24. Bukan Kebohongan Tapi Juga Bukan Yang Sesungguhnya 2



Saat mata semua orang sekali lagi tertuju pada kolam cermin, Hasina menjadi satu-satunya yang melihat Tomo.

'Adel ! Sekarang !'

Mengusap cincin di jari telunjuknya, Hasina memberikan efek percikan listrik dan asap untuk membuat kesan kegagalan sistem atau sejenisnya.

"A–apa yang terjadi ?!"

"Hasina-san ?!"

Fugaku bertindak cepat dengan berdiri ke depan istrinya sambil memasang postur melindungi, disaat Itachi masih berdiri ditempatnya tanpa bergerak, seperti dia tidak peduli pada hal yang tiba-tiba terjadi.

"......... Mereka berdua memiliki ikatan yang terlalu erat, dan sepertinya ada sesuatu yang ingin merahasiakan hal tersebut dari dunia."

Wajah Tomo yang pucat, dan keringat yang bercucuran membuatnya terlihat sangat serius, hingga mereka yang mendengarnya, mau tidak mau akan percaya padanya.

Sejujurnya, bahkan tanpa acting yang mendukung, saat ini Tia sudah terlihat cukup meyakinkan.

Tapi, Hasina tidak bisa merasa bahagia sedikitpun. Karena keberhasilan Tia didasari pada rasa sakit yang dia rasakan.

Jika dia tidak merasakan rasa sakit yang mengerikan, gadis itu pasti tidak akan berhasil meyakinkan tiga orang itu seperti sekarang karena acting buruknya.

'Mari jadikan ini yang terakhir kali.'

Meski Tia tidak bermasalah dengan rasa sakit yang dia rasakan, Hasina tetap tidak mau menggunakan rencana ini lagi. Jika bukan karena paksaan dari gadis itu, dia bahkan tidak akan pernah mau mempertimbangkan cara yang terlalu ekstrim ini untuk hal yang masih bisa dilakukan dengan cara yang memakan waktu lebih lama.

Dia lebih memilih cara yang lambat dan memakan waktu, ketimbang cepat namun mengambil pembayaran yang begitu besar.

Cara yang ekstrim lebih cocok digunakan disaat-saat tertentu saja. Tidak seperti sekarang.
Tapi –

'Setidaknya dengan begini, setelahnya dia tidak akan lagi terlalu banyak berpikir.'

Hasina mengalihkan pandangannya pada Tia, dan melihat kolam yang telah memperlihatkan dua orang yang tidak dikenal oleh semua orang selain dirinya.

Indra dan Ashura.

Dua bersaudara, yang menjadi awal dari perang Senju dan Uchiha, dan juga merupakan sejarah yang terlupakan.

Itachi terus memperhatikan segala hal yang ditunjukkan oleh kolam cermin, sampai dia bahkan menggunakan sharingan untuk merekam semuanya secara detail.

Dari dua bersaudara yang tumbuh dengan baik, hingga rusaknya ikatan keluarga yang disebabkan oleh makhluk hitam aneh yang tidak bisa dia identifikasi.

"Makhluk apa itu ?"

Bisikan Fugaku terdengar oleh semua orang, namun tidak ada dari mereka yang bisa menjawabnya. Bahkan Hasina sendiri yang merupakan penonton setia tidak bisa memberitahunya, sebab episode animenya terlalu banyak untuk diingat semua.

Setelah dua bersaudara itu terpisah, perang diantara keduanya terus berlanjut hingga anak keturunan mereka.

Sampai akhirnya, wajah yang bisa langsung dikenali oleh orang-orang yang hidup di Konoha telah muncul dihadapan mereka dengan sangat jelas.

Senju Hashirama dan Uchiha Madara.

Dengan kemunculan dua orang itu, Fugaku, Mikoto dan bahkan Itachi yang terus berusaha untuk tetap tenang, tidak lagi bisa menjaga ketenangan mereka.

Tidak puas hanya menunjukkan dua karakter penting untuk menjadi sorotan, Hasina bahkan sengaja meminta Tia membuat simbol clan Senju dan Uchiha untuk memberikan efek dramatis.

Lalu, adegan peperangan yang tidak penting menjadi transmisi untuk mengarahkan mereka ke adegan terpenting.

Sekihi (tablet batu) di tempat mereka saat ini, dan didepannya terdapat Uchiha Madara dengan mangekyo sharingan yang aktif sedang membacanya.

Melihat hal itu, Fugaku langsung mendapatkan firasat buruk.

Dan seperti yang diharapkan, adegan berikutnya menunjukkan sosok Madara dengan makhluk hitam yang telah muncul di adegan sebelumnya.

