02. Saudara Kembar
Cling
Bunyi lonceng angin, membangunkan bayi kecil yang tidur di pelukan ibunya.
Kelopak matanya yang terbuka, memperlihatkan iris mata berwarna jingga kemerahan dengan cahaya kuning seperti matahari tenggelam.
"Apakah kamu sudah bangun ?"
Bibir merah muda kecil terbuka, namun pertanyaan 'Siapa ?' yang ingin bayi itu katakan, berubah menjadi gumaman yang tidak jelas apa artinya dan hanya berakhir menarik tawa bahagia pihak yang melihatnya.
"Benar-benar mata yang indah. Sayangnya orang-orang terlalu takut pada warna yang tidak biasa."
Dari arah belakang, sesosok pria dengan kimono Jepang yang rumit datang dan duduk di samping wanita itu, dan iris mata plum merah menatap bayi yang sedang berada di pelukan hangat ibunya.
Cling Cling Cling
Bunyi lonceng angin kembali terdengar, dan bayi yang sebelumnya diam mulai tertawa dengan suara yang sama indahnya seperti lonceng yang barusan terdengar.
"Dia sepertinya menyukai bunyi itu."
"Benar. Putri kecil kita bahkan sampai tertawa seperti ini."
"Matsumi, ku rasa aku sudah memiliki nama yang cocok untuknya."
"Benarkah Ogata-sama ?"
"Ya. Kibutsuji Mirei."
"Apakah itu Rei (玲) untuk suara gemerincing ?"
"Benar. Aku bersyukur karena dia akhirnya mau tertawa, setelah sejak lahir tadi pagi dia hanya menangis karena saudara kembarnya terlahir mati."
Seakan mengerti apa yang mereka katakan, bayi yang sebelumnya bahagia, kini terlihat sedih seperti dia akan menangis yang mengejutkan dua pasangan yang baru saja berbincang dengan penuh bahagia.
"Ap–apa yang terjadi ?" (Matsumi)
"Apakah ikatan dengan saudara laki-lakinya sangat erat, sampai-sampai dia kembali sedih hanya dengan mendengarnya ?" (Ogata)
Bayi, yang seharusnya tidak mengerti apapun saat dia masih dalam kondisi ini, sekarang sedang berpikir liar tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi.
Dia tidak mengerti, jelas dia tidak mengingat apapun, tapi dia sadar bahwa bayi seharusnya tidak bisa memiliki kesadaran seperti dirinya saat ini.
'Apakah aku..... Baru saja kehilangan saudara kembarku yang bahkan belum pernah ku temui ?'
Kesedihan yang mendalam memenuhi dadanya hingga tubuh kecil itu seperti merasakan sesak di bagian paru-paru terdalam.
Namun saat air mata baru saja menggenang, belum sempat dia menangis, tetesan air mendarat di pipi gemuknya.
Perasaan basah telah berhasil menghentikan tangisan yang baru saja mau dimulai.
"Matsumi, jangan menangis."
"Tapi, hanya beberapa jam lagi aku harus menerima kenyataan bahwa anakku yang lain harus dikremasi."
"Aku mengerti, tapi kita harus tetap kuat untuk putri kita."
Ogata yang tidak sanggup melihat istrinya menangis dengan begitu menyakitkan, mengambil alih putri mereka dan memeluk tubuh rapuh wanita tercinta.
Beberapa jam pun berlalu.
Suami dan istri yang saling mendukung satu sama lain merasa terganggu oleh suara berisik yang dibuat oleh para pelayan dikediaman saat suasana sedang penuh duka diantara mereka.
Namun entah apakah ini keberuntungan atau bukan, alasan dari keributan terjadi disebabkan oleh tuan muda yang dinyatakan mati saat lahir, karena tidak memiliki denyut nadi atau napas kini sedang meratap dengan keras.
"Ada keributan apa ini ?!"
Seorang wanita masuk kedalam ruangan dengan ragu-ragu, sebelum dia membuka mulutnya kembali dengan suara yang gemetar.
"Tuanku."
"Katakan !"
"Tuan muda hidup kembali !"
Saat kalimat itu jatuh, dua orang yang sebelumnya saling berpelukan untuk berbagi kenyamanan, langsung bergegas berlari dengan ekspresi serius di wajah mereka.
Mirei yang sama terkejutnya dengan semua orang, kini sedang digendong oleh pelayan yang mengikuti orang tuanya dari arah belakang.
'Apakah saudara kembarku sebelumnya mati suri ?'
Di ruangan yang kini penuh dengan orang, Mirei yang masih bayi dengan pandangan kurang jelas, bisa merasakan dengan sangat tepat dimana saudaranya meski pandangan yang begitu buram telah mempersulitnya.
Ikatan saudara mungkin memang benar adanya, bayi laki-laki itu menangis kembali seperti menyambut kedatangan saudara perempuannya.
Seakan tidak percaya apa yang terjadi, seluet wanita yang Mirei yakini sebagai ibunya, terhuyung-huyung mendekat ke arah saudaranya dan isak tangis wanita itu pun mulai menyatu dengan tangisan bayi yang lemah.
