30. Pengenalan Indentitas Baru




Beberapa bulan sebelumnya.

Salahsatu kloning Adelia membuat identitas baru bersama Tia.

Dia membuat penampilan baru yang jauh dari kata feminim untuk mencocokkan diri dengan jenis pekerjaan yang dia pilih.

Tubuh dengan kulit coklat dan otot kencang yang terlihat kuat hanya dalam sekali pandang. Serta rambut berwarna walnut dengan gaya rambut ponytail yang terlihat agak berantakan.

Namun yang paling istimewa darinya, adalah warna pupil mata madu yang bisa bersinar dalam kegelapan.

"Nee-san. Bisakah kamu berhenti bergerak kesana-kemari dan jalan lah lurus dengan benar ?"

"Eire-chan~ ini pertama kalinya aku bisa sebebas ini. Biarkan aku bersenang-senang sedikit lebih lama~"

"Serius..... Aku masih tidak percaya ini kamu. Kamu yakin kamu tidak memiliki kepribadian ganda ?"

"Mungkin, tapi..... Entahlah. Aku sendiri juga tidak yakin."

Tia mengibaskan rambut panjangnya yang dikepang kesamping dengan tidak nyaman.

"Ada apa ?"

"Panas."

"Mau di potong saja ?"

"Tidak..... Lagipula aku sudah kalah taruhan. Aku harus jujur menerima kekalahan."

Kebalikan dari Adel yang terlihat tomboi dan bebas, Tia mendapatkan desain karakter sebagai adik perempuan yang lembut dan penuh perhatian.

Meski begitu, Tia juga memiliki warna rambut walnut yang sama dengan Adelia, demi mencocokkan diri dengan identitasnya sebagai adik perempuan yang berbagi darah yang sama, bahkan warna mata pun harus mengikuti untuk lebih mudah dikenali.

"Ngomong-ngomong. Apakah kamu sudah pernah membuat alat atau apapun sebagai pandai besi ? Bahkan dengan bantuan skill yang dibawa oleh game itu, kamu juga perlu waktu untuk belajar membiasakan diri kan ?"

"Belum~"

"Hah ?!"

Urat di dahi Eire hampir meledak.

"Tapi tidak masalah. Selalu ada yang pertama kali dalam hidup. Aku hanya perlu membiasakan diri sebelum menunjukkan diriku dengan meriah."

"Serius......"

Melihat Eire yang menghela nafas, Rise yang sekarang menyandang gelar sebagai kakak perempuannya menjadi merasa bersalah.

Dia memang salah membuat identitas yang jenis pekerjaannya masih belum di pelajari.

Saat Rise baru saja akan mulai membujuk adik perempuannya, suara lembut yang berasal dari tempat yang sangat jauh terdengar oleh telinga mereka.

"Eir-"

"Ya."

Wajah kedua orang itu langsung berubah serius dalam sekejap.

Bagaimanapun juga, suara yang mereka dengar adalah jenis suara yang sangat mereka benci.

***

Di tempat yang bau dengan hal menjijikkan yang tersebar di beberapa tempat, seorang remaja membuka matanya dengan sangat berat.

Merasakan rasa sakit di tempat tertentu, mata yang sebelumnya penuh kebencian berangsur-angsur berubah menjadi keputusasaan.

Mendengar ratapan penuh rasa sakit dan permintaan tolong dari orang yang dia kenal, remaja itu hanya bisa melihat langit-langit kayu sambil menunggu kematian menjemputnya.

'Akan lebih baik jika mereka langsung membunuh kami semua.'

Dengan setetes air mata yang dia pikir akan menjadi terakhir kalinya, remaja yang telah menunjukkan ekspresi siap untuk mati langsung berubah, saat dia mendengar suara ratapan tiba-tiba berganti menjadi suara yang tidak dikenalnya.

Suara yang hampir mirip seperti hewan di penjagalan, memberikannya sedikit harapan.

'Apakah para iblis itu telah menyinggung orang penting dan mendapatkan balasan ?'

Dengan sisa kekuatan terakhirnya dia menyeret tubuhnya ke arah lubang kecil untuk mengintip keluar, dan untuk pertama kali dalam hidupnya dia pikir warna merah adalah warna yang paling indah.

Dia melihat sosok heroik wanita dengan palu besar yang berlumuran darah, sedang membantai para iblis dengan wajah penuh kebencian.

Jelas itu adalah ekspresi yang mengerikan, setidaknya dimata para bandit, tapi dimata remaja itu ekspresi yang bisa membawa seseorang kedalam mimpi buruk setiap malam justru seindah teratai merah di atas lumpur.

"Sangat..... Cantik......"

Dibelakang, Eire yang membantu Rise dengan busur tidak terlihat sedikitpun oleh remaja itu, praktis menyatu dengan latar belakang.

Beberapa jam kemudian.

Semua orang yang ditangkap oleh para bandit telah dikumpulkan oleh Rise dan Eire di lapangan terbuka yang jauh dari tempat berdarah sebelumnya.

Suara isak tangis yang sebelumnya penuh keputusasaan telah hilang, namun ekspresi wajah semua orang menjadi sangat menakutkan saat melihat para bandit yang ternyata masih hidup di tumpuk di tempat lain yang tidak jauh dari mereka.

Ekspresi yang seperti ingin memakan seseorang, membuat wanita yang membawa palu raksasa itu mengernyit.

"Aku akan memberikan kalian pilihan."

Mendengar penolong mereka yang akhirnya berbicara, semua orang langsung menjadi fokus padanya.

"Kalian bisa membunuh atau bahkan menyiksa mereka." Jari telunjuk yang masih meneteskan darah menunjuk pada gunung manusia dengan merendahkan. "Dan menyelesaikan balas dendam kalian. Aku tidak peduli."

