06. Menjadi Semakin Dekat Dengan Saudara




Memikirkannya sekarang, semua yang telah dialami oleh anak-anak di masa perang ini, praktis menjadikan masa lalu suram ku tak layak disebutkan.

Tapi .... disini, aku yang dulu hanya selalu memilih melarikan diri dan menyerah, justru mendapatkan kesempatan untuk bahagia dan berubah.

Betapa tidak adilnya ini bagi mereka, pikirku.

"Hey~ nii-sama. Keinginan mu memang baik. Tapi ne.... kamu tahu, terus-menerus menempatkan beban pada diri sendiri yang tidak seharusnya kamu pikul, itu terlalu kejam, dan cenderung membuatmu lebih mudah mengalami masalah psikologis yang serius. Jadi, cobalah untuk mencintai dirimu sendiri. Ok ?" 

Aku bukanlah pakar psikologi, dan mungkin saja ucapanku tidak akan didengarnya, karena itu diucapkan oleh seorang anak yang dirasa tidak tahu apa-apa, tapi.... ini tidak seperti aku membuat ku tinggal diam dan melihatnya saja.

"Kamu tidak mengerti, itu karena aku–"

"Anak pemimpin klan !" Selaku, "tapi, lalu apa ? Kenapa kamu harus menyiksa diri sendiri karena hal ini ? Bukankah kamu juga memiliki hak untuk bahagia dengan hidup yang kamu miliki ?"

Tanpa sadar, setetes air mata jatuh dariku, dan suara yang sebelumnya tegas, kini terdengar agak serak dan sedikit tercekat. "Hidupmu milikmu, bukan milik siapapun, jadi ku mohon, setidaknya, hargailah hal ini."

"Sachi.....?"

Aku bergerak semakin dekat dan memeluknya dengan erat, memberikannya pelukan yang mungkin tidak pernah diberikan oleh siapapun di keluarga karena selalu melihat dan menganggapnya sebagai orang dewasa, dan bukannya anak-anak yang juga memerlukan perhatian, cinta, dan pengawasan.

"Kamu..... kamu terlalu banyak memikirkan orang lain, cobalah menjadi sedikit egois dan berusaha menjalani hidup dengan bahagia. Aku tidak meminta mu untuk berhenti berlatih, atau berhenti menjadi shinobi karena itu tidak mungkin, tapi.... hanya saja....."

"Aku tahu..... tidak perlu kamu teruskan lagi." Sebelum aku menyelesaikan ucapanku, Tobirama-nii sudah memotong kalimat ku.

"Maaf, aku terlalu banyak bicara."

"Tidak apa-apa, terimakasih telah berbicara demi kepentingan ku. Aku sangat senang."

Bahkan jika Tobirama-nii mengatakan itu dengan niat baik, ini sama sekali tidak membuat ku merasa bahagia. Aku sadar betul bahwa aku terlalu ikut campur dalam urusannya, dan mungkin sekarang aku telah membuatnya merasa terganggu dan bahkan risih padaku.

"Kalau kamu memang ingin aku bahagia, mudahnya, bawa aku saat kamu sedang akan bermain, atau apapun itu. Lagipula, aku sendiri tidak tahu harus apa di waktu luang ku selain berlatih dan membaca, jadi......"

Apa ini....!?

Tobirama-nii ingin aku mengajaknya bermain ?

Seorang anak yang seharusnya bertahun-tahun lebih muda dariku sebelum aku terlahir kembali, mengatakan bahwa dia tidak tahu cara bersantai seperti seorang normal, yang membuat hati nurani ku terasa sakit sekali.

Setelah beberapa saat, aku akhirnya memutuskan untuk melepaskan semua sifat kekanak-kanakan yang selama ini selalu ku simpan sebagai orang dewasa, karena aku ingin menjadi adik ceria yang bisa membuatnya merasa bahwa setiap hari tidak lagi terasa membosankan baginya.

Aku akan melakukan apapun yang kusuka, dan mengajaknya untuk tertawa bersama.

Aku tidak tahu baik atau tidaknya keputusan yang ku ambil. Terlebih lagi aku sadar, jika aku sampai terbawa suasana dan merasa terlalu nyaman karena menjadi sangat bebas tanpa kekangan, pasti akan memberikan hasil yang baik namun condong ke buruk.

Aku akan menjadi bocah tidak dewasa, yang seperti tidak pernah mengalami pahitnya hidup.

Aku takut menjadi bocah konyol, ceroboh, dan tidak masuk akal.

Aku.....

"Sachi......"

