19. Semua Menjadi Semakin Membingungkan
"Apakah kamu demam, Akari-san?" Setelah berpikir sebentar, Yuuji sepertinya justru semakin bingung daripada sebelumnya. "Apa kutukan bahkan bisa sakit ?"
Oh~ betapa adegan yang klise sekali ....
Mencubit diantara dua alisku, aku ingin memukul kepala bodohnya yang merusak suasana.
Bahkan jika aku manusia pun, memangnya ada jenis penyakit yang mampu membuatmu demam dalam sekejap ?
Betapa mengerikannya jika ada.
"Perubahan warna kulit ini hanya karena aku terlalu bersemangat, dan untuk menjawab kebingungan mu, kami kutukan tidak bisa terjangkit penyakit."
"Begitu ternyata."
Percakapan pun terhenti, karena tidak ada diantara kami yang cukup akrab untuk bisa berkomunikasi dengan normal, sampai akhirnya Yuuji berpamitan dan aku melihatnya pergi bersama Choso yang mengikuti dari belakang seperti sedang mengawal.
Menyisir rambut ku yang tergerai ke satu sisi, aku pun berakhir menjadi satu-satunya yang tersisa disana.
Bukannya aku tidak ingin mengikuti mereka, hanya saja ....
"Aku tidak akan diterima di manapun."
Aku bukan manusia, aku juga tidak memiliki ikatan yang erat dengan mereka.
Satu-satunya hubungan yang ku miliki dengan mereka, sebenarnya hanyalah hubungan satu sisi karena aku ingin menjadi salah satu dari orang-orang itu. Tapi pada akhirnya, mengingat jenis ku saat ini, aku tidak akan bisa bergabung.
Bahkan jika aku bersikeras untuk membantu, aku tidak tahu apakah mereka masih mau menerimaku setelah semua masalah mereda.
Jika itu Gojo dan partainya, mungkin saja, tapi manusia lain .... Aku meragukannya.
Manusia hampir tidak ada bedanya dengan binatang, bahkan ada teori yang mengatakan bawa manusia berasal dari binatang yang telah berevolusi.
"Kamu benar-benar tidak ada harapan, Akari."
Tiba-tiba suara yang akrab terdengar di ruangan yang sepi itu.
Mengingat sesuatu yang hampir terlupakan, aku pun merogoh saku ku dan mengambil jari yang sudah ku lapisi oleh segel sebagai media untuk berkomunikasi, lalu menjawabnya dengan gelengan kepala, dan berkata :
"Mungkin, aku merasa seperti sudah kehilangan arah. Tapi, bahkan setelah semua ini, aku masih tidak kehilangan harapan."
Tepat dihari aku berubah menjadi kutukan, sebenarnya aku telah berubah menjadi pasien dengan penyakit gangguan jiwa yang parah.
Aku harus bergelut dengan insting kutukan, dan energi ku yang berisikan kebencian, rasa takut dan jijik yang begitu melimpah setiap detiknya.
Bahkan menurutku, ini merupakan keajaiban bahwa aku masih bisa bertahan hingga sekarang.
Namun meskipun aku harus menderita seperti ini, aku tidak boleh sampai putus asa, karena begitu keinginan bertahan telah hilang, maka perjuangan ku selama ini akan berakhir sia-sia.
Bagaimanapun juga, aku tidak ingin hidup hanya untuk mati. Bahkan sebagai kutukan, selama aku masih hidup, aku tidak akan pernah membiarkan kehidupan ini menjadi hal yang tak berarti.
"Obsesimu telah berubah." Ucap Sukuna dengan suara yang mencela.
Obsesi ....
Aku langsung mengetahui bahwa dia sedang membicarakan keinginan Akari yang telah ku lihat sebelum aku berakhir di tubuh ini.
Yaitu, memberikan kutukan arti yang lebih dari sekedar hal yang perlu dimurnikan.
"...... Ya..... Lagipula setelah dipikir-pikir, itu terlalu mustahil."
"Dan kamu pikir, keinginanmu saat ini lebih mungkin terjadi ? Hah ! Betapa naif nya kamu......"
Sukuna .... Sungguh ....
Aku benar-benar membencimu ....
