03. Reinkarnasi
Kegelapan memenuhi seluruh pandanganku, terlalu gelap sampai terasa menakutkan.
Tapi perasaan hangat yang menyelimuti seluruh tubuhku terasa sangat aman dan nyaman, membuatku merasa seperti telah meninggalkan semua rasa sedih dan penderitaan yang telah ku lalui.
Aku tidak lagi peduli apa yang terjadi setelahku terjatuh, jatuh di ketinggian seperti sebelumnya hanya bisa memiliki akhir pasti, yaitu kematian.
Bahkan jika aku berhasil hidup, toh aku juga akan tetap mati karena leukemia, jadi sama saja.
Jika kamu bertanya kepada ku "apa aku tidak memiliki penyesalan ?" Maka akan ku jawab "punya !" Aku mempunyai terlalu banyak penyesalan.
Lalu kenapa aku tidak lebih berhati-hati dalam bertindak ?
Maka setidaknya mati ku tak akan berakhir terlalu menyedihkan.
Sigh~
Tapi mari kita lihat sisi baiknya.
Aku sekarang berada di tempat dimana aku bisa merasakan ketenangan yang selalu ku inginkan.
Ini tempat istimewa yang tidak bisa lagi ku tinggalkan.
"Mungkinkah ini hadiah yang selalu ku inginkan, tempat dimana tidak ada lagi emosi negatif yang menggangu kejiwaan dan merusak hidupku ?"
Aku penuh dengan ekstasi, memikirkan bahwa aku akhirnya dapat lepas dari dunia itu.
Setelah memikirkan banyak hal, aku terus menerus tidur tanpa mengenal waktu.
Secara mengejutkan, aku tidak merasakan perasaan lapar ataupun keinginan duniawi seperti buang air yang seharusnya dimiliki oleh setiap makhluk hidup.
Jadi sudah jelas, aku pasti telah mati.
Waktu pun berlalu begitu cepat sehingga aku bahkan tidak bisa merasakan bosan samasekali. Meski mungkin alasannya karena aku hanya tidur terus sepanjang waktu.
Tapi tidak masalah, lagipula aku tidak memiliki hal apapun yang perlu dilakukan.
Saat aku puas dengan keadaanku sekarang, akhirnya takdir muak dengan kemalasanku dan merusak semua kebahagiaan ini, dengan cara membuat bencana melanda tempat tinggal ku sekarang.
Benar-benar sebuah tragedi ....
Tempat yang tadinya nyaman, menjadi begitu bermasalah. Dinding lembut di sekitar telah menghimpit tubuhku, memaksaku untuk terdorong menjauh dari zona aman yang selama ini melindungi ku.
Aku menggeliat untuk menghentikan dari terdorong lebih jauh, namun setelah mendengar suara teriakan wanita yang begitu kesakitan, kegiatan ku pun terhenti sesaat karena terkejut, dan sayangnya sebelum aku sempat bereaksi, secara cepat aku berakhir tersedot keluar dari tempat tinggal ku.
Sinar yang begitu terang benderang menembus kelopak mata dan menusuk tajam ke dalam retina mataku.
Ukh !!!
Mata malang ku kini menjalani proses menyakitkan demi membiasakan diri pada sinar yang telah lama tidak ku lihat.
Dan tiba-tiba, tanpa peringatan apapun–
PUK .... PUK .... PUK ....
Seseorang memukul punggungku.
"Oe .... Oe .... Oe ...."
Ba*****n ini terasa menyakitkan !
Lalu, akhirnya aku pun menyadari bahwa suara jeritan wanita tadi telah tergantikan oleh suara keras tangisan bayi, yang dimana situasi ini terasa begitu familiar.
Rasanya seperti baru saja dilahirkan.
Deskripsi yang terasa mirip seperti buku bertema reinkarnasi ini terasa seperti manga yang sering kali ku baca di setiap kesempatan.
Jika memang aku bereinkarnasi, maka aku hanya berharap bahwa aku tidak terlahir dimana dunia berputar pada ganre harem, reverse harem, gore, ecchi atau hentai.
Masih lebih baik aku menjadi villain di novel otome game, daripada harus seperti yang ku sebutkan satu-persatu tadi.
Itu praktis mimpi buruk !
Setelah aku akhirnya telah dimandikan dan di bedong, seseorang yang membawaku pun menaruhkan ku di pelukan hangat orang lain yang terdengar dari suara nafasnya, dia pasti sangat kelelahan.
Ngomong-ngomong, dia seharusnya adalah ibu ku, kan ?
Tunggu sebentar ....
Aku tidak yakin kenapa aku, seorang anak yang baru saja lahir bisa langsung mendengar dengan sangat jelas, apakah ini normal ?