Mendengar itu, semua orang sadar bahwa sepertinya penyelamat mereka tidak menyukai pembalasan dendam.

"Tapi, jika kalian memutuskan untuk membiarkan mereka hidup, aku akan memberikan kalian perlindungan. Tentu saja, ketulusan diperlukan."

Semua orang menjadi semakin yakin dengan apa yang mereka duga sebelumnya.

"Aku tidak memaksa. Kalian adalah yang paling menderita, menginginkan balas dendam adalah hal yang wajar. Aku juga tidak mengerti perasaan berada di posisi kalian, jadi aku tidak punya hak untuk menentukan salah atau tidak apa yang kalian inginkan. Tapi..... Aku yang sekarang masih belum bisa menerima hal seperti pembalasan dendam."

Semua orang menjadi sedih. Tentu saja mereka sedih, penyelamat mereka bahkan tidak menerima pembalasan dendam saat mereka harus mengalami penderitaan yang sangat menyakitkan.

"Tapi~ bukankah membiarkan mereka hidup dengan kaki dan tangan yang remuk akan lebih menyakitkan ?"

Mata yang redup menjadi cerah dalam seketika.

"Apa yang orang cacat dan jahat seperti mereka bisa lakukan ? Apakah masih ada yang mau membantu manusia semacam itu ?"

Sinar telah kembali sepenuhnya kepada mereka.

"Orang yang bahkan masih meminta untuk di biarkan hidup, pasti akan memilih untuk bertahan apapun yang terjadi karena takut akan kematian. Apa yang lebih menyakitkan dari bertahan hidup dengan rasa sakit dan bahkan berjuang untuk mempertahankan hidup yang penuh penderitaan ?"

Awan gelap mulai menjadi semakin tipis, mereka pun memutuskan untuk berjalan ke arah sinar dan meninggalkan tempat gelap yang sebelumnya telah mengunci mereka.

Meski kebencian tidak akan mudah untuk dihilangkan, mereka memutuskan untuk memulai kehidupan yang baru bersama penyelamat mereka, dan membiarkan para iblis itu untuk menerima pembalasan mereka sendiri.

Memikirkan bagaimana mereka tidak perlu mengotori tangan dan iblis itu akan bergerak sendiri menuju penderitaannya, mereka sudah cukup puas dengan akhir ini.

'Adel. Kamu..... Serius mengatakan itu ?'

'Ya.'

'Kamu..... Yakin tidak ada masalah mental ?'

Rise yang masih berjuang menahan tangannya yang gemetar, dengan lembut memberikan obat pada orang-orang yang baru diselamatkan oleh mereka berdua.

'Adel..... Kamu yakin, kamu baik-baik saja ?'

'Aku...... Ya. Lagipula aku tidak membunuh siapapun, jadi aku masih bisa menerima apa yang terjadi dengan mudah. Cukup anggap ini sebagai pertarungan yang sedikit lebih brutal dari pada umumnya, maka semua selesai.'

Rise yang sekarang sedang mencuci tubuhnya dari darah di dekat sumur, ternyata masih belum bisa menghindari gangguan dari adik perempuannya yang baru, meski sudah memutuskan transmisi suara secara paksa.

Melihat Eire yang datang dengan handuk, dia tahu percakapan hanya bisa terus berlanjut.

"Ngomong-ngomong, apakah kamu serius dengan apa yang kamu katakan sebelumnya ? Apakah kamu benar-benar berpikir seperti itu ?"

"....... Aku sebenarnya hanya ingin mereka bisa berjalan menuju kehidupan yang baru tanpa harus mengotori tangan mereka untuk memulainya."

"Itu agak terdengar munafik."

"Ya.... Aku bisa mengatakan itu karena aku tidak merasakannya sendiri. Mungkin akan berbeda jika akulah yang menjadi korbannya."

"Itu tidak adil."

"Aku sudah memberikan mereka pilihan."

"Aku tidak tahu apakah itu bisa disebut sebagai pilihan."

Di tempat yang tidak jauh dari sana, remaja sama yang mengagumi Rise, mendengar percakapan itu dari awal hingga akhir.

Meski sedih setelah mengetahui bahwa idolanya tidak sesempurna yang dia bayangkan, tapi itu membuatnya menjadi lebih kagum, mengingat bahwa pahlawannya juga manusia biasa sama seperti dirinya namun sifat buruk seperti munafik telah menyelamatkan mereka.

Setelah remaja itu pergi, mata berwarna madu milik Rise melirik tempat remaja tadi bersembunyi.

"Sejak kapan kamu mulai tertarik dengan drama ?"

"Setelah bertemu denganmu. Tapi btw, apakah ucapan mu barusan hanyalah naskah ?"

"Aku tidak ingin berbohong untuk masalah yang seperti itu."

"Jadi murni dari hati ?"

"Um......"

Lalu setelahnya, Adelia meminta bantuan pada dirinya yang lain untuk memberikan orang-orang yang menjadi korban bandit tempat tinggal, dan sisanya yang memiliki bakat pandai besi akan mengikutinya.

Akhirnya Jiyuu yang memiliki krisis penduduk di desa, setelah mendapatkan orang-orang dari Rise pun memulai pemburuan banditnya.

╔═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╗
✧*。 see you later 。*✧
╚═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╝

Author note : karena masih bingung dengan lanjutan cerita bagian Hasina, aku coba beralih ke karakter lain dulu

Author note : karena masih bingung dengan lanjutan cerita bagian Hasina, aku coba beralih ke karakter lain dulu.


Bab sebelumnya 

Daftar bab 

Bab berikutnya 

Comments

Popular posts from this blog

24. Hanya Hari-hari Biasa 2

23. Seseorang Yang Bisa Memberikan Rasa Nyaman

01. Detektif Conan