"Ah Ya......!?" Tobirama-nii memanggil dengan lembut, namun berhasil membuyarkan lamunanku.

"Aku senang dengan kamu yang sekarang. Aku tidak tahu apakah ini kamu yang sebenarnya atau bukan. Tapi..... tolong jadilah diri sendiri tanpa perlu menahan diri."

"Eh.... Bagaimana jika nanti aku hanya akan merepotkan semua orang !?"

"Jika memang kamu akan membuat masalah, atau tidak sengaja membuat masalah, aku yang akan mengurus semuanya untukmu. Aku juga akan selalu bersamamu, selalu, jadi, jika kamu hampir melewati batas toleransi, maka aku akan segera menghentikannya sendiri."

"Nii-sama..... kenapa kamu sampai seperti itu untukku?"

Tobirama-nii menjentikkan jari telunjuknya ke dahiku. Terasa sakit, namun penuh perasaan memanjakan yang aneh.

"Tentu saja karena tugasku, adalah untuk menjaga adik perempuannya yang sudah dengan susah payah menarik saudaranya yang kesepian. Aku senang dengan tugas ku itu."

Saudaraku .... Dia ....

"Sekalipun merepotkan ?"

"Ya..... sekalipun merepotkan, aku sangat senang."

Merasa buram karena air mata yang menggenang, aku memejamkan mata dan merasakan sesuatu sedang mengalir tanpa henti-hentinya dari arah sudut mataku. 

Tobirama-nii yang sedang mengawasi ku menangis sampai sesenggukan, pun mengulurkan tangannya untuk membantu menghapus air mata dengan ibu jarinya.

Inikah rasanya memiliki seorang, seperti di anime yang hanya bisa ku banyangkan .....?

Aku..... aku benar-benar manusia paling beruntung di dunia.

Aku melompat untuk memeluk Tobirama-nii dengan penuh cinta, namun di saat yang indah ini, kakiku yang payah justru tergelincir, dan aku pun dibuat jatuh oleh gravitasi yang menarik ku ke permukaan bumi.

Tapi sebelum hal itu terjadi, aku berusaha meraih Tobirama-nii dengan harapan untuk menjaga keseimbangan. Namun, alhasil, justru celananya lah yang terpegang olehku, dan kami pun berakhir dengan terjatuh bersama.

Ah~

Kejadian ini terasa sama persis seperti di anime yang pernah ku lihat sebelumnya, dan ya~ itu benar, celana Tobirama-nii yang tidak sengaja terlepas olehku tadi, entah bagaimana, hanyut terbawa derasnya arus air.

"..........."

Tunggu !

Aku bisa jelaskan !

"............"

Tidak .... Sepertinya ku tidak bisa menjelaskan ....

"SACHIKO......" Bak suara hades memanggil, Tobirama-nii kini secara ajaib memiliki sosok oni di belakangnya.

"Ya!"

"APAPUN YANG TERJADI, KITA HARUS MENDAPATKAN CELANA ITU KEMBALI. JIKA TIDAK.......KAMU AKAN MENYESALI INI, CAMKAN ITU !!!"

"Ayay kapten !!!!"
( ̄ ^  ̄) ゞ

"SEKARANG AYO PERGI !!!!"
(▼ へ ▼ ) σ

"HAI !!!!!"

Dengan penuh perjuangan bak prajurit dalam perang hidup dan mati, kami kehilangan jejak target seperti itu telah ditakdirkan oleh dunia ini.

Je– jelas kami lebih hebat dari orang biasa pada umumnya, bahkan kami juga terlahir dari sepasang ninja terkuat di klan. 

Tapi, kenapa !? 

Kenapa kami bisa kehilangan celana, yang jelas-jelas tidak sulit bagi kami untuk mendapatkannya !?

Kenapa .... ?

"Ah......... Tamatlah sudah riwayat ku." Memandangi air sungai yang mengalir deras, aku hanya bisa mendesah panjang atas ketidakberuntungan ku, atau Tobirama-nii, tergantung dari sudut pandang mana kamu melihat kejadian ini.

Hiks~ suasana indah tadi benar-benar telah hilang.

Meski air sungai terasa dingin. Seperti sebuah keajaiban bagiku bisa berkeringat di saat yang seharusnya sejuk ini.

"Sachi...... pergilah kembali ke rumah, dan bawakan aku celanaku. MENGERTI !?"

"Baik. tunggu sampai aku kembali."

Urat di dahi Tobirama-nii seperti akan meledak, namun dia tetap berhasil menahan emosinya, dan kembali ke ketenangan default dari Senju Tobirama.

