11. Detektif Conan




[ Meski Taluna dan Jinpei tidak begitu menyukai makanan manis, gadis elf itu tetap berusaha membuat makanan penutup yang memenuhi standar bangsawan dan menyajikannya pada teman lamanya.

Adonan putih tipis, membungkus selai stroberi dan buah persik segar, yang dicampur dengan susu kental manis yang lengket, dan memancarkan aroma yang menggugah selera dan lezat diudara.

Kue lembut berwarna putih dengan sedikit rona merah muda berbentuk rubah kecil langsung memikat hati wanita itu.

Gin memperhatikan saat Ophelia memegang rubah kecil itu di telapak tangannya dan melihatnya dengan hati-hati untuk beberapa saat.

Kemudian, setelah menelan rubah dari pantatnya, ia langsung memegangi wajah cantiknya, dan rona merah muda pun menghiasi pipi putihnya.

Pria itu mengangkat sedikit sebelah alisnya dan meletakkan rubah kecil di hadapannya ke depan Ophelia.

Ophelia : “Ara~ Terima kasih, Gin-chan~”

Pria berkulit gelap dan berambut pirang yang menguping dengan alat penyadap tercengang saat mendengar nama itu dari mulut wanita penyihir.

Beberapa saat sebelumnya.

Di toko pakaian, Furuya Rei yang merupakan agen badan kepolisian Jepang yang menyusup ke organisasi hitam, melihat Gin yang mengantar wanita penyihir dan menunggunya memilih pakaian. ]

Semua anggota organisasi hitam : "........."

Agen itu benar-benar dia ?

Gin : "Bourbon ! Aku sudah menduga itu !"

Polisi : "........"

Apakah misi rekan ini telah dinilai gagal ?

Teman-teman Furuya Rei : "........."

Tapi mereka sudah mati, jadi apakah masih ada harapan untuk membantu ?

Furuya Rei yang menjadi pusat perhatian akhirnya menjadi tenang, dan memberikan senyum menenangkan pada teman-temannya.

Tenang saja .... Bahkan jika aku memang ditakdirkan untuk segera menyusul kalian, aku tidak akan mati tanpa berjuang.

Namun teman-temannya yang tidak tahu apa yang pria berkulit gelap itu pikirkan, justru menghela nafas lega karena mengira teman mereka memiliki rencana cadangan.

[ Setelah berjuang keras untuk memasangkan alat penyadap pada sang penyihir yang sebenarnya tahu apa yang pria itu sedang lakukan, Furuya Rei pun terlihat bersandar ke dinding dan terlihat lega.

Bourbon : "...... Berhasil."

Tentu saja berhasil, lagipula Ophelia sengaja membiarkannya melakukan apapun karena penasaran.

Kilas balik berakhir, dan adegan kembali ke rumah Matsuda Jinpei.

Saat ini, Taluna melihat perbedaan gerakan antara sahabatnya dan wanita bangsawan dalam ingatannya, lalu memutar matanya.

Taluna : "Jika kamu ingin makan, katakan saja padaku kapanpun."

Mungkinkah dia masih bisa membuatnya kelaparan ?

Dia pasti akan membiarkan wanita rakus ini memakan banyak manisan hari ini !

Bahkan setelah memakannya delapan ratus buah pun dia tidak diizinkan untuk pergi !

Ophelia : “Ck ck Luna-chan, caramu memutar mata tadi sangat tidak mulia.”

Ophelia yang masih terpesona oleh manisnya makanan penutup yang dibuat oleh gadis elf itu, menutup mulutnya dengan tangan dan bergumam sambil mengunyah sisa tubuh rubah kecil yang lucu.

Taluna : "Lalu kau pikir mendecakkan lidahmu seperti tadi itu terdengar mulia ?"

Ophelia : "........."

Ok, mereka seri.

Matsuda Jinpei yang merasa bahwa percakapan tidak akan dimulai dengan benar oleh para wanita pun angkat bicara.

Jinpei : "Jadi. Apakah ada alasan khusus bagi nona penyihir untuk datang ke rumah kecilku ?"

Ophelia : "Ya. Karena Luna, aku hampir saja lupa tujuanku datang."

