tertahankan !
✦ * ͙ * ❥⃝ ∗ ⁎.ʚɞ.⁎ ∗ ❥⃝ ** ͙✦
Comments
Post a Comment