Tabib yang datang melihat pemandangan itu dan hanya bisa berdiri tertegun tanpa tahu apa yang harus dilakukan, sampai Ogata memarahinya karena tidak langsung memeriksa putranya dengan segera.
"Bagaimana ? Apakah putraku baik-baik saja ? Apa yang terjadi ?" (Ogata)
"Tuanku, Sejak berada di dalam kandungan tuan muda sudah sangat rapuh dan lemah. Jantungnya bahkan berhenti lebih dari beberapa kali ketika dia masih di dalam kandungan, hingga akhirnya dinyatakan meninggal setelah dilahirkan. Jadi, meski beliau telah hidup kembali dengan keajaiban, tubuhnya tetap sama tidak berubah."
Mendengar ucapan tabib, sepasang suami dan istri itu menjadi sangat sedih namun bercampur dengan sedikit rasa bahagia.
Walaupun mereka merasa bersalah atas kemalangan putra mereka yang harus hidup dengan tubuh lemah dan rapuh, mereka sangat bersyukur atas keajaiban yang terjadi. Setidaknya, mereka tidak harus kehilangan seorang anak.
Obat bisa dicari, bahkan jika tidak bisa diobati mereka bisa memberikan perhatian serta cinta menggantikan apa yang tidak bisa dia miliki.
Untuk urusan penerus, bisa dipikirkan nanti.
"Muzan." (Ogata)
"Suami ?" (Matsumi)
"Enam (六む, mu ) dan tiga (参さん, san ). 3 Juni hari putra kita lahir dan juga mati, hingga keajaiban membawanya kembali. Aku ingin itu menjadi namanya." (Ogata)
Sayangnya entah disengaja atau tidak, Muzan (無惨) juga berarti sengsara, menyedihkan, tragis, dan tanpa ampun.
***
Bertahun-tahun pun berlalu, dua bayi kembar yang sebelumnya hanya bisa menangis, kini telah tumbuh menjadi seorang anak.
Yang satu dijauhi karena warna mata dan rambut yang aneh, dan yang satunya lagi karena tubuh rapuh dan mudah sakit membuat orang terlalu takut untuk mendekat.
Akhirnya, dua anak itu pun berakhir tidak suka bertemu dengan orang asing dan hanya berinteraksi dengan keluarganya saja, menciptakan desas-desus yang semakin menjadi-jadi di kalangan masyarakat sebagai gantinya.
"Aniue. Apakah kamu masih membaca ?" (Mirei)
"Apa yang kamu mau ?" (Muzan)
"Aku. Aku hanya ingin bermain denganmu." (Mirei)
"Dan kamu pikir aku bisa bermain dengan kondisiku ?! Apa kamu sedang mengejek ?!" (Muzan)
"Aku..... Aku tidak bermaksud...... Aku hanya..... Maaf !" (Mirei)
Melihat adik perempuannya melarikan diri dengan sedih, Muzan tidak peduli dan hanya meneruskan kembali membaca buku yang sempat tertunda oleh gangguan saudarinya tadi.
Sepanjang jalan, Mirei melewati para pelayan tanpa memperdulikan mereka, dan hanya terus pergi ke taman belakang tempatnya biasa bersembunyi.
Melihat hal itu, para pelayan dikediaman tetap melakukan pekerjaan mereka tanpa terganggu sedikitpun, karena pemandangan dari saudara laki-laki yang membuat sedih adik perempuannya, telah menjadi pemandangan sehari-hari yang sering dilihat oleh para pelayan, dan hal itu telah membuat mereka menjadi terbiasa menghadapinya.
"Jelas tuan muda benci didekati, kenapa nona muda tidak pernah mengerti ?"
"Apa boleh buat, tidak ada yang mau dekat-dekat dengan orang yang memiliki rambut aneh dan mata yang menyeramkan seperti itu."
"Tapi, bukankah itu terlalu berlebihan, nona tidak pernah melakukan hal yang buruk sekalipun. Tuan dan nyonya juga sangat menyayanginya."
Disaat yang sama, tanpa para pelayang ketahui bahwa percakapan mereka telah didengar oleh orang yang paling berbahaya, hari kematian telah ditentukan.
Besoknya, gadis pelayan ditemukan mati tengelam di kolam.
❈•≫────≪•◦ ❈ ◦•≫────≪•❈
Note : sebenarnya Enam (六む, mu ) dan tiga (参さん, san ) adalah permainan kata, dan nama yang sebenarnya (無惨) berarti "sengsara, menyedihkan, tragis, dan tanpa ampun"
Note : sebenarnya Enam (六む, mu ) dan tiga (参さん, san ) adalah permainan kata, dan nama yang sebenarnya (無惨) berarti "sengsara, menyedihkan, tragis, dan tanpa ampun".
Karena aku merasa hampir tidak mungkin ada orang tua yang akan memberikan nama dengan arti semacam itu pada anaknya, jadi aku menggunakan permainan kata untuk menggantikan.
Dan untuk tanggal lahir, aku hanya membuat-buat karena tanggal lahir tepatnya Muzan tidak pernah diberitahu.
Comments
Post a Comment