Tapi bukan berarti aku tidak bisa memahami pikiran dan perasaannya, karena dia pernah menjadi manusia lah yang membuatku tahu betapa benci dan jijiknya dia terhadap ras nya dulu.
"Mereka, para manusia yang lemah memiliki naluri berlindung pada yang kuat, apalagi di saat-saat yang berbahaya, mereka akan sangat bergantung pada pemilik kekuatan terkuat. Tapi, saat masalah berakhir dan tatanan sosial yang diatur oleh mereka berhasil di kembalikan, siapapun yang kuat akan menjadi duri di pihak mereka."
Ah .... ....
Aku tiba-tiba merasakan sedikit rasa perih di mata.
Berkedip dengan cepat, untungnya aku berhasil menggagalkan air mata yang hampir meluap, jika tidak, itu akan sangat memalukan karena perasaan ini sebenarnya bukanlah milikku, melainkan Akari asli yang sudah terlalu lama sendiri.
Apalagi mengingat bahwa setiap kata yang dia ucapkan sebenarnya adalah bentuk kepeduliannya pada Akari. Karena bagaimanapun juga, meski kejam dan tidak manusiawi, Sukuna dalam ingatanku telah memberikan perlakuan istimewanya hanya kepadanya, sang ratu laba-laba.
Bahkan aku sebagai orang luar pun tahu, bahwa tanpa disadari oleh Akari asli, yang lebih penting di hatinya sebenarnya adalah Sukuna itu sendiri, bukan manusia yang dicintainya lagi.
Jadi, penyesalan pasti ada. Air mata tadi adalah buktinya.
"Fufufu........"
"Akari, kamu– apakah kamu baru saja tertawa.... ?"
"Menurutku, senang sekali aku bisa bertemu denganmu lagi."
Mengingat energi kutukan yang menjadi semakin mudah untuk dikendalikan, aku benar-benar tidak menyesal telah mencuri jarinya, dan bahkan bersyukur karena berhasil membawa obat penenang Akari ini kembali bersamaku.
Serius ....
Ditambah lagi, siapa sangka raja kutukan akan sangat menyenangkan sebagai teman bicara.
Meskipun bukan akulah yang ingin diajak bicara olehnya ....
"Hah ?"
Dari nadanya, Sukuna mungkin mengira aku sudah gila.
"Aku tidak berbohong."
"Hmph ! Kamu bahkan tidak mendengarkan ku."
"Tidak~ tidak~ itu tidak benar, aku jelas-jelas mendengarkan mu dengan baik. Sungguh, aku sendiri juga tahu jika aku membantu, saat ini mereka mungkin akan menerimaku terlepas dari siapa aku, namun setelah semua masalah selesai, ras dan asal muasal ku akan selalu menjadi masalah. Tapi, aku masih ingin mencobanya, jadi maaf, dan terimakasih sudah peduli padaku."
"Tsk. Kamu terlalu banyak bicara."
Aku mengangkat bahu dan memberi isyarat tutup mulut.
"Mau kemana ?"
Menyadari bahwa aku telah bergerak pergi, Sukuna menjadi ingin tahu dan bertanya, menuntut ku untuk memuaskan rasa ingin tahunya.
"Mencari Inumaki."
"Bocah itu lagi ?"
"Un."
"Kamu tidak benar-benar mencintainya kan !?"
Menurut nada bertanya nya yang suram dan paranoid, aku punya alasan untuk curiga bahwa ini adalah keluhan dari ratusan tahun yang lalu, karena telah ditinggal sendiri oleh Akari yang putus asa karena kehilangan cinta.
"Ada apa Sukuna ? Kamu terdengar seperti kamu cemburu...."
"......."
"......."
Keheningan telah memberikan jawaban.
Jika itu salah, dengan sikap Sukuna yang ku ingat dan lihat selama kita berinteraksi, dia pasti akan menyangkalnya dan bahkan meremehkan ku nanti.
Tapi–
"Sukuna, kamu....."
"Jangan banyak berpikir. Aku hanya marah karena properti ku telah mendambakan pemilik lain."
Tidak terdengar seperti itu. Tepi tentu saja aku tidak akan pernah berani untuk mengucapkannya, lagipula aku belum mau mati.
