08. Detektif Conan




[ Taluna Trueseer terlihat terus berlari kearah monster raksasa, sambil tetap membunuh para monster kecil disekitarnya yang keluar dari massa hitam tersebut.

Sesekali, dia akan membantu mereka yang tersandung dan terluka, meski demikian, gadis itu tidak menyerah untuk terus maju terlepas dari permohonan menyedihkan orang-orang yang meminta perlindungan darinya.

Baginya, dibandingkan melindungi beberapa diantara banyaknya manusia, mengalahkan monster yang membuat kekacauan ini jauh lebih penting, karena akan lebih banyak orang yang selamat jika monster itu sudah tidak ada lagi.

Mengabaikan keluhan orang egois yang baru saja dia selamatkan, Taluna menjadi semakin serius saat dia mulai semakin dekat dengan sang monster.

Namun, saat dia pikir dia perlu melakukan pertarungan yang berbahaya dan menegangkan dengan musuh, disaat berikutnya, dia melihat cahaya merah yang menyilaukan datang dari monster didepannya.

Cahaya yang tidak akan pernah bisa dilupakan olehnya.

Cahaya dari lingkaran sihir terlarang yang diketahui dapat membawa kutukan pada manusia ....

Kutukan mengerikan yang akan menghilangkan kesempatan makhluk manapun untuk mendapatkan kenyamanan dari akhir kehidupan dimana mereka bisa beristirahat dengan tenang.

Dan satu-satunya yang bisa menggunakan lingkaran sihir ini adalah–

Taluna : "Ophelia Delarosa...... Kenapa ?"

Ophelia : "Kamu sudah dewasa, Luna. Kamu sudah sangat dewasa, dan aku adalah satu-satunya yang tetap sama. Beberapa ratus tahun lagi, mungkin aku sudah tidak memiliki siapapun yang bisa diajak untuk mengenang masalalu lagi."

Taluna : "Jadi, kamu membiarkan seseorang dikutuk seperti ini !?"

Apakah sahabatnya ini akhirnya telah jatuh ?

Lalu beberapa saat kemudian, suara robek kan dan becek dari langkah kaki yang menginjak lendir, terdengar.

Dia menolehkan kepalanya kesamping bersamaan dengan Ophelia yang masih memasang senyum indah diwajahnya.

Ophelia : "Dia sendiri yang menginginkannya~"

Kebahagiaan terpancar dari wanita penyihir yang adalah sahabat baiknya.

Ini adalah jenis kebahagian yang dia bahkan belum pernah lihat darinya.

Taluna : "Lia..... Kamu...."

Namun kalimat sahabatnya sebelumnya terus terulang di kepalanya, dan elf yang baik hati, tidak bisa mengatakan apa-apa lagi. ]

Reborn : "Tidak ingin dikutuk seorang diri. Aku tidak tahu apakah harus mengatakan bahwa dia wanita yang egois atau menyedihkan."

Tsunayoshi : "...... Tapi..... tetapi ketika yang lain bertambah tua, dan dikuburkan di liang lahat, lalu menjadi satu-satunya yang tetap sama seperti sebelumnya, dan melihat orang-orang biasa di sekitarmu akan pergi satu demi satu, serta menghadiri pemakaman mereka satu demi satu. Dengan cara ini, mustahil bagi siapapun untuk tetap menjadi normal selamanya."

Jōno : Tidak menjadi jahat dan menghancurkan dunia mungkin adalah batasnya."

Tsunayoshi : "Tidak sampai seperti itu–"

Ōkura : "Dengar nak. Tidak perlu berusaha untuk membelanya, menjadi abadi adalah pilihan wanita itu sendiri, dan dialah yang mengutuk dirinya sendiri. Sejak awal, tidak ada yang pernah memaksanya melakukan ini."

Tsunayoshi : "Tapi..... Dia hanya ingin bertahan hidup....."

Ōkura : "Benar. Jadi dia harus menanggung akibat dari keinginannya. Jika dia bisa menerima kematiannya saat itu, dia pasti sudah beristirahat dengan tenang sekarang."

Mendengar apa yang dikatakan oleh Teruko Ōkura, Nicoline merasa kesal, sedih, sekaligus malu.

Dia kesal karena wanita itu mengatakan hal yang kasar, meski itu benar.

Dia sedih, karena dia hanya ingin bertahan hidup tetapi harus menanggung penderitaan yang sangat panjang.

Dan dia malu, karena ada sedikit perasaan ingin dikasihani yang tumbuh dihatinya, dimana dia ingin seseorang membelanya, tapi bahkan Sawada Tsunayoshi pun sekarang menutup mulutnya.

Dasar orang menyedihkan ....

Kau seharusnya tahu bahwa ini adalah hukuman, bukan tempatmu untuk bersenang-senang. Jadi, apa yang kamu harapkan ?