"Memangnya aku bisa pergi dengan kondisi seperti ini ?"

Menerima perintah dari Tobirama-nii, tanpa basa-basi, aku pun langsung berlari pulang dengan tergesa-gesa.

Lari ... Terus berlari .... Dan berlari tanpa henti ...

Begitulah kira-kira seharusnya ....

Tapi .... tanpa kusadari, aku tersesat, dan aku baru ingat, bahwa sejak dulu, aku telah menjadi pasien buta arah stadium akhir yang sudah tidak lagi dapat diselamatkan.

Hiksa ....

Aku lupa bahwa Tobirama-nii lah yang menuntun ku sampai ke sungai.

Ini .... ini kacau ....

"Benar, jika sudah terlanjur tersesat, lebih baik berlarian sampai menemukan jalan kembali !" 

Jangan salah, meski terdengar tidak masuk akal, tapi ini adalah cara yang telah ku dapatkan saat aku tersesat di labirin sebelumnya, walaupun aku yakin bahwa 99% aku berhasil karena keberuntungan. Tapi bukan Nike namanya jika tidak memiliki keberuntungan yang besar. 

Aku sangat percaya diri dengan keberuntungan ku.

[1 jam yang tersia-siakan]

"Ah....... kacau...... aku benar-benar tidak berharap ini akan terjadi."

Bahkan baju yang awalnya melekat di tubuhku karena basah pun sudah kembali kering.

Bagaimana dengan kabar Tobirama-nii ? 

Semoga martabatnya masih terjaga dengan baik.

Setelah lelah berlarian, aku akhirnya memilih untuk berjalan santai sambil menunggu staminaku pulih kembali.

Tapi ....

Suara dari ayunan pedang telah berhasil menarik perhatianku.

"Tch.... masih kurang"

Mengikuti suara samar-samar dari seseorang yang mengayunkan pedang, yang saking kuatnya sampai-sampai telah menimbulkan suara yang tajam, aku mendekat dengan cara mengendap-endap.

"Menyebalkan....."

Hanya mendengar saja aku tahu betapa frustasinya orang itu dari nada ucapannya.

"Jika ini terus berlanjut. Aku hanya akan terus menjadi beban."

Hmm .... .... ?

Suara ini, kan ....

Kawarama-nii. Apa yang sedang dia lakukan ? Pikirku sambil terus berjalan menuju sumber suara.

peek | ू ・ ᷄ω ・ ᷅)

Mengintip dari balik pohon.

Ternyata dia sedang berlatih. Tapi tidakkah dia tahu bahwa ini waktunya untuk beristirahat ? 

Tidak, tentu saja dia tahu.

Lagipula, meski ayah cukup keras dalam melatih para saudaraku, ayah selalu memberikan kesempatan bagi mereka untuk istirahat tepat waktu setiap menjelang sore hari.

Mendongak melihat langit yang berwarna jingga, aku menggelengkan kepala sambil mengawasinya.

Jika ini diteruskan ....

CRASK.....

Kakiku menginjak ranting bodoh yang entah sejak kapan diletakkan disana.

-Σ( ゚Д ゚||| )-

"Siapa di sana!"

Sign (* ' Д `) = з

Oh wahai kaki yang tidak bisa diandalkan, haruskah kau membuat suara sekarang!?

Setelah sadar tidak mungkin lagi bagiku untuk bersembunyi, aku pun melambaikan tangan padanya dan muncul dari balik pepohonan.

"Ini aku nii-sama."

"Sachi ? Kenapa kamu ada disini ?"

"Ceritanya panjang. Singkat cerita, aku tersesat."

"Begitu...... Lagipula kamu jarang sekali keluar, jadi apa boleh buat."

"Ia.... ini bukan berarti ingatanku yang buruk atau apa~" ╮(^▽^)╭

"........" ( '_ゝ`)

Agak tersinggung dengan ekspresi wajah yang dibuat oleh kawarama-nii, aku tersenyum setulus rubah yang memasuki kandang ayam.

"Kenapa ?" (*^▽^*)ゞ

"Tidak ada !"

Seperti telah merasakan bahaya, Kawarama-nii menggelengkan kepalanya dengan mati-matian.

Dan setelahnya, dia menggaruk kepalanya dan bergerak dengan tidak nyaman sesekali. Ini hanya menunjukkan betapa canggungnya kami.

Karena terlalu lama tidak bersama, ku pikir ini cukup normal.

Tapi, mendengar apa yang dikatakannya tadi, hanya membawa perasaan tidak enak dihati.

"Nii-sama...... kupikir kamu terlalu berlebihan."