Meski dia masih tersegel, dia tetap raja kutukan yang bahkan Gege Akutami telah memberikannya plot armor sebagai tambahan.
"Ngomong-ngomong, apakah kamu sudah tidak marah lagi ?"
Jurus pengalihan diaktifkan, dan target berhasil terpengaruh.
Ryomen Sukuna mengambil umpan, dan telah lupa pada pembicaraan barusan.
"Tsk. Sampah, aku sampai lupa hal bodoh apa yang telah kamu lakukan sebelumnya. Berani-beraninya kamu membiarkan antek-antek mu membawaku pergi !?"
"Tolong mengertilah, ada sedikit masalah di sarang ku saat itu."
"Bahkan jika memang ada masalah, kenapa kamu harus memberikanku kepada mereka, tidak tahukah kamu betapa itu mengganggu ku !?"
"...... Kamu mengkhawatirkan ku ?"
"Aku marah karena propertiku yang menjadi semakin memberontak setelah hanya tidur untuk beberapa saat !"
"Bukannya kamu suka jenis yang pemberontak ? Kamu sendiri yang mengatakan bahwa mereka yang dengan cepat pasrah menerima nasib itu membosankan ?"
"Ya, tapi itu tidak berarti kamu bisa seenaknya menjauhkan ku darimu !"
Dia ....
Semakin lama aku berinteraksi dengannya, semakin aku yakin akan atribut tsundere nya.
Meski ini hanya terjadi padaku .... Bukan .... Pemilik asli tubuhku, tapi tetap saja, aku merasa sedikit tersanjung entah bagaimana.
Apa apaan ini .... Ada yang salah denganku.
Namun sayang sekali, sebelum aku bahkan bisa bersenang-senang dengan menggoda Sukuna, aku telah bertemu raja iblis di sebrang yang sedang tersenyum padaku sambil berdiri dengan tangan terlipat di dada.
Crack ! Crack ! Crack ! Crack !
Suara gemeretak mengancam dari anak-anakku yang berkumpul, telah memenuhi seluruh tempat.
Bahkan sebelum pria itu mendekat, aku sudah membuat tornado laba-laba yang berputar-putar di sekeliling dengan aku sebagai pusatnya.
Aku sudah tidak perduli dengan manusia tak bersalah di sekitar, lagipula keselamatan masyarakat bukanlah kelemahan ku seperti Gojo Satoru.
Jadi, jika nyawaku, satu-satunya kehidupanku dalam pertarungan ini adalah taruhannya, maka aku lebih memilih untuk menjadi musuh para penyihir jujutsu alih-alih menggantungkan harapanku pada hal yang tidak pasti seperti manusia.
"Ayo bicara lagi nanti......"
Mengantongi kembali jari Sukuna, aku langsung mengambil bentuk tubuh sempurnaku sebagai pertahanan terakhir.
Secara bertahap, hanya dalam beberapa saat, aku menjadi sangat amat besar, bahkan sedikit lebih besar dari gunung fuji.
Namun hal yang ku banggakan dari tubuh ini bukanlah ukurannya yang besar, melainkan pertahanannya yang kuat.
Meski aku mengatakan tubuhku, namun nyatanya ini lebih seperti gundam yang terbuat dari kulitku yang telah terkelupas. Jadi, bahkan jika itu adalah Mahito, dia tidak akan bisa menyerang dengan menyentuh jiwaku melaluinya.
Akhirnya setelah semua persiapan ini, aku sedikit lebih percaya diri untuk bertarung dengannya .... Namun ....
Krack ! Splash !
Satu persatu anak-anakku dihancurkan olehnya, dan dia berlari mendekat dengan semua kutukan miliknya yang membukakan jalan.
Merasa kesal dengan kutu yang melompat-lompat, aku menyemburkan racun dan memasang jaring tajam yang langsung mencincang banyak sekali kutukan dari yang kecil hingga besar.
Masih merasa kurang, aku juga mengaktifkan segel pada tubuh setiap anak, yang memungkinkannya untuk meledak dengan gelombang ledakan kuat dan sangat beracun ketika terbunuh.
Namun, meski aku telah mengeluarkan semua kartu as ku, Kenjaku masih mampu mengakali hal tersebut. Dia yang tahu bahwa racun bersikap korosif pun mengambil keputusan untuk masuk ke dalam mulut kutukan miliknya, dan kutukan yang lebih besar akan menelan kutukan yang sebelumnya.