"Butsuma-san, dia gadis yang manis dan cantik....." Ucap wanita yang seharusnya adalah ibuku, sambil memeluk dan menepuk-nepuk lembut tubuh kecilku.
Meski tidak terbiasa, tapi aku tidak keberatan karena ini terasa nyaman.
Tepukan lembutnya berbeda dari yang sebelumnya, ini menenangkan saraf-saraf tegang ku, bagai sihir yang membuat ku tenang dan mengantuk.
"Kamu benar.... dia.... perempuan...."
"Tunggu, ada apa dengan reaksi mu itu. Kamu keberatan dengan aku melahirkan anak perempuan ku !?"
Iya, benar bu .... marahi dia ....!
Apa yang salah dengan aku menjadi perempuan ?
Ini diskriminasi gender !
"Bukan, bukan itu maksudku. Hanya saja di dunia yang seperti sekarang." Pria tua itu berhenti bicara tanpa menyelesaikan kalimatnya.
Tunggu, memang ada apa dengan dunia ini ?
"Butsuma-san. Apa kamu pikir anak perempuan kita lemah ? Dia adalah anak kita berdua, dia pasti akan menjadi anak yang kuat terlepas dari jenis kelaminnya. Percayalah pada anakmu dan aku."
Terimakasih bu atas pernyataan yang sangat mengharukan itu, tapi ini terasa sedikit menjadi beban, karena aku adalah anak yang tidak terlalu atletis di kehidupanku sebelumnya.
Jadi, kembali ke pokok pembahasan utama. Lalu saat ini, apakah aku telah terlahir kembali ke zaman perang ....?
Mendengar bahasa mereka, seharusnya aku berada di jepang, tapi di zaman apa ?
Jika ini zaman edo, bisakah aku bertemu Chikage kazama dan Hajime saito ?
Bwahahaha .... Bodohnya aku, jika bisa pun pasti tidak akan sama seperti yang ada di anime. Bagaimanapun, pria tampan pada zaman dahulu hanyalah mitos, karena standar kecantikan telah berubah seiring berjalannya waktu.
Apalagi mengingat jenis potongan rambut jambul tradisional Jepang yang dikenakan oleh samurai pada periode Edo ....
Hiks .... Air mataku ....
Bahkan pria tampan pun akan kehilangan 90% ketampanan mereka dengan gaya rambut semacam itu !
"Sebagai pemimpin klan, tidak peduli apakah dia perempuan, atau laki-laki, jika dia kuat, aku harus membawanya ke medan perang. Sudah sangat menyakitkan membawa putra ku ke situasi hina itu, menurut mu bagaimana perasaanku yang juga harus membawa putri ku bersama juga.... ?"
Huh .... ?
"..... maksud mu !?"
Bagus bu, aku juga ingin menanyakan hal yang sama.
Membawa perempuan ke medan perang ?
Apa kamu bercanda !?
Bagaimana jika aku di jadikan budak s*x jika tertangkap !?
"Aku tidak ingin dia kuat. Bagaimanapun jika putriku kuat, maka aku harus membawanya ke medan perang. Tapi meski begitu, disisi lain aku sebenarnya tidak ingin putri ku menjadi lemah, karena itu berbahaya bagi masa depannya. Aku ingin dia kuat dan dapat hidup dengan nyaman tanpa harus menderita rasa sakit dari perang ini. Sayangnya situasi yang ideal itu tidaklah ada."
"Kamu sangat baik Butsuma-san, aku mengerti, tapi..... kamu bukan satu-satunya yang merasakan perasaan itu. Perasaan ini pasti muncul di benak setiap orang tua lainnya, dan kita sebagai orang tua hanya dapat berusaha mengajarkan kepada anak-anak kita cara bertahan hidup dan menjadi shinobi yang kuat, itu adalah bentuk cinta paling tulus orang tua yang dapat kita berikan. Juga, dengan ini kita memiliki lebih banyak lagi alasan untuk berusaha bertahan hidup selama mungkin untuk mereka, anak-anak kita."
"Ayako...."
Ini .... atmosfer ini sekarang menjadi terasa begitu berat.
Memusatkan pendengaran ku ke sekitar....
Yap !
Sangat sepi, hanya suara nafas kami bertiga yang dapat ku dengar.
Mereka pasti langsung melarikan diri setelah suasananya menjadi tidak nyaman.
Dasar egois !
Setidaknya bawa aku bersama kalian juga !
Hm ....!?
Tunggu, apa tadi dia baru saja mengatakan shinobi ....?
Sebentar ....
Butsuma ....
Butsuma .... Terdengar familiar. Dimana lagi aku pernah mendengar nama itu sebelumnya ....?
Butsuma .... .....
Aku sangat yakin bahwa aku benar-benar pernah mendengar nama itu !
Mungkin karena berpikir begitu keras, aku tidak menyadari bahwa wajah bayiku telah berkerut dengan sangat buruk.