Adelia benar-benar ingin tertawa memikirkan bagaimana dia sengaja membuat zetsu hitam begitu mencolok di seluruh adegan demi memperingati orang-orang itu.

Jika zetsu hitam yang entah dibelahan bumi mana mengetahui bahwa kehadirannya sudah bukalah lagi rahasia, dia mungkin harus menunggu sampai debu mengendap sambil mengutuk Hasina selama seribu tahun lagi.

Setelah menyelesaikan sejarah, sekaranglah waktunya dua anak yang ditunggu-tunggu untuk mengambil bagian dari semua ini.

Dalam kolam cermin itu, dua anak, satu berambut hitam dan yang satu pirang saling memunggungi satu sama lainnya.

Lalu, dua anak itu menjadi satu tim yang diketahui dari sebuah foto berbingkai kayu diatas meja, namun sayangnya mereka masih terlihat tidak saling menyukai.

Sampai–

"Sasuke !?"

Sasuke yang mengenakan jubah hitam panjang dengan awan merah, memiliki ekspresi kesedihan, dan sorot matanya yang memiliki mangekyo sharingan dipenuhi dengan kebencian pada dunia.

Meski sudah tumbuh dewasa dan telah banyak berubah, tiga orang yang merupakan keluarganya masih bisa mengenali anak itu dengan sangat jelas.

Tapi–

"Apa yang terjadi ?! Kenapa Sasuke menjadi seperti itu ?!"

Fugaku bergegas menahan tubuh istrinya yang hampir merosot jatuh, karena kakinya terlalu lemah untuk menahan tubuhnya sendiri akibat terlalu terkejut melihat apa yang telah terjadi pada anak bungsunya.

"Mikoto. Tenanglah...... Mari kita lihat untuk mencari tahu."

Berbeda dengan kedua orangtuanya yang bereaksi begitu besar, Itachi masih terlihat tenang meski hanya dipermukaan.

'Kudeta ini benar-benar harus dihentikan bagaimanapun caranya."

Adegan beralih ke Naruto dewasa yang melihat kearah mereka dengan wajah putus asa.

Tubuh remaja itu tidak bisa bergerak dengan semua tongkat berwarna hitam yang menusuk tubuhnya ke tanah.

Melihat hal itu, Itachi tanpa sengaja melirik wajah Hasina, dan menemukan kesedihan dan kekhawatiran yang terlihat begitu jelas darinya.

'Hasina-san. Dia benar-benar menyayangi putra angkatnya.'

Untuk dia yang tidak terkait darah dengan anak itu, Hasina sudah melakukan hal terhebat yang mungkin orang lain tidak akan pernah bisa lakukan. Kekhawatiran dan kesedihan di wajah Hasina juga sangat begitu nyata, yang tidak mungkin merupakan kebohongan atau sekedar ekspresi yang dibuat-buat.

'Hasina-san pasti sangat sedih melihat putranya terluka.'

Jawabnya adalah, bukan. Itachi sekali lagi salah menebaknya.

Alih-alih memikirkan luka anak itu, Hasina justru memikirkan hal yang lebih jauh.

Hasina merasa bingung apakah harus membiarkan kejadian itu untuk tetap terjadi atau justru menghentikannya. Bagaimanapun juga, tragedi itu merupakan salah satu yang membuat Naruto tumbuh menjadi lebih dewasa dari segi mental serta pola pikir, dan tidak lagi begitu naif seperti sebelumnya.

Ada beberapa hal yang hanya bisa kamu mengerti saat kamu telah mengalaminya sendiri, namun–

'Meskipun aku berharap Naruto bisa menampar wajah ayahnya untuk melampiaskan emosiku, tapi bagaimanapun juga anak itu adalah putraku.'

Tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya untuk tumbuh dewasa dari akibat penderitaan yang telah dialaminya. Tapi dunia ini adalah dunia shinobi, dunia dimana pembunuhan adalah hal yang biasa, dan mengangkat senjata untuk mengambil nyawa telah menjadi karir yang dipilih oleh kebanyakan orang.

'Andai saja Minato tidak memilih untuk menggunakan hakke no fūin shiki hanya untuk membiarkan Naruto bertemu dengan Kushina. Naruto tidak akan memiliki nasib yang begitu menyedihkan dimasa kanak-kanaknya karena tanpa siapapun yang ada untuk melindunginya.'

Mengabaikan konflik batin Hasina yang terus mempertanyakan keputusan Minato, adegan telah menjadi semakin menegangkan dengan mulainya perang besar-besaran, dan monster juubi yang belum pernah dilihat ataupun didengar oleh mereka semua selain Adel itu sendiri merupakan fokusnya.

