35. Gadis Yang Tersesat
Pijaran matahari terbit bersinar dengan kilau keemasan, bersinar terang dan cemerlang menembus vitrase melalui jendela kaca.
Berbaring telentang di tempat tidur di kamar, gadis berambut merah muda berkedip perlahan.
Bulu mata tebal nan lentik bergetar perlahan, dan mata hijau giok nya yang indah terlihat dari celah kelopak mata yang masih setengah terbuka.
Kesulitan beradaptasi dengan cahaya yang menembus retinanya, gadis itu menggerutu kesal, dan bangun dari kasurnya dengan tujuan yang pasti, yaitu berjalan menuju kearah jendela yang menggangu tidur cantiknya.
Setelah semua tirai ditarik, dan tidak ada lagi cahaya yang bisa masuk ke dalam kamar, gadis yang mengira dia bisa kembali melanjutkan tidur, terkejut dengan suara ketukan keras yang disusul dengan teriakan dari teman terbaiknya.
"Feifei~!"
Gadis yang terlihat lesu, hanya bisa menghela nafas, dan berjalan keluar kamar.
"Tunggu sebentar ~"
Tempat itu adalah ruangan yang indah, dan terlihat dekorasinya sangat elegan dengan warna pastel kesukaan para gadis muda.
"Ouch !!!"
Langkahnya terhenti setelah kaki kecil dan lembut tanpa sengaja menginjak pecahan kaca yang tajam.
Menoleh ke arah kekacauan di lantai, gadis dengan darah di kaki dan pecahan kaca yang masih menempel diatasnya melihat dengan kesedihan di matanya.
Itu adalah foto yang terlihat seperti foto pasangan biasa, namun dengan bingkai dan kaca yang telah rusak parah.
"Sangat tidak beruntung di pagi hari."
Melepas pecahan kaca dari telapak kaki, gadis itu berjinjit untuk menghindari menginjak pecahan lainnya, dan melanjutkan perjalanannya menuju pintu utama.
Namun, baru saja membuka setengah pintu kayu, dia langsung mendapatkan tabrakan dari meriam biru di perut ratanya, dan dorongan yang kuat membuatnya terjatuh dengan bokong yang menyentuh lantai lebih dulu.
"Happy !!! Kamu pasti ingin membunuhku karena menghanguskan ikan mu beberapa hari yang lalu kan ?!"
"Jahat ! Padahal aku kemari karena mengkhawatirkan mu !!!"
"Ap-"
Belum sempat bertanya, dia merasakan tangan melingkari pinggangnya, dan suara wanita yang sangat dia kenal terdengar sama khawatirnya dengan teman kucingnya.
"Kembali ke guild dan lanjutkan pembicaraan lagi nanti. Sekarang kita semua harus berkumpul dulu !"
"Sebenarnya apa yang terjadi ?!"
"Langit ! Ada yang salah dengan langitnya lagi !"
"Lucy ?"
Melihat teman pirangnya yang digendong seperti karung sama seperti dirinya, dia yang tidak tahu apa-apa hanya bisa mendongak untuk mencoba mengerti apa yang membuat mereka semua takut.
Namun tidak ada yang istimewa selain pemandangan langit biru yang ditumpangkan oleh kotak-kotak berbagai warna yang berkedip-kedip sama seperti sebelumnya beberapa waktu yang lalu.
"Banyak monster berbentuk manusia yang muncul dan mengigit manusia lainnya. Semua sangat kacau sekarang."
"Apa maksudmu Erza ?! Mungkin nereka hanya orang gila-"
"Feifei !"
Suara wanita yang sebelumnya tenang dan membawa perasaan aman, seketika berubah.
"Setelah digigit, mereka bukan lagi manusia. Mereka hanya monster tanpa kesadaran !"
Setelah kalimat itu diucapkan oleh Erza, Xu Luofei akhirnya melihat secara langsung apa monster yang mereka takutkan.