Terus menerus, dengan gigih bersikeras untuk datang, hingga aku terpaksa melihat adegan mengerikan dari kutukan yang muncul dan meleleh secara live tanpa henti.
Menjijikan sekali ....
"Akari......"
Di dalam tubuh laba-laba raksasa, aku terus mengamati dengan serius pertarungan yang terjadi, namun konsentrasi itu harus terganggu oleh suara kasar yang datang dari sakuku.
"Ada apa ? Aku sedang sibuk sekarang, ayo mengobrol lagi nanti setelah ini berakhir."
"Apa kamu benar-benar dia (Akari) ?"
Dengan suara "Deg" di dada yang mungkin telah menumbuhkan jantung di sana, aku nyaris kehilangan kendali atas tubuhku di pertarungan.
"Apa maksudmu ?"
Mengingat adegan Mahito yang berbicara pada dirinya sendiri sebelumnya, aku mulai khawatir ketahuan olehnya. Meski dia tidak ada saat bocah gila itu mengatakannya di depanku, tapi bisa saja dia mendengarnya melalui tubuh Yuuji.
"Apakah aku cukup beruntung untuk mendapatkan penjelasan ?"
"........ Aku yakin itu kamu, bahkan interaksi yang kita lakukan jelas sama seperti dulu. Tapi hatiku mengatakan bahwa yang berbicara denganku saat ini bukanlah dia yang selalu ku tunggu. Lalu ditambah dengan cara bodoh mu untuk bertarung...... Terlalu banyak yang terasa salah. Jadi, siapa–"
Saat Sukuna baru saja mau mengatakan "siapa kamu ?" Suara benturan hebat terdengar dari sisi atas tubuhku, disaat yang bersamaan, aku juga melihat bahwa sudah ada banyak sekali kutukan yang mulai menggerogoti ku.
Ini hanya lima menit !
Aku hanya terganggu selama lima menit !
Tapi arus laju pertarungan ini telah berganti arah dengan begitu cepat. Jika aku sebelumnya masih sedikit diuntungkan, sekarang aku telah berubah menjadi pihak yang sangat dirugikan.
Aku bahkan mulai mempertimbangkan rencana untuk bunuh diri.
Setidaknya aku hanya akan kembali memulai semua dari awal.
Tapi sayangnya sekarang aku tidak bisa !
Pertahanan ku terlalu kuat, dan jika aku menyerang diriku sendiri sekarang, ada 50% kemungkinan aku tidak akan langsung mati, dan justru berakhir dengan membantu lawan untuk menangkap diriku sendiri.
Ini jelas terlalu beresiko !
Saat bimbang dengan keputusan yang harus ku ambil, tiba-tiba firasat kematian datang, dan segala sesuatu di depanku seperti telah memasuki ritme gerakan lambat.
Sedetik kemudian, tiba-tiba aku teringat satu kalimat yang entah ku dengar dari mana, bahwa "keragu-raguan saat pertarungan sedang berjalan, hanya akan membawamu ke dalam kekalahan." Pria itu mengompres ku sang "Ratu laba-laba " dan meremasnya menjadi bola. Hingga akhirnya disinilah aku, di genggaman tangan pria b*****t yang sedang tersenyum penuh kemenangan, tanpa ragu membuka mulutnya lebar-lebar untuk menelanku.
Segera, aku merasa bahwa aku telah meluncur masuk dan harus pasrah menerima–
Eh !?
"Apa yang ?"
Mengangkat tangan ke depan dengan linglung, aku menyaksikan tangan indah yang selama ini ku banggakan telah menjadi transparan seperti roh dalam gambaran anime tertentu.
Setelah jujutsu kaisen, apakah ini saatnya aku berganti server ke animasi sebelah ?
⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘
Jangan lupa berikan komentarmu, dan sampai jumpa di chapter berikutnya.
⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘⫘
█║▌│█│║▌║││█║▌║▌║
Author note : Adegan perkelahian sangat sulit untuk ditulis, aku justru membuatnya menjadi terasa monoton dan cepat, aku patah hati.
Comments
Post a Comment