Aku mengambil tangannya dan melanjutkan.

"Lihat ! Luka lama yang baru berkeropeng bahkan belum sembuh, tapi sudah bertambah luka yang baru !" 

ヽ (o' 皿 ′ o) ノ

"Ini tidak menyakitkan. Sungguh, aku sudah terbiasa." (;^ω^)

Lalu, dia meringis kesakitan saat aku mengelus telapak tangannya dengan lembut. (눈‸눈)

"Jangan berbohong, tidak ada luka yang tidak terasa sakit. Kamu harus membiarkan lukanya sembuh terlebih dahulu, dan jangan berlatih terlalu berlebihan, bagaimana jika ini berefek buruk di masa depan !?"
୧ (๑ • ̀ᗝ • ́) ૭

"Hehehehe...... baik...... aku mengerti, terimakasih Sachi."

"Ah..... eh.... uh.... Itu.... .... Ti– Tidak seperti aku peduli. Aku hanya kesal melihatnya. Hmph .... !!!"

Kyaaaa .... !

Sangat memalukan sekali .... Apa-apaan 'hump' ala tsundere barusan !?

Aku jadi gelagapan, itu semua karena kawarama-nii tiba-tiba memberikan senyuman yang sangat manis padaku.

Aigo .... .... Hati wanita tua ini tidak tahan dengan kelebihan gula.

"Dan juga.... jangan berusaha menanggung beban terlalu banyak, kita sekarang masih anak-anak, hanya cukup bagi kita menjadi kuat untuk menjaga diri sendiri. Kematian anggota klan yang lainnya bukanlah kesalahan kamu, aku, atau mereka, tapi karena keegoisan manusia. Tidak perlu terlalu banyak memikirkan hal semacam itu, ini hanya akan berakhir merugikan diri sendiri."

"Hahaha..... ia.... ya..... Sachi selalu memberiku kalimat yang sangat ingin kudengar. Kenapa aku belum memikirkannya, apa karena omongan orang-orang padaku ?"

Orang-orang ?

Ah .... .... mereka ....

Para bajingan yang menganggap dirinya sendiri sebagai yang paling benar !

"Apapun yang kamu lakukan, akan ada saja orang disekitar yang tidak suka atau tidak setuju denganmu. Alih-alih menjadi apa yang mereka inginkan, cobalah menjadi sosok yang kamu mau. Karena apapun yang terjadi, akan selalu ada orang-orang anomali yang tidak akan pernah bisa merasa puas pada mu."

Lagipula itulah yang sebelumnya terjadi padaku.

Lalu, akhirnya Kawarama-nii pun berhasil dibuat tersenyum olehku, tapi untuk beberapa alasan, dia tiba-tiba memalingkan tubuhnya dariku sebelum akhirnya berteriak keras sekuat tenaga.

"Untuk sekarang aku akan kuat untuk diriku sendiri, tapi setelah dewasa nanti aku bersumpah akan menjadi berkali-kali lebih kuat untuk melindungi keluarga kita. Tidak perlu bagiku menjadi pahlawan atau juru selamat, karena yang paling penting adalah menjaga orang-orang yang selalu ada di sisiku. Sachi, kamu adalah saksi dari sumpah ku ini. Jangan sampai lupa !!"

"Ya... aku menantikan mu untuk membuktikan itu padaku !"

Mungkin kawarama-nii tidak menyadarinya, tapi aku bisa melihat air mata yang menetes meski berada di balik punggungnya.

Aku senang, akhirnya dia memutuskan untuk menjadi apa yang dia mau tanpa terus menerus terjerat dalam omongan orang luar.

Semoga ini bisa terus berlanjut .... ....

Tapi, sebelum itu, aku teringat akan sesuatu.

Karena kami mengobrol cukup lama, aku sampai-sampai tanpa sengaja telah lupa perintah yang ku dapatkan dari Tobirama-nii yang kehilangan kebebasannya.

"Ah....... habis sudah, ini kacau...... aku tidak juga datang membawakan celananya tepat waktu. Aku pasti berakhir jika kami bertemu !"

"Apanya ?" Kawarama-nii bertanya dengan ragu.

"Itu........"

Aku menceritakan apa yang sebelumnya terjadi, dan reaksi Kawarama-nii seperti sedang melihat makhluk malang di pinggiran jalan.

Jangan lihat aku seperti itu. Aku juga sudah tahu aku tidak akan berakhir dengan baik setelah ini !

Kamu hanya membuatku semakin takut .... ....

"Jika aku memukul kepala Tobirama-nii, apakah dia akan menjadi amnesia dan melupakan episode memalukan tadi....? .... Huh .... Ada apa ?"