Itu adalah manusia, setidaknya begitulah bentuk mereka, selain kulit mereka yang berwarna abu-abu dingin, pembuluh darah yang tampak bersinar kuning pucat, dan mata yang menghitam hingga hanya pupil mereka yang memperoleh sinar merah yang mengancam.
"Kabane ?!"
***
Terjadi kekacauan dimana-mana.
Setelah dunia alternatif tempat Adel dan Tia dipindahkan ke dump dimensions, retakan dimensi di dunia alternatif lain menjadi kembali terbuka, yang menyebabkan banyak makhluk berpindah tempat ke dunia lainnya tak peduli apa jenis kelamin dan ras nya.
Kembali ke sudut pandang Roro, wanita itu sedang membalut perban di pergelangan tangan anak laki-laki berambut runcing pendek berwarna coklat kemerahan, dan wanita yang memasang ekspresi sedih itu berbicara kepada anak dihadapannya dengan suara lembut namun tegas.
“Jangan melukai dirimu sendiri lagi. Bahkan jika kamu berubah, aku memiliki cara untuk menghentikan mu.” Roro menggigit bibir bawahnya dan berkata dengan cemas.
Mengingat bagaimana Gaara yang mencakar lengannya sendiri hingga berdarah-darah, akibat ichibi yang mengamuk secara tiba-tiba beberapa jam yang lalu, Roro sangat ingin mengucapkan sumpah serapah.
Namun ajaran keluarganya yang telah mendarah daging menghentikannya untuk melakukan sesuatu yang dinilai sebagai hal yang vulgar secara alami baginya.
Memikirkan alasan anak itu mencakar dirinya karena senjata apapun akan dihentikan oleh pasir sebelum mengenai dirinya, dia tidak tahu baik atau buruk hal itu.
Meski sayatan dari senjata tajam itu menyakitkan, tetapi luka yang dihasilkan oleh kuku yang tumpul berkali-kali lipat lebih kuat.
Tidak peduli pro dan kontra, dia masih bersyukur, karena senjata tajam mungkin akan menjadi lebih berbahaya jika tidak bisa mengatur posisi tempat yang relatif aman dan kedalaman tusukan/sayatannya.
"Apalagi cara itu belum tentu berhasil."
"Un..... maaf nee-san." Gaara membuka sepasang mata besar yang berkaca-kaca, pipinya yang masih memiliki lemak bayi, melotot dan bergetar lembut seperti makanan penutup tertentu. Ditambah dengan bibirnya yang sedikit mengerucut, anak itu terlihat begitu manis namun menyedihkan.
Sangat jelas bahwa Gaara tahu betul bagaimana menggunakan keuntungannya dengan sebaik-baiknya.
"Hissss~ " Rasa sakit memaksa air matanya keluar, mata bulat yang seperti anak rusa pun berair, terlihat seperti berkabut, dan tanpa sadar dia bergumam "Itu sakit..."
Sebuah pemandangan terlintas di benak Adelia. Dia terluka oleh serpihan kayu yang sangat tipis sehingga dia bahkan tidak menumpahkan setetes darah pun. Namun, ibunya memegang tangannya dan berlari mencari obat dengan penuh kekhawatiran.
Saat itu, dia yang masih kecil tidak tahu betapa beruntungnya dia memiliki sosok yang akan mengkhawatirkan dirinya hanya untuk masalah yang paling sepele sekalipun.
Gerakannya berhenti, dan pada saat itu juga dia memperhalus setiap gerakan menjadi berkali-kali lipat lebih dari sebelumnya. Sangat berhati-hati seperti anak yang didepannya saat ini adalah harta tingkat nasional yang begitu rapuh, dan akan pecah hanya dengan sedikit sentuhan. “Bagaimana ? Apakah masih sakit ?” Kegelisahan dalam suara itu tidak salah lagi.
"Ya~ tapi aku ingin segera terbiasa dengan rasa sakit semacam ini. Dengan begitu aku akan bisa menjadi kuat lebih cepat !"
Roro sadar betul bahwa shinobi akan sering terluka suatu saat nanti, dan dia tidak bisa menghentikan itu terjadi. Namun, keegoisannya sebagai seorang ibu (sebenarnya saudara perempuan, Roro lupa identitasnya disini.) menginginkan agar anak itu untuk sehat dan aman selalu.