Taluna : "Hei !"

Ophelia : "Luna."

Melihat temannya yang tiba-tiba serius, tangan yang sudah bergerak untuk menampar bokong montok wanita itu pun berhenti.

Taluna : "Ada apa ?"

Ophelia : "Apa kamu masih ingat benih Yggdrasil ?"

Taluna : "Kamu menemukannya !?"

Ophelia : "..... Ya ....."

Meski dia bahagia karena benda penting yang dirampok akhirnya telah ditemukan, namun Taluna Trueseer merasa ada yang salah dengan Ophelia, dan mulai menebak-nebak.

Taluna : "Jangan bilang..... Dimakan oleh monster ?"

Ophelia : "Karena itu berada di perut, sepertinya tidak salah jika mengatakan bahwa benda itu telah dimakan, tapi sayangnya bukan monster yang memakannya."

Taluna : "Dari ras mana ?"

Senyuman Ophelia membuat jantungnya tiba-tiba berdetak lebih cepat, bukan karena terpesona atau apa, tapi hal ini disebabkan oleh rasa paniknya.

Ophelia : "Manusia."

Untungnya bukan ras jahat–

Tapi tunggu dulu ....

Informasi ini didapatkan Ophelia setelah mereka ke bumi, jangan bilang–

Taluna : "Manusia dari tempat ini !?"

Dia berusaha memastikan.

Lagipula, meski sedikit, di tempat mereka masih ada beberapa manusia yang bisa melakukan sihir, jadi semoga saja dia terlalu banyak berpikir.

Ophelia : "Ya."

Ternyata tidak.

Dia benar.

Taluna : "Kamu tahu betapa tidak mungkinnya ini !?

Melihat reaksi besar nona elf, Matsuda Jinpei menjadi semakin khawatir, dan dengan serius bertanya.

Jinpei : "Apa itu pohon Yggdrasil dari mitologi Nordik ?"

Ophelia : "Hm..... Mungkin tidak."

Sebagai elf pelindung pohon Yggdrasil, Taluna mengambil alih penjelasan.

Taluna : "Pohon Yggdrasil yang kami maksud adalah pohon dunia yang menjaga keseimbangan, dan penekan energi jahat yang dimiliki oleh para ras jahat. Ras jahat yang ku maksud bukan ras yang ada di the supreme realm, seperti vampir dan sejenisnya, melainkan monster-monster yang kerap datang ke bumi untuk membuat masalah belakangan ini."

Jinpei : "Apakah semua masalah ini terjadi karena bibit pohon Yggdrasil itu hilang ?"

Elf itu terlihat sangat merasa bersalah.

Lagipula, para elf lah yang seharusnya menjaga benih penting tersebut, tapi dia berhasil dirampok oleh monster dan berakhir kehilangannya.

Taluna : "Setengahnya. Lagipula, jika tidak ada yang melakukan ritual pengorbanan, gerbang tidak akan mudah dibuka." ]

Kudo Yusaku yang sudah khawatir, menjadi semakin khawatir.

Meski tidak disebutkan nama seseorang yang memiliki benih Yangdrasill diperutnya, namun dia atau bahkan mereka di bioskop dapat menebaknya, itu adalah Kudo Shinichi, putranya.

Yusaku : "Ya ampun..... Bagaimana bisa......"

Dia merasa seperti telah bertambah tua sepuluh tahun karena berita menggemparkan ini.

Dan disisi lain, sebagai seorang ibu, Kudo Yukiko merasa sangat patah hati karena tahu bahwa dia tidak bisa membantu meski dia mau.

Bagaimanapun, kekuatan manusia biasa itu terbatas, dan putranya memiliki sesuatu yang begitu berharga didalam dirinya, merupakan hal yang mustahil bagi anak itu untuk tidak terluka dan menjadi target dari banyak makhluk diluar sana yang menginginkannya.

Yukiko : "Kenapa harus Shinichi ?"

Mendengar bahwa anak itu telah berurusan dengan organisasi hitam saja sudah membuatnya sangat khawatir, namun belum saja masalah itu diselesaikan, takdir dengan kejamnya memberitahu bahwa musuh kini tidak hanya manusia saja.