"Ya ampun, bahkan wajah berkerutnya juga manis. Hashirama pasti bahagia, dia selalu meminta adik perempuan padaku."
Bu~ ya ampun, filter mu. Bayi baru lahir jelas terlihat jelek seperti anak monyet, mana mungkin aku–
Eh ....?
Hashirama .... ....!
Senju Butsuma, ayah dari senju Hashirama dan Tobirama.
Naruto ....!
Aku bereinkarnasi di anime Naruto.
Ini .... Wow ....
Aku sampai tidak bisa berkata-kata.
Mendapatkan informasi yang berguna, aku terus memusatkan pendengaranku pada suara ayah yang sedang serius bercakap-cakap dengan ibu, untuk memastikan bahwa aku tidak salah dengar.
Dan disinilah peran penting otakku yang memiliki kapasitas standar beraksi.
Suara itu !
Meski hanya keluar sekitar 1 atau 2 episode, aku secara cepat mengingatnya dengan baik.
Itu suara pria tua bangka menyebalkan yang telah memarahi dan memukul Hashirama kecil !
Terkadang yang paling tidak di sukai justru yang paling mudah di ingat. Contohnya Danzo, bahkan jika pita suaranya rusak dan dia kesulitan bicara, aku masih akan mengenal suara makhluk yang paling di benci di anime naruto !
"Jadi bagaimana jika kamu menamainya dulu ?" Saran ibu dengan nada cerianya.
Nama ku ....
Nama ....
Aku akan mendapatkan nama baru ....
Mengingat arti setiap nama dari para saudaraku, kegembiraan sebelumnya dengan cepat mereda.
Jangan bilang namaku akan menjadi bagian dari elemen eksterior rumah !?
Dengan waspada, aku memperingatinya dengan kejam dari lubuk hati terdalam. "Awas saja jika kamu tidak memberikan nama yang bagus untukku. Aku akan menggutukmu mengalami kebotakan Ayah sialan !"
"Baiklah...."
Suara langkah pria itu ...... Uh ..... Ayah ..... mendekat, lalu meraih dan memelukku sambil menatapku erat-erat, yang meski aku masih belum bisa membuka mata, aku bisa tahu dari rasa merinding yang tiba-tiba muncul. Hal ini sudah terjadi sejak sebelum aku mati, dimana bulu kudukku akan berdiri setiap kali ada yang memandangi ku tanpa aku bisa melihatnya dalam waktu yang lama, akibatnya aku berjuang untuk membuka mata lebar-lebar demi dapat melihat sedikit siluetnya agar rasa tidak nyaman ini bisa cepat menghilang.
"Bagi ku, putri kita telah menjadi harta paling berharga di keluarga kita, maka aku berharap bahwa harta kami ini tidak akan menderita dan hanya merasakan kebahagiaan. Konyol memang jika dipikirkan, tapi namanya juga orang tua, aku ingin anak kita bahagia lebih dari apapun. Sachiko .... Aku ingin menamainya, Senju Sachiko."
"Senju Sachiko." Suara ibu terdengar penuh sukacita mengulang nama itu.
"Kamu juga setuju dengan nama itu, Ayako ?" Tanya ayah dengan nada seperti meminta persetujuan.
"Ya, itu nama yang indah !" Ibu pun segera menjawab dengan tegas bahwa dia setuju pada nama ini.
Setelah mendapatkan persetujuan ibu, ayah yang sebelumnya hanya berbicara dengan nya pun beralih padaku.
"Bagaimana Sachi, kamu suka nama mu ?"
Ah .... Bagaimana ya ....
Tanpa sadar air mata membasahi pipiku. Campuran rasa bahagia dan terharu, memberikan kelegaan karena mereka tidak mengharapkan ku untuk menjadi sesuatu yang telah mereka tentukan.
Sachi ....
Dia memberikanku nama tanpa mengharapkan ku untuk menjadi pintar, hebat, atau sempurna. Dia hanya ingin aku merasa .... bahagia ....
Mungkin ....
Mungkin, meski kesan pertama kali yang kudapatkan darinya cukup buruk, dia tidak akan seburuk apa yang ku bayangkan.
Juga, mengingat bahwa itu semua hanya ku lihat dari balik layar kaca, seharusnya aku tidak menghakiminya hanya dengan alasan itu saja.
Ini dunia nyata, bukan anime.
Mereka manusia, bukan sekedar guratan tinta di atas kertas, dan mereka juga adalah keluargaku .... Yang sekarang.
Aku tertawa dan menggenggam jarinya yang diarahkan padaku.
Nama ini, aku menyukai. Terimakasih ayah.
✦ * ͙ * ❥⃝ ∗ ⁎.ʚɞ.⁎ ∗ ❥⃝ ** ͙✦
Comments
Post a Comment