Tapi–
Yashamaru yang ada di belakangnya, tiba-tiba menyisir rambutnya yang tergerai ke satu sisi.
"Ap– apa yang kamu lakukan ?"
Begitu Yashamaru tiba, dia menemukan pemandangan indah dari dua orang terpentingnya yang saling menempel satu sama lain seperti anak kucing yang mencari kehangatan.
Tapi sayangnya kebahagiaan itu hilang setelah dia melihat ketidaknyamanan wanita yang ada di depannya.
Bagaimanapun, dia semakin merasakannya, meski tidak ingin mengakui dan selalu menipu diri sendiri, dia sangat mengerti meski jarak diantara mereka sangatlah dekat, dia tidak akan pernah bisa mencapainya bagaimanapun caranya.
"Maaf, aku hanya berpikir bahwa rambut itu mungkin menghalangi dan membantumu merapikannya."
Fakta bahwa rambut Roro selama ini selalu disanggul, dan jarang sekali tergerai di pagi hingga sore hari, membuat alasannya lebih mudah diterima.
"Begitu, terimakasih."
"Un....."
Setelah keheningan memenuhi seisi ruangan, Yashamaru yang ingat tujuannya datang menemuinya pun bicara :
"Ngomong-ngomong, kazekage-sama memintaku untuk memanggil mu secepatnya ke kantor kage."
"Ada apa ?"
Mata keduanya terjalin, dan Yashamaru bisa melihat dahi halus dan mulus wanita itu berkerut dengan tidak senang.
Dia mungkin sangat tidak menyukai kantor kage karena orang-orang selalu menginginkan sesuatu darinya saat dia dipanggil kesana, pikir Yashamaru.
"Seorang gadis jatuh dari langit, dan itu sesuai dengan deskripsi dari kemunculan wanita rubah di desa Konoha. Jadi kami kira dia mungkin dari dunia yang sama denganmu dan memintamu untuk datang dan melihatnya."
"Gadis ?"
"Ya. Dia memiliki warna rambut merah muda dan tubuh kecil yang ramping."
***
Xu Luofei meremas bagian tengah alisnya untuk membangunkan dirinya, dan berkata kepada orang-orang yang menjaga pintu kamar tempat dimana dia baru saja sadar "dimana ini ?" Namun berakhir tanpa jawaban.
"Hei ! Kalian mendengar ku ?! Dimana ini ?!"
"Diam lah dan tunggu sampai orang penting itu datang !"
Dia tidak bereaksi sebelumnya, tetapi sekarang setelah dia melihat wajah orang-orang dengan style gambar yang berbeda dengan dirinya, dia tiba-tiba teringat pada apa yang terjadi sebelum dia bangun di tempat asing ini.
Meski sama-sama semi realistic, namun memilik nuansa berbeda seakan-akan artist yang menggambarnya bukanlah orang yang sama.
Dia sebenarnya tidak tahu banyak tentang anime Fairy tail, apalagi mengingat bahwa dia hanya diberi kesempatan oleh sistem untuk menonton seluruh episode hanya dalam waktu 5 hari, dia benar-benar kesulitan mengingat setiap kejadian penting yang terjadi.
Tapi bahkan dia yang seperti itu pun setidaknya tahu, bahwa style gambar di anime fairy tail tidak pernah berubah sepanjang episode yang dia saksikan hingga tamat.
Jadi ....
"Dimana sebenarnya aku ?!"
╔═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╗
✧*。 see you later 。*✧
╚═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╝
Author note : Jika ada kesamaan dengan nama seseorang di dunia nyata, itu tidak disengaja, karena nama dengan bahasa China itu ku dapatkan dari karakter dalam novel yang pernah ku baca.
Takut akan membuat nama yang memiliki arti aneh meski sudah mencari-cari di google, aku akhirnya menyerah dan berhenti mencoba membuat nama sendiri.
Comments
Post a Comment