Ekor raksasa monster itu menyapu ratusan atau bahkan ribuan nyawa dan menjadi transmisi dari adegan berikutnya.

Ōtsutsuki Kaguya.

Hasina menunjukkan kengerian dari sosok itu sebanyak yang ia bisa ingat. Bagaimanapun juga cerita Naruto sangatlah panjang, dan terlalu mustahil baginya untuk mengingat semuanya secara detail.

Hingga akhirnya adegan diakhiri dengan Sasuke dan Naruto yang kehilangan sebelah tangan mereka.

Setelah kolam kembali ke tampilannya yang sediakala, tempat itu menjadi begitu hening dan mengeluarkan aura yang sangat berat.

Setiap orang memiliki pemikirannya masing-masing, yang dimana Hasina tahu bahwa itu pasti tidak jauh-jauh dari apa yang dia harapkan. Lagipula, semua memang sudah dia rencanakan untuk membuat mereka berpikir ke arah yang sudah dia tetapkan.

Pembantaian clan Uchiha diganti menjadi kudeta yang gagal.

Pembunuhan yang dilakukan oleh Sasuke pada Itachi tidak pernah ditunjukkan.

Sekarang hanya perlu melihat keputusan apa yang akan diambil oleh pemimpin clan Uchiha setelah melihat semua ini.

"Aku setuju. Tapi setidaknya aku ingin  melihat pulau itu sendiri."

"Kamu yakin clan mu tidak keberatan menjadi shinobi pelarian ?"

Dan jawaban yang Hasina dapatkan hanyalah senyuman aneh yang tak terlukiskan darinya.

***

"Kaachan...... Aku pulang....."

"Selamat datang~"

Bola meriam pirang menabrak tubuh Hasina, lalu sepasang tangan kecil terulur untuk melingkari pinggang tipisnya. Segera, Hasina pun membalasnya dengan mengelus kepala anak itu dengan lembut, dan sesekali menyodok pipi bulat dengan lemak bayi di wajahnya.

"Bagaimana hari mu di akademi ?"

"Semua sama dattebayo. Tapi, meski Sasuke menyebalkan, karena dia aku tidak lagi kesepian."

"He~"

"Wa–walaupun begitu aku masih paling mencintaimu kaachan !"

Hasina tidak tahan dengan kelucuan putranya dan berlutut untuk mencium dahi anak itu.

"Betapa mulut yang manis. Kaachan khawatir di masa depan kamu akan sangat pandai membujuk para gadis."

"Aku hanya akan membujuk kaachan saja !"

"Bagaimana dengan istri dan putrimu di masa depan ?"

"I–itu juga dattebayo !"

Mengelus hidung kecilnya, Hasina meminta anak itu untuk mandi sambil menunggu masakan untuk makan malam matang.

Melihat putranya yang melompat-lompat seperti kelinci, Hasina tidak tahan untuk tidak memuji anaknya pada teman barunya.

'Bukankah Naruto sangat menggemaskan ?!'

'Hmph. Anak-anak adalah makhluk yang paling mengerikan. Hal kecil itu dapat melakukan banyak kejahatan tanpa sedikitpun merasa bersalah.'

'Meski aku belum pernah menjadi seorang ibu yang sesungguhnya, tapi aku setidaknya tahu bahwa semua tergantung dari cara pendidikan serta lingkungan tempat mereka tumbuh. Jika anak itu masih tersesat, maka memang dari intinya sudah salah dan tidak ada solusi.'

Meniriskan chicken katsu, Hasina memotong-motongnya dan meletakkannya diatas nasi kari yang panas.

Melihat semua telah siap, dia mulai menata lauk diatas meja dan melepaskan celemek ditubuhnya.

"Ok~ sekarang hanya tinggal menunggu sampai semuanya sampai."

Melihat empat piring diatas meja, Tia berkedip bingung dan bertanya-tanya.

'Kenapa ada empat ? Apakah kamu akan kedatangan tamu ?'

'Ya. Yang satu adalah nii-san dan calon sensei putraku, lalu yang satunya lagi adalah nee-san yang baru saja ku dapatkan untuknya.'

'He......'

'Jadi nee-san, cepat persiapkan dirimu untuk bertemu para saudara barumu.'

"Apa ?!"

╔═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╗
✧*。 see you later 。*✧
╚═════ ⊹⊱✫⊰⊹ ═════╝



Bab sebelumnya 

Daftar bab 

Bab berikutnya 


Comments

Popular posts from this blog

24. Hanya Hari-hari Biasa 2

23. Seseorang Yang Bisa Memberikan Rasa Nyaman

01. Detektif Conan