Nicoline : "Konyol sekali....."

[ Pria berambut perak panjang hingga ke pinggul, dan bermata hijau, menatap dingin pada dua wanita yang jelas-jelas bukan manusia–

Tidak .... Tunggu ....

Saat pengelihatannya semakin jelas, dan melihat wanita yang tidak memiliki perbedaan apapun dengan manusia, Kurosawa Jin mengubah sedikit pendapatnya.

Setidaknya, yang satunya jelas bukan manusia biasa.

Berjalan ke arah mereka sambil membersihkan sisa-sisa lendir hitam yang menempel di tubuhnya, Gin bertanya dengan santai.

Gin : "Diantara kalian berdua. Siapa pemilik suara itu ?"

Ophelia : "Aku~"

Berhenti melangkah, pria itu pun akhirnya mulai terlihat serius.

Gin : "Jadi, apa yang kau mau ?"

Ophelia : "Permisi ?"

Gin : "Tidak ada yang namanya makan siang gratis di dunia ini, bahkan jika ada, pasti ada maksud terselubung dibaliknya. Jadi, jangan coba-coba mengatakan bahwa kamu melakukannya karena iseng, aku tidak akan percaya pada alasan ini."

Dia bahkan belum memikirkan alasan, dan orang itu sudah memperingatinya di awal ?

Senyuman di wajah cantik Ophelia membeku saat itu juga. ]

Vermouth : "Huah~ dingin sekali Gin."

Gin : "Tutup mulut saja jika itu bukan urusanmu !"

Vermouth : "Benar-benar pria yang tidak bisa dicintai~"

Gin : "Hmph."

[ Ophelia : "Aku hanya ingin seseorang menemaniku. Apakah kamu percaya ?"

Tentu saja Gin tidak percaya. Lagipula, alasan macam apa itu ?

Melakukannya karena iseng jelas lebih bisa diandalkan ketimbang apa yang dia katakan barusan.

Ophelia : "Lagipula..... Kita abadi sekarang~"

Ophelia berjalan mendekati Kurosawa Jin yang masih agak jauh darinya, dan suara stiletto hitam yang membentur paving block, menghasilkan suara ketukan yang seirama dengan detak jantung si pembunuh berdarah dingin.

Terkekeh lembut melihat tubuh tegang pria itu, dia berhenti setelah hanya berjarak tiga puluh centimeter darinya, dan mulai mencondongkan tubuhnya sedikit, hingga keduanya menjadi semakin dekat.

Ophelia : "Lalu, sebagai sesama pemegang kutukan abadi, selalu bersama adalah hal yang sudah pasti, kan ?"

Apakah sahabatnya jatuh cinta pada pria itu ?

Atau apakah, ada yang istimewa darinya tanpa dia tahu ?

Taluna yang menjadi penonton, mulai berpikir secara acak.

Gin : "....... Ayo pergi dari tempat ini dulu."

Meski dia tidak bisa mempercayai alasan yang dikatakannya, untuk saat ini, biarkan dia bersama nya dahulu.

Cepat atau lambat, dia pasti akan tahu apa yang diinginkan wanita itu.

Ophelia : "Tentu~"

Lalu, keduanya pun berjalan pergi, dan gadis elf ditinggal seorang diri.

Taluna : "Tunggu ! Lalu bagaimana denganku ?"

Ophelia : "Kamu sudah memiliki kenalan di sini kan ? Pergilah bersama pria itu dulu !"

Sialan !

Kau meninggalkannya setelah memiliki seorang pria !?

Inikah yang dilakukan oleh seorang teman !?

Taluna : "Ophelia Delarosa...... Sa...... A..... !"

Sayangnya, yang menjawab teriakannya adalah orang lain.

Jinpei : "Apa yang kau teriakan ?"

Taluna : "Bukan apa-apa. Ayo pergi, aku akan mengikuti mu untuk saat ini !"

Jinpei : "Eh..... ? Ok....."

Meski tidak tahu kenapa, tapi dia merasa gadis ini sedang sangat patah hati. ]

Sonoko : "Bagaimana bisa dia meninggalkan elf yang imut itu demi..... Demi....."

Tatapan panas dan menusuk di belakang kepala begitu terasa hingga dia tidak berani meneruskan ucapannya.

Satoru : "Ayolah ! Jadilah berani dan teruskan !"

Tolong !!!

Suzuki Sonoko benar-benar sangat ingin sembunyi sekarang.

Suzuki Sonoko benar-benar sangat ingin sembunyi sekarang

Bab sebelumnya

Daftar bab

Bab berikutnya

Comments

Popular posts from this blog

24. Hanya Hari-hari Biasa 2

23. Seseorang Yang Bisa Memberikan Rasa Nyaman

01. Detektif Conan