Dengan wajah pucat, Kawarama-nii menunjuk kearah belakang ku dengan arti yang sangat jelas.

Aku tahu ini seringkali terjadi dalam anime atau komik komedi. Yah, jujur saja itu agak lucu, dan terkadang cukup untuk membuatku tertawa.

Tapi, setelah akulah yang menjadi sasaran target lelucon ini. Akhirnya aku memutuskan bahwa ini tidaklah lucu sama sekali !

Sepertinya bahkan takdir tidak begitu menyukai ku.

Aura hitam di balik punggungku ini, bahkan tanpa perlu menolehkan kepala, aku sudah tahu persis dari mana asalnya itu.

"Ho~ ingin memukulku? Disaat aku menunggu seseorang tertentu sepanjang waktu, ternyata orang itu sedang duduk santai sambil merencanakan hal jahat dibelakang ku

"Ho~ ingin memukulku? Disaat aku menunggu seseorang tertentu sepanjang waktu, ternyata orang itu sedang duduk santai sambil merencanakan hal jahat dibelakang ku........." Dia mengucapkan kalimat itu sangat lambat dengan gigi terkatup.

Ini sudah berakhir, sepertinya aku tidak akan bisa lagi bermanuver.

"Tapi.... nii-sama bagaimana caranya kamu mendapatkan celana itu ?" Aku menunjuk kepada celananya yang bersih dan terpakai dengan rapih.

"Itu...... kami berdua bertemu dengan Tobirama yang sedang berdiri di tengah sungai dan........" Hashirama-nii ragu-ragu untuk melanjutkan kalimatnya.

"Intinya kita mengkhawatirkannya dan bergegas untuk membantu." Itama-nii melanjutkan kalimat Hashirama-nii yang tidak lengkap.

Karena masalahnya sudah diselesaikan dengan baik, kenapa kita tidak melupakannya saja.

Aku akan meminta maaf lalu .... ....

(╬ ಠ 益 ಠ) !!(;゚ロ゚ノ)ノ

Ah ....

Melihatnya yang berekspresi sedemikian rupa, hanya membuktikan bahwa permintaan maaf saja tidak akan cukup.

"Heh...... tidak ku sangka kamu bahkan belum mulai melarikan diri sekarang, dan malah masih asik mengobrol."

Oh ... Ia ..... Itu benar ....

Mendapatkan pencerahan. Tanpa pikir panjang aku langsung melarikan diri.

Lari !

Lari untuk hidupmu !

Aku melakukan hal yang seharusnya aku lakukan !

Ini semua demi hidupku, aku terus mengulangi kalimat itu didalam hati tanpa henti.

Yah .... .... hanya saja aku lupa bahwa Tobirama-nii berkali-kali lipat lebih cepat dari ku.

Jadi bahkan jika aku berlari dengan kecepatan penuh, aku masih tersusul.

Fuck .... .... .... !!!

Wajahnya lebih menakutkan daripada ibu yang tahu ayah meminum sake hingga mabuk. 

Serius .... apakah ini efek dunia anime ? Bahkan wajahnya bisa berubah menjadi oni.

"Gyah................"

Dalam waktu singkat, dengan mudahnya aku tertangkap dan diangkatnya di kerah bagian belakang bak menggendong anak kucing yang tanpa perlawanan.

"Gomen'nasai............" 。:゚(;' Д' ;)゚:。

#

#

#

(side story)

Dihadapan ku sekarang ada semangkuk penuh nattō, dan disampingku aku disambut dengan senyuman ramah dari oni.

"Selama kamu menghabiskannya, kamu bisa pergi."

"Betapa oni yang ramah" pikirku, dengan air mata imajinatif yang mengali dari sudut mata ku.

"Nii-sama sangat baik. Dia sangat perhatian, mengawasi ku memakan nattō ini sampai habis demi kesehatanku."

Akhirnya aku benar-benar menangis sambil memakan nattō yang lengket sampai habis, dan tentu saja dengan pengawasan Tobirama-nii sangat sipir tercinta.

"Aku tidak ingin melakukan ini lagi." Pikir ku dalam diam.

✦ * ͙ * ❥⃝ ∗ ⁎.ʚɞ.⁎ ∗ ❥⃝ ** ͙✦


Bab sebelumnya 

Daftar bab 

Bab berikutnya 

Comments

Popular posts from this blog

24. Hanya Hari-hari Biasa 2

23. Seseorang Yang Bisa Memberikan Rasa Nyaman

01. Detektif Conan