12. Detektif Conan




[ Ophelia : "Bukan kebetulan, dan bukan pula kutukan. Benih Yangdrasill lah yang seharusnya bertanggung jawab atas anak itu yang selalu berhasil menuju tempat bermasalah sepanjang waktu." ]

Semua orang : "Seperti yang diharapkan. Ternyata memang benar."

[ Layar menjadi gelap, dan suara terengah-engah serta langkah kaki dari seseorang yang sedang berlari terdengar.

Lalu wajah Kudo Shinichi pun diperlihatkan.

Dengan ekspresi panik namun tegas, disertai keringat yang membasahi seluruh tubuhnya, pemuda itu dengan erat memeluk seekor anak serigala hitam, yang anehnya, juga memasang ekspresi yang sama dengan orang yang sedang membawanya.

Beberapa jam sebelumnya.

Kudo Shinichi dan Mouri Ran yang sedang mengobrol riang sambil berjalan-jalan biasa, tanpa sengaja menyaksikan beberapa pria sedang menculik seorang anak, dan kedua remaja yang terkejut dengan kejadian yang begitu cepat hingga lupa bereaksi, dengan nekad, berusaha untuk mengejarnya sampai ke hutan.

Mereka benar-benar lupa bahwa di situasi ini, menghubungi polisi adalah apa yang harusnya orang normal lakukan pertama kali di awal.

Lalu ....

Shinichi : "Hati-hati ! Ran !"

Monster yang tiba-tiba muncul tanpa peringatan, datang mendekati mereka dan langsung berusaha menyerang.

Tapi, berkat tubuh yang atletis dan kuat, Mouri Ran berhasil menghindar, dan bahkan masih sempat untuk mencoba menyerang balik meski tidak bisa membuat kerusakan yang cukup berarti pada lawan.

Monster ini adalah monster hitam yang mirip slime dalam game. Namun bedanya, jika slime adalah monster lemah di kebanyakan permainan, maka slime ini setara dengan monster level boss yang tingkat serangannya mampu merobohkan pohon dalam satu pukulan. ]

Satoru : "Sepertinya mereka tidak begitu mempercayai polisi. Bahkan dalam situasi yang berbahaya pun mereka tidak mencoba untuk mencari bantuan dari pihak berwenang."

Yaga : "Satoru !"

Kisa : "Itu sangat kasar, Gojo-senpai."

Tim kepolisian yang merasa marah pada tindakan dua remaja yang nekad itu, belum saja sempat melampiaskan emosi mereka dengan menegur anak-anak bandel, malah dibuat semakin geram oleh kalimat kasar yang sangat menyinggung dari sang penyihir terkuat di dunia jujutsu.

Polisi : "Apa yang salah denganmu !? Apa kami pernah menyinggung mu !?"

Kogoro : "Ran. Ingatlah untuk menelpon polisi lebih dulu jika berada di situasi seperti itu."

Ran : "Aku tahu, ayah."

[ Kudo Shinichi mendapati dirinya dalam situasi yang paling membingungkan. Di sampingnya berdiri teman masa kecilnya, Mouri Ran, dengan gagah berani menghadapi gumpalan lendir hitam yang meliuk dan menggeliat yang terus berusaha menangkap mereka.

Ran : "Shinichi! Mundur!" Seru Ran, suaranya diselingi oleh kelelahan.

Gadis ini telah bertarung lama melawan monster itu, nyaris tidak berhasil menghindari sulur-sulur lengketnya yang mencambuk seperti lengan makhluk yang putus asa.

Shinichi : "Maaf, Ran."

Meski dia atletis dan cukup lincah, namun dia memang tidak sehebat Ran yang merupakan atlet taekwondo bersabuk hitam.

Setelah merasakan menjadi beban untuk pertama kalinya, pikiran analitisnya pun berpacu.

Shinichi : "Kita butuh rencana. Aku akan mengalihkannya. Aku punya... beberapa ide."

Saat dia menepuk-nepuk sakunya, seperti dugaannya, ponsel itu mati, setelah diserang oleh slime sebelumnya dalam pertikaian mereka.

Namun, ia tidak sepenuhnya tidak punya sumber daya.

Di saku lainnya, ia mencari-cari beberapa peralatan kecil yang dia bawa untuk memperbaiki konsol game temanya sebelumnya, sepasang kabel, dan baterai lama.

Itu sudah cukup.

Ran : “Shinichi, jangan! Kau tidak bisa mendekat ke sana begitu saja!”

Teriak Ran, mencoba menariknya kembali, tetapi tekad di mata Kudo Shinichi yang pikirannya sudah menyelami dunia fisika dan kimia, menepis tangan terulur gadis itu.

Shinichi : “Percayalah, Ran. Aku akan membuat sesuatu yang bisa mengusirnya !”

Meski dia tidak sehebat dokter Agasa, namun dia sudah belajar banyak darinya dan cukup mahir.

Jadi ....

Dia sangat percaya diri saat ini !