Meski belum pasti, apakah putranya di duni ini juga memiliki hal yang sama dengan Shinichi di dunia itu, tapi tetap saja .... Dia tidak bisa mengabaikan kemungkinan terburuk yang mungkin saja terjadi.

Yukiko : "Sebagai ibu, aku hanya ingin putraku hidup aman dan sehat. Tapi kenapa hal itu terasa begitu sulit ?"

[ Taluna : "Nama ?"

Ophelia : "Kudo Shinichi. Dia detektif kecil yang menarik."

Mendapatkan penilaian sebagai menarik dari penyihir ini, jelas bukan hal yang baik, pikir Taluna.

Ophelia : "Dan sepertinya, ada pelayan Dewa jahat yang sudah memperhatikan anak itu sebelum aku."

Jinpei : "Apa dia baik-baik saja !?"

Ophelia : "Untuk saat ini, seharusnya anak itu baik-baik saja."

Taluna : "Ada apa ? Apa kamu mengenalnya ?"

Matsuda Jinpei mengangguk.

Jinpei : "Ya. Anak itu sering sekali terlibat dalam masalah, jadi aku beberapa kali bertemu dan akhirnya mengenalnya."

Jika dipikir-pikir lagi, agak aneh memang, memikirkan bahwa kebetulan dari setiap masalah terus terjadi disekitar pemuda itu, berulang-ulang lagi dan lagi hampir tanpa henti.

Rasanya .... Hampir seperti–

Jinpei : "Kutukan ?"

Mendengar kata kunci 'kutukan,' pria yang masih belum lama ini terkena kutukan, akhirnya menunjukkan ketertarikan pada percakapan mereka.

Ophelia : "Bukan~"

Taluna : "Lia...... Berhenti main-main, dan jelaskan apa yang kau tahu. Selengkapnya !"

Ophelia : "Baiklah~ baiklah~ jangan terlihat marah begitu."

Melihat elf yang seperti akan memulai pertarungan jika tidak segera mendapatkan penjelasan, penyihir pun mengangkat tangannya, membuat isyarat penyerahan.

Ophelia : "Dari pengamatan ku, para pelayan Dewa jahat itu justru menghindarinya.

Padahal mereka memiliki banyak sekali kesempatan untuk membunuh anak itu, tapi untuk alasan yang tidak jelas, mereka justru menghindar seperti takut pada sesuatu.

Benih Yangdrasill memang kuat, namun dia jelas hanyalah anak manusia biasa, dan terlihat jelas dia bahkan tidak tahu mengenai kehadiran benih di tubuhnya, jadi mengendalikan hal itu hampir mustahil.

Lalu .... Apa yang ditakuti oleh mereka ?"

Setelah mengucapkan kalimat yang panjang ini, Ophelia Delarosa menunjukkan ekspresi curiga dan ragu-ragu.

Taluna : "Persyaratan untuk melakukan ritual pemanggilan di perkumpulan aliran sesat itu adalah kekacauan, kematian, kebencian, dan......"

Ophelia : "Mempersembahkan anak-anak tak berdosa." ]

Edogawa Conan, atau Kudo Shinichi yang menyamar sebagai anak-anak, mengenang kembali setiap kasus yang pernah dia tangani.

Dari kekacauan akibat teroris yang kerap kali terjadi, kematian yang hampir bisa dia lihat setiap hari, dan kebencian dari para pelaku, hingga kasus penculikan anak yang masih belum bisa dia pecahkan, seperti sedang membenarkan kecurigaan kedua wanita di layar.

Dari kekacauan akibat teroris yang kerap kali terjadi, kematian yang hampir bisa dia lihat setiap hari, dan kebencian dari para pelaku, hingga kasus penculikan anak yang masih belum bisa dia pecahkan, seperti sedang membenarkan kecurigaan kedua wa...

Bab sebelumnya

Daftar bab

Bab berikutnya

Comments

Popular posts from this blog

24. Hanya Hari-hari Biasa 2

23. Seseorang Yang Bisa Memberikan Rasa Nyaman

01. Detektif Conan