Dengan tergesa-gesa, ia berlutut di tanah, dan mulai mengerakkan tangannya.

Slime itu menerjang ke arahnya, tetapi Kudo Shinichi yang sudah mulai bisa membaca gerakan monster itu dengan cepat menghindarinya.

Ia buru-buru menghubungkan kabel ke baterai, rencananya terbentang di benaknya seperti cetak biru. Dia telah membaca tentang frekuensi resonansi di buku pelajaran sekolahnya, teknik yang dapat dia gunakan untuk menciptakan getaran yang dia harap mampu membuat makhluk itu gelisah.

Shinichi : "Oke, tidak ada yang terjadi !" Gumamnya.

Melepas penutup belakang ponsel, dia menggunakan layar sebagai detonator darurat sambil juga melilitkan kabel dalam lingkaran longgar di sekitar baterai dan peralatan.

Tujuannya: membuat bom sonik.

Ran : "Shinichi, semakin dekat !"

Teriak Ran yang ketakutannya terlihat jelas saat dia mengayunkan lengannya, dengan ahli menghindari sulur yang melompat mendekat dengan mengancam.

Shinichi : "Tunggu sebentar !"

Dia berkonsentrasi, memasang kabel ke layar dan mengatur semuanya dalam urutan waktu yang kasar.

Shinichi : "Sesuai tanda ku, kita berdua langsung lari !"

Udara berderak saat dia mengaktifkan perangkat itu.

Shinichi : "Tiga... Dua... Satu... Sekarang !"

Mereka berdua berteriak serempak : "Mundur/Hati-hati !"

Layar berkedip, dan dengan dengungan yang menusuk telinga, perangkat itu melepaskan frekuensi resonansi yang mengalir melalui udara seperti gelombang kejut.

Slime itu mundur, tubuhnya yang tak berbentuk bergetar seolah mencoba bergulat dengan kekuatan yang tak terlihat. Warna-warna lain di tubuh hitamnya yang seperti oli lama menari tak menentu, dan akhirnya berkedip hebat sebelum ambruk.

Shinichi : "Lari!"

Meraih pergelangan tangan Ran, mereka berlari cepat, tanah bergetar di belakang mereka saat muatan sonik secara efektif mendorong makhluk itu ke kedalaman danau didekat mereka, dan dengan satu percikan terakhir, lendir hitam itu menghilang menjadi ketiadaan.

Terengah-engah dan gembira, mereka ambruk ke rumput beberapa meter jauhnya, menyaksikan danau kembali ke keadaan tenangnya di bawah langit senja.

Namun kebahagiaannya mereka tidak bertahan lama, karena ....

Shinichi : "Ran !"

Pergelangan kaki gadis itu ditarik oleh tentakel slime lain yang transparan.

Ran : "Shinichi !"

Siapa sangka, mereka yang baru saja akan berhasil keluar dari hutan, kini terpaksa untuk masuk kembali.

Akhirnya, tanpa pikir panjang, Kudo Shinichi mengejar slime yang lebih cepat dari slime sebelumnya.

Keringat dingin membasahi tubuhnya, dan setetes keringat memasuki matanya. Entah apakah itu disebabkan oleh pedihnya mata karena keringat, atau rasa takutnya, pemuda yang selalu berusaha kuat itu pun mulai mengeluarkan air mata.

Setelah dengan mati-matian berusaha untuk berlari secepat-cepatnya, Kudo Shinichi pun berhasil menyusul, dan dengan panik mulai memukuli tubuh elastisitas slime yang memantulkan kembali pukulannya.

Shinichi : "Sial ! Sial ! Lepaskan dia !"

Melihat teman masa kecilnya yang mulai kehabisan nafas di dalam tubuh slime yang transparan, Kudo Shinichi mengambil batu didekatnya dan mulai menyerang secara gila-gilaan, tanpa menyadari bahwa tangannya sudah mulai mengeluarkan darah karena bagian yang tajam.

Lalu, seperti sebuah keajaiban, bagian tubuh slime yang terkena setetes darah itu terlihat mulai meleleh.

Shinichi : "Hah !?"

Meski tidak tahu apakah yang dilihatnya benar atau tidak, dia langsung menggores telapak tangannya dengan batu yang dia pegang dengan keras, hingga mengakibatkan darah lebih banyak mengalir keluar dari luka yang dalam.

Dan dengan sentuhan berdarah ditangannya, slime itu pun mulai memberontak, namun dia memeluknya lebih erat. Bahkan meski tentakel mencambuknya dengan keras hingga rasa sakit yang menyengat hampir membuatnya pingsan, dia tetap dengan keras kepala tidak mau melepaskannya.

Sampai ....

Shinichi : "...... Ran....."

Teman masa kecilnya, gadis yang disukainya, Mouri Ran, berhasil diselamatkan. ]

]

Bab sebelumnya

Daftar bab

Bab berikutnya

Comments

Popular posts from this blog

24. Hanya Hari-hari Biasa 2

23. Seseorang Yang Bisa Memberikan Rasa Nyaman

